Rabu, 25 Januari 2012

Kesuksesan Bukan Melulu Soal Uang [3]: Cerita Tentang Masnu’ah


Kesuksesan bukan melulu soal uang. Kesuksesan adalah juga ketika bertekun pada suatu cita-cita yang lahir atas keprihatinan terhadap persoalan masyarakat yang lebih luas, dan terus bergerak maju sekalipun kesulitan demi kesulitan menghadang perjalanan pencapaian cita-cita itu. Kali ini kita belajar melalui sosok “Masnu’ah: Kebangkitan Perempuan di Kampung Nelayan” (Kompas, Rabu, 18 Januari 2012). Adalah Masnu’ah, seorang perempuan biasa, istri seorang nelayan di Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, yang menyadari bahwa kehidupan ekonomi keluarga nelayan tidak menentu seiring dengan musim tangkapan yang sulit diperkirakan. Seperti umumnya keluarga nelayan, perempuan yang lahir di Rembang, Jawa Tengah, 38 tahun yang lalu itu hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar. Tetapi, semangat dan pemikirannya melampaui pendidikan formal yang diterimanya.

Selalu dimulai dari suatu keputusan. Keputusan yang didasari keberanian mengambil tanggung jawab, sementara yang lain terdiam saja. Akhir Desember 2005, Masnu’ah mendirikan kelompok Puspita Bahari, yang bertujuan memberdayakan perempuan dan meningkatkan ekonomi keluarga nelayan. Masnu’ah gencar mendorong para istri nelayan aktif dalam kegiatan usaha. Langkah awalnya adalah koperasi beras. Namun, pertengahan 2006 koperasi terjerat kredit macet. Kegagalan koperasi tidak membuat Masnu’ah surut. Masnu’ah mengupayakan pelatihan usaha bagi perempuan nelayan, antara lain pembuatan getuk lindri, es krim, mie basah, dan tepung ikan. Pelatihan tersebut sempat berjalan selama dua tahun (2007-2009). Kembali kegiatan tersebut menghadapi kendala. Produk yang dihasilkan tidak laku dijual karena para penduduk di perkampungan nelayan tidak memiliki daya beli. Masnu’ah tidak putus asa, dia mengajak perempuan dan anak nelayan menekuni usaha salon dan otomotif dengan binaan dari Koalisi Perempuan Indonesia dan Lembaga Bantuan Hukum. Lagi-lagi, usaha tersebut tidak berjalan karena tidak didukung keluarga nelayan.

Masnu’ah layak disebut seorang “pendaki (climber) sejati”. Tantangan-tantangan dan kesulitan “medan pendakian” tidak membuat dia surut. Usaha-usaha yang tidak berhasil tidak dianggap sebagai kegagalan, melainkan suatu proses yang harus dilalui. Masnu’ah mengajak perempuan di kampungnya untuk menggeluti usaha produk olahan berbasis ikan, seperti kerupuk, keripik dan abon. Tantangan-tantangan yang ada diatasinya sehingga saat ini kerupuk produksi Puspita Bahari mampu dipasarkan di beberapa kantor pemerintahan, toko-toko, warung-warung, bahkan sampai ke Semarang, Jawa Tengah.  

Tidak hanya usaha pengolahan ikan, Puspita Bahari juga terjun mengelola sampah dengan memisahkan sampah organik dan non-organik untuk mengurangi kekumuhan perkampungan nelayan. Upayanya berbuah penghargaan Kusala Swadaya pada Oktober 2011 sebagai kelompok perempuan nelayan yang berhasil mengatasi kekumuhan di perkampungan nelayan. Perjalanan Masnu’ah dan Puspita Bahari tentu belumlah selesai, karena hakekat kesuksesan itu adalah suatu perjalanan, bukan tujuan. Masnu’ah bersama Puspita Bahari terus bergerak dengan segala keterbatasan yang ada. Masnu’ah juga aktif dalam beberapa kegiatan organisasi kemasyarkatan, seperti Koalisi Perempuan Indonesia, dan Forum Masyarakat Peduli Lingkungan. Masnu’ah adalah sosok Sang Pemenang, yang terus bertahan dalam menghadapi setiap kesulitan dan terus maju selangkah demi selangkah. Keberanian mengambil tanggung jawab, komitmen yang tinggi, pengorbanan, kegigihan atau persistensi, dan senantiasa bersyukur merupakan modal yang kuat perempuan nelayan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar