Senin, 16 Januari 2012

Kesuksesan Bukan Melulu Soal Uang [1]: Cerita Tentang Samtuwo Jaya


Seringnya kita mengaitkan kesuksesan dengan uang dan harta. Namun, sesungguhnya kesuksesan bukan melulu soal uang. Kesuksesan adalah juga ketika berhasil melakukan sesuatu yang menjadi solusi bagi permasalahan masyarakat sekitar kita sehingga manfaatnya langsung bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar. Setidaknya, itulah yang bisa kita simpulkan ketika kita belajar melalui sosok Samtuwo Jaya, “Pendekar” Infrastruktur Pelosok Sinjai (Kompas, Selasa, 20 Desember 2011). Samtuwo Jaya berhasil mendorong partisipasi warga selama 22 tahun terakhir dalam mengatasi permasalahan bersama sehingga memberikan manfaat banyak bagi kehidupan di pelosok Sinjai Barat, Sulawesi Selatan.

Inisiatif Samtuwo Jaya membangun jembatan gantung, yang beroperasi pada Oktober 2011, telah membuka keterisolasian warga di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Sinjai, Bone, dan Gowa. Jembatan gantung sepanjang 83 meter dengan lebar 1,7 meter, yang menelan biaya sebesar Rp 208 juta, berhasil dibangun dari penggabungan bantuan dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dan partisipasi warga di empat dusun di Desa Arabika, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Jembatan tersebut membentang di atas sungai Tangka, yang terletak di Dusun Tonro, Desa Terasa, Kecamatan Sinjai Barat. Adanya jembatan tersebut mempersingkat rute yang harus dilalui sebelumnya oleh warga Desa Arabika, Desa Terasa, dan Desa Turungan Baji menuju Pasar Bontosalama di seberang sungai. Mobilitas penduduk menjadi lebih lancar dalam memasarkan hasil bumi, bahan pokok, dan produk industri rumah tangga. Akses warga ke puskesmas yang ada di Desa Bontosalama pun menjadi lebih mudah, demikian juga rute yang harus ditempuh oleh siswa SD dan SMP, yang sebelum adanya jembatan harus menempuh jarak 20 kilometer, saat ini menjadi 6 kilometer saja. Jembatan tersebut juga menjadi akses bagi warga Desa Ta’binjai, Kecamatan Tombolo Pau, Kabupaten Gowa dan Desa Bana, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone. Terwujudnya jembatan tersebut yang secara nyata memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar mengantarkan Samtuwo Jaya menjadi Koordinator Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara Sarana Prasarana Desa (KPP) Terbaik Tingkat Nasional 2011 dari Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat.

Saya mencatat setidaknya ada lima hal yang mendukung kesuksesan Samtuwo Jaya, yaitu:
Keberanian
Keterlibatan Samtuwo Jaya dalam masalah-masalah desa bermula dari kesadaran dan keberaniannya mengambil tangungjawab sebagai Ketua Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) Soba di tahun 1989, yang bertanggung jawab memelihara jaringan irigasi desa dan membagikannya secara merata untuk sawah seluas 14 hektar di Dusun Bondo, Desa Arabika. Keberhasilan sistem yang diterapkan Samtuwo Jaya meningkatkan produktifitas padi para petani.

Komitmen
Setelah sukses mengelola irigasi desa, Samtuwo Jaya diberikan tanggung jawab mengatur kebutuhan air bersih warga. Setiap tanggung jawab yang diberikan kepada dirinya dijalankan dengan komitmen penuh. Hasilnya, saat ini pipa telah terpasang di 90 persen dari 200 rumah penduduk Desa Arabika.

Kegigihan
Dana pembangunan Jembatan gantung yang membentang di atas sungai Tangka di Desa Terasa berasal dari gabungan bantuan dana PNPM Mandiri untuk empat dusun. Tidak mudah untuk bisa meyakinkan warga “merelakan” dana tersebut. Namun, kegigihan Samtuwo Jaya berhasil membangun kesadaran warga atas manfaat yang lebih besar dengan adanya jembatan tersebut.

Bersyukur
Samtuwo Jaya mengembangkan sikap bersyukur atas terwujudnya segala sarana dan prasarana yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat banyak, dimana biayanya berasal dari dana bantuan. “Kami tidak boleh menyia-nyiakan bantuan yang diberikan karena uluran tangan orang belum tentu hadir setiap saat”, katanya kepada Kompas. Wujud sikap bersyukur tersebut adalah dengan membentuk sistem pemeliharaan atas semua sarana dan prasarana tersebut. Dalam jaringan irigasi desa, Samtuwo Jaya membentuk tim pemelihara jaringan irigasi. Sedangkan dalam pengaturan kebutuhan air bersih, dia membentuk lembaga pengelola air bersih.

Pengorbanan
Dalam setiap pencapaian pasti ada harga yang harus dibayar. Atas aktifitasnya terlibat dalam permasalahan sarana dan prasarana desa, Samtuwo Jaya tentu harus bekerja keras, mengorbankan waktunya dan tidak pernah menerima bayaran. Bahkan, dia merelakan sawah dan kebun kakao seluas 2,5 hektar miliknya dikelola orang lain dengan sistem bagi hasil. Samtuwo Jaya bekerja tanpa pamrih demi kepentingan masyarakat banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar