Selasa, 10 Januari 2012

The Power of Giving: Kiat Sukiyat Di Balik Kiat Esemka


“The more you give the more you get” – The Power of Giving

Berita mengenai keberhasilan siswa-siswa SMK Warga, SMK Negeri 2, dan SMK Negeri 5 Solo, Jawa Tengah dalam merakit mobil Kiat Esemka masih terasa gemanya. Terlepas dari pro dan kontra atas kelanjutan produksi secara massal mobil Kiat Esemka, mari kita belajar sisi lain lahirnya Kiat Esemka. Adalah Sukiyat, pemilik bengkel Kiat Motor di Klaten, Jawa Tengah yang berada di balik kesuksesan prestasi para siswa tersebut melahirkan Kiat Esemka. Ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari sosok Sukiyat (Kompas, Sabtu, 7 Januari 2012). Sukiyat (55 tahun), yang lahir di Klaten adalah contoh mereka yang berhasil menekuni rute Sang Pemenang sejak dia tidak punya apa-apa dan bukan siapa-siapa. Pada usia enam tahun Sukiyat menderita polio. Cacat pada kakinya membuat dia minder, dan saking tidak tahannya menerima ejekan teman-temannya terpaksa dia keluar dan tidak menamatkan pendidikannya di sekolah teknik menengah (STM). Tapi, Sukiyat keluar dari sekolah bukan untuk menyerah, itulah ciri Sang Pemenang. Sang Pemenang bukanlah manusia super yang harus selalu menang dalam mengatasi suatu situasi sulit. Terkadang Sang Pemenang bisa juga jatuh, memilih mundur karena tidak tahan dalam menghadapi cuaca dalam pendakiannya. Tetapi, Sang Pemenang kemudian terus bangkit dan bergerak lagi. Sukiyat kemudian belajar menjahit di Rehabilitasi Centrum Prof Dr Soeharso, Solo. Setelah enam bulan belajar menjahit Sukiyat hijrah ke Jakarta untuk bekerja di perusahaan konfeksi dan percetakan milik Yayasan Harapan Kita sebagai tukang obras dan setting huruf.

Saat orangtuanya meminta Sukiyat pulang ke kampungnya, dia memilih tinggal di Solo, yang jaraknya sekitar 25-30 kilometer dari Klaten. Dia bekerja di sebuah bengkel. Di bengkel tulah Sukiyat mendapat ketrampilan di bidang otomotif. Dia mendapat kesempatan mengikuti pelatihan otomotif ke Jepang dan Jerman atas biaya Departemen Sosial. Tahun 1977, saat dia berusia 20 tahun, atas bantuan Yayasan Dharmais Sukiyat membuka bengkel di kampung halamannya di Desa Kradenan, Kecamatan Trucuk, Klaten. Bengkelnya hanya melayani perbaikan sepeda motor dan sepeda kayuh. Bengkelnya berkembang pesat, sehingga pada tahun 2004 dia membuka bengkel keduanya di Jalan Solo-Yogya, Desa Mlese, Kecamatan Ceper, Klaten, dengan spesialisasi di bidang cat oven dan body repair. Ceper adalah kecamatan di Klaten yang terkenal dengan pusat industri logam usaha kecil dan mikro. Sejauh ini kita melihat sepertinya perjalanan Sukiyat dalam mengembangkan usahanya mulus-mulus saja. Namun, sesuai pengakuannya pada Kompas, dia terbiasa bekerja dengan giat. Pikirannya tidak berhenti memikirkan pengembangan usahanya. Saya percaya Sukiyat memiliki attitude yang baik dan mampu dengan baik menempatkan dirinya. Sepanjang perjalanan hidupnya, sejauh yang dia ceritakan kepada Kompas, keberhasilannya tidak terlepas dari bantuan pihak lain, mulai dari Pusat Rehabilitasi Prof Dr Soeharso (tempat dia belajar menjahit), Yayasan Harapan Kita (pertama kali bekerja di Jakarta), Departemen Sosial (yang membiayai pelatihan dia ke Jepang dan Jerman), dan Yayasan Dharmais (bantuan dana saat membuka bengkel pertamanya).

Sukiyat juga mengembangkan sikap bersyukur atas anugerah Tuhan, bahwa kesuksesan dia tidak terlepas dari bantuan pihak lain, dan setelah mencapai kesuksesannya dia ingin berbagi kepada banyak orang agar juga bisa menikmati kesuksesan seperti yang sudah dia nikmati. Perannya dalam membidani kelahiran Kiat Esemka muncul dari keinginannya membantu para siswa jurusan otomotif di SMK Negeri 1 Truck, Klaten, dimana dia adalah ketua konite sekolah di sekolah itu. Sukiyat ingin agar siswa di sekolah itu dapat melakukan praktek membuat body mobil. Dia menyumbangkan dua unit mobilnya untuk dibongkar. Para siswa diajari cara membuat body mobil secara manual. Ternyata sukses para siswa tersebut melampaui harapan Sukiyat, sehingga dia berpikir lebih jauh lagi mengapa tidak sekalian saja para siswa itu membuat mobil. Sukiyat mecanangkan visi baru, dari sekedar membantu anak didik mempraktekkan apa yang dipelajari di sekolah ke pembuatan mobil. Visi Sukiyat mendapat jalan dengan dipertemukannya dia dengan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Joko  Sutrisno. Bengkel Kiat Motor di Ceper, Klaten ditunjuk menjadi mitra dalam program perakitan mobil oleh siswa SMK, yang telah dimulai Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan beberapa tahun sebelumnya. Sejak itu SMK-SMK mengirimkan siswanya ke Kiat Motor untuk belajar membuat body mobil, termasuk bagian interior dan eksterior, serta rangkanya. Selanjutnya, proses kelahiran Kiat Esemka jenis SUV terus bergulir. Mesin mobilnya adalah rakitan siswa, demikian juga komponennya sebagian besar juga dibuat oleh siswa bersama mitra industri. Keberhasilan kelahiran Kiat Esemka membanggakan banyak pihak, para siswa yang terlibat jelas merasa bangga sekali dapat berkontribusi atas pencapaian itu. Dukungan banyak pihak terus mengalir. Bahkan, Wali Kota Solo Joko Widodo berujar, “Saya ini kan salesman Kiat Esemka” (TribunNews.com, Kamis, 5 Januari 2012). Saat ini Jokowi sedang merancang rencana bisnis bagi produksi massal Kiat Esemka, yang mengandung 80% komponen lokal.

Sukiyat, sebelum kelahiran Kiat Esemka, mungkin sudah cukup sukses dalam hidupnya. Namun, sikapnya yang ingin berbagi ketrampilan dengan mengajari para siswa SMK, sehingga banyak orang juga bisa menikmati kesuksesan, ternyata juga meningkatkan kesuksesan dia. Dan Sukiyat tidak berhenti pada peranannya membantu kesuksesan para siswa SMK pada proses kelahiran Kiat Esemka, Sukiyat telah memiliki mimpi baru. Mimpi barunya adalah mencetak tenaga andal di bidang otomotif dan body repair dari para penyandang cacat. Tahun ini Sukiyat merencanakan pendirian bengkel baru di kawasan Manahan, Solo yang dipadukan dengan pusat pelatihan bagi penyandang cacat, yaitu Difabel Training Center, yang dilengkapi dengan asrama. Sesungguhnya, membantu orang lain untuk sukses adalah kesuksesan itu sendiri. Itulah kekuatan the power of giving. The more you give the more you get.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar