Sabtu, 28 Juli 2012

Kecerdasan Bukanlah Satu-satunya Faktor Penentu Kesuksesan


Hari Minggu, 22 Juli 2012 yang lalu, saya bersama keluarga menikmati film Batman The Dark Knight Rises. Dalam salah satu adegan, tampak di layar bioskop segerombolan orang dipimpin oleh penjahat yang bernama Bane masuk ke lantai bursa dan memberondongkan senapan mesin yang memuntahkan pelurunya secara membabi buta. Melihat adegan itu, saya teringat dengan kejadian memilukan yang terjadi pada Jum’at dinihari, 20 Juli 2012, pada pemutaran perdana film itu di bioskop Century 16 di Aurora Mall, Denver, Colorado.




Sumber: Waspada Online (www.waspada.co.id)
Saat itu film masih diputar, seseorang terlihat keluar, masuk kembali dan kemudian melempar bom asap disusul dengan berondongan peluru dari senapan mesin yang mengarah tempat duduk penonton. Jeritan tangis membahana dan kekakacauan pun terjadi, hingga akhirnya pria itu ditangkap oleh petugas di tempat parkir kompleks bioskop tersebut. Saat ditangkap pria itu menyebut dirinya sebagai The Joker, musuh bebuyutan Batman. Tercatat, korban meninggal mencapai 12 orang, termasuk anak kecil, dan korban luka-luka mencapai lebih dari 50 orang.

Pria itu masih muda, rambut dicat warna merah dan mengenakan rompi anti peluru. Dia memegang senapan serbu, senapan berburu, dan dua buah pistol. Di mobilnya juga ditemukan sepucuk pistol lainnya. Pria muda itu bernama James Eagan Holmes, berusia 24 tahun (lahir 13 Desember 1987 di San Diego), dan merupakan mahasiswa program doktoral untuk ilmu saraf (neuroscience) di Anschutz Medical School, Universitas Colorado. Holmes adalah seorang yang pemalu, namun rajin dan sangat cerdas. Holmes dibesarkan oleh keluarga yang kaya di San Diego, California. Selama ini Holmes bersih dari catatan kejahatan hingga kejadian tersebut.

Apartemen Holmes (Sumber: AP)
Hasil penyelidikan menemukan bahwa Holmes telah menimbun ribuan butir peluru, senjata, dan perlengkapan militer lainnya serta sejumlah bahan peledak yang dibelinya secara online. Holmes juga memasang berbagai perangkap dan jebakan di apartemennya. “Saya melihat banyak sekali kabel, stoples penuh dengan amunisi, juga stoples berisi cairan. Juga terlihat bendar yang terlihat seperti mortir”, kata Dan Oates, Kepala Kepolisian Aurora (Kompas, Minggu 22 Juli 2012). Semua jebakan mematikan itu tampak sengaja dipasang Holmes untuk membunuh siapapun yang masuk ke apartemennya. Diperkirakan Holmes telah menghabiskan uang sebesar 15.000 dollar AS untuk membeli senjata, amunisi, bahan kimia, dan perlengkapan lainnya secara online. Kabar terakhir, diduga Holmes telah mengirimkan paket berisi detail rencana penyerangan itu dalam bentuk tulsian dan gambar, jauh sebelum dia beraksi. Holmes mengirim paket itu kepada psikiater di Anschutz Medical School, Universitas Colorado.

James "The Joker" Holmes (Sumber: Reuters)
James “The Joker” Holmes, tampil pada sidang perdana kasusnya, Senin, 23 Juli 2012. Dengan kedua tangan dan kaki diborgol, dia duduk di kursi terdakwa. Wajahnya nyaris tanpa emosi dan tatapan matanya kosong. Holmes sama sekali tidak menunjukkan emosi. Dia terancam hukuman mati. Seorang pemuda yang hidup dalam keluarga yang berkecukupan, cerdas dan menikmati tingkat pendidikan yang tertinggi. Namun, hidupnya harus berujung pada tuntutan mati sebagai akibat tindakannya.     

Sidis saat wisuda di Harvard, 1914  (en.wikipedia.org)
Kecerdasan bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan seseorang. Anda pernah mendengar cerita tentang William James Sidis? Jika belum pernah mendengar tidak mengapa. Saya pun belum pernah mendengar, hingga beberapa waktu yang lalu guru Bahasa Inggris ketika saya SMA dulu bertanya kepada saya mengenai Sidis melalui BlackBerry Messenger. Segera saya tanya kepada “Paman Google” dan menemukan tentang Sidis pada laman Wikipedia.

William James Sidis (1 Apr 1898 – 17 Juli 1944) adalah anak Amerika yang sangat berbakat dengan kemampuan istimewa atas Matematika dan Bahasa. Selama hidupnya, IQ-nya diperkirakan antara 250 hingga 300, yang membuatnya menjadi yang tertinggi yang pernah tercatat. Dia masuk Harvard pada usia 11 tahun, dan sebagai orang dewasa dikabarkan menguasai lebih dari 40 bahasa dan dialek. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa beberapa klaim dinilai berlebihan, dimana seorang periset menyatakan “Saya telah meriset kebenaran langsung dari sumber utama atas banyak subyek selama 28 tahun, dan belum pernah menemukan sebuah topik yang dipenuhi dengan kebohongan, mitos, kebenaran yang diragukan, berlebihan, dan bentuk-bentuk lain atas informasi menyesatkan seperti dalam sejarah di belakang William Sidis”. Sidis menjadi terkenal pertama kali untuk hal-hal yang dicapai mendahului usianya dan kemudian pada eksentriknya dan menarik diri dari kehidupan sosial. Akhirnya, dia menghindari semua yang berhubungan dengan matematika, dan menulis topik lain dengan sejumlah nama samaran.

Keluarga Sidis adalah keturunan Yahudi Ukraina. Orangtuanya meninggalkan negaranya untuk menetap di Amerika Serikat pada tahun 1887. Ayahnya, Boris Sidis, Ph.D., M.D., adalah seorang psikiater. Boris menguasai beberapa bahasa. Ibunya, Sarah Mandelbaum Sidis, M.D., lulusan Boston University, School of Medicine pada tahun 1897. Kedua orangtuanya memacu perkembangan intelektual Sidis mendahului kematangan usianya. Pada usia 18 bulan Sidis sudah bisa membaca surat kabar New York Times. Pada usia 8 tahun Sidis sudah belajar 8 bahasa, yaitu Latin, Yunani, Perancis, Rusia, Jerman, Ibrani, Turki, dan Armenia. Masuk Harvard pada usia 11 tahun, dan lulus sarjana dengan cum laude pada 18 Juni 1914, pada usia 16 tahun. Dia kemudian mendaftar di Harvard Graduate School of Arts and Sciences. Sidis melepas peluang mendapatkan gelar master dalam matematika, dia malah mendaftar ke Harvard Law School pada September 1916 dan mengundurkan diri pada Maret 1919. Sidis ditahan pihak berwenang atas partisipasinya dalam parade kaum sosialis di Boston, yang berakhir kacau. Dalam persidangan, Sidis menegaskan bahwa dia adalah seorang sosialis dan menentang Perang Dunia I. Orangtuanya menganggap Sidis terganggu jiwanya, dan Sidis dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Sidis meninggal di tahun 1944 di Boston akibat pendarahan otak pada usia 46 tahun. Hal yang sama dialami ayahnya pada tahun 1923 pada usia 56 tahun.

Kisah Wiliam James Sidis adalah salah satu contoh lagi bahwa kecerdasan terbukti gagal memprediksi kesuksesan sesorang. Kecerdasan merupakan salah satu faktor penentu, namun bukan satu-satunya faktor, dalam kesuksesan seseorang. Kecerdasan intelektual (IQ) bersama kecerdasan emosional (EQ), dan daya tahan (AQ) akan menentukan kesuksesan seseorang. Dan di antara ketiganya, Adversity Quotient (AQ), yang merupakan daya tahan seseorang dalam menghadapi situasi sulitlah yang paling berperan (baca artikel saya sebelumnya “Adversity Quotient” di www.suhartono-chandra.blogspot.com/2011/12/adversity-quotient.html).

Salam Pemenang!

Catatan
  • Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
  • Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.   

Senin, 16 Juli 2012

Life Is Not All About Money


Sumartono Hadinoto & keluarga
Suatu pagi di bulan Mei 2008, saya baru saja mendarat di Bandara Adi Sumarmo, Solo, Jawa Tengah, dengan pesawat Garuda Indonesia penerbangan pertama dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Setibanya di pintu keluar, saya menekan sebuah nama di ponsel saya. Tidak lama setelah terdengar nada sambung, sebuah suara terdengar begitu hangat menyapa. Sesaat kemudian kami saling berhadapan. Genggaman telapak tangan seorang pria paruh baya yang saya rasakan mencerminkan pribadi sosok yang terbuka. Saya duduk di samping pria itu yang duduk di belakang kemudi Honda Jazz. Selama perjalanan dari Bandara ke kota kami asyik mengobrol dengan selingan beberapa panggilan telepon yang masuk ke ponselnya. Dengan earphone yang terpasang di telinganya dia leluasa berbicara di ponselnya. Isi pembicaraan teleponnya lebih banyak terkait dengan kegiatan/urusan sosial. Seperti pagi itu, seorang warga memberitahukan dia bahwa baru saja suaminya meninggal dan membutuhkan bantuan. Saat itu juga beliau menghubungi beberapa pihak dan memberi instruksi-instruksi. Setelah itu beliau menghubungi kembali warga tersebut dan menginformasikan bahwa semua kebutuhannya sudah disiapkan. Bagi beliau urusan membantu warga yang sedang kesusahan harus segera dilaksanakan. Tidak boleh ditunda-tunda. Tanpa terasa kami sudah tiba di daerah Pasar Gede, tidak jauh dari Balai Kota Solo. Sesaat kemudian kami menyantap Timlo Sastro, warung timlo yang pertama di Solo, yang sudah berjualan di samping Pasar Gede sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. Selesai sarapan, saya diajak mampir ke rumah beliau. Itulah pertemuan pertama saya dengan sosok bernama Sumartono Hadinoto, yang terlahir dengan nama Khoe Liong Hauw.

Sumartono (kedua dari kanan) saat penyerahan bantuan untuk korban banjir, 29 Desember 2007
Martono, begitu dia biasa dipanggil, lahir, besar dan hingga saat ini tinggal di Solo. Nama beliau sangat lekat dengan aktifitas sosial di Solo. Tidak heran, karena dia memang begitu aktif di belasan organisasi sosial. Sebut saja, Perkumpulan Masyarakat Solo (PMS-Ketua Humas & Pelayanan), Lions Club Solo Bengawan (LCSB), Dewan Harian Cabang 1945 (DHC'45-Ketua Biro Sosial Budaya), Yayasan Kesejahteraan Tunanetra (Yaketuntra-Ketua), Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari-Ketua), Paguyuban Alumni Sekolah Warga, International Nature Loving Association (INLA-Ketua Kehormatan), Panti Asuhan Karya Rahayuning Anak (Karuna-Ketua), Asosiasi Pengusaha Indonesia, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI-Ketua Umum) Solo, Palang Merah Indonesia (PMI-Sekretaris & Komandan Satgana) Kota Solo, Direktur Medical Action Team PMI Solo, Solo Emergency Response Unit (SERU-Ketua), dan beberapa lainnya. Solo Emergency Response Unit merupakan wadah penanganan bencana luar biasa yang merupakan gabungan dari berbagai elemen, seperti PMI, SAR (Search and Rescue) Unit UNS (Universitas Sebelas Maret), dan Orari. Untuk masalah yang berhubungan dengan kegawat-daruratan (emergency) dan penanganan bencana, seperti banjir yang (sering) melanda kota Solo, sosok Martono selalu hadir.

Sumartono (paling kanan) saat banjir di Solo, 6 Januari 2012
Seharian bersama beliau, memberi saya gambaran lebih jauh tentang beliau. Beliau, yang lahir pada tahun 1956, terlihat begitu gesit dan bersemangat. Energinya seperti tidak pernah habis. Sepanjang hari itu kegiatan beliau seluruhnya terkait dengan urusan sosial. Begitu besarnya kontribusi beliau dalam aktifitas sosial kepada masyarakat kota Solo sehingga dia dinobatkan sebagai satu dari 11 Tokoh Berpengaruh di Solo (www.kompasiana.com), urutan ketiga di belakang Joko Widodo (Walikota Solo) dan FX Hadi Rudyatmo (Wakil Walikota Solo). Aktifitas beliau dalam kegiatan-kegiatan sosial memancing acara Kick Andy untuk mengundangnya ke Jakarta. Satu pertanyaan yang menggelitik saya adalah apa yang menjadi motivasi beliau sehingga begitu aktif dalam kegiatan sosial, padahal dia juga punya usaha yang cukup berhasil walaupun bukan usaha yang besar sekali. Saat saya pertama kali bertemu dengan beliau di tahun 2008, pengelolaan usahanya sudah diserahkan kepada istri, anak perempuan, dan calon menantunya (saat itu). Beliau hanya fokus mengabdikan waktunya bagi kegiatan-kegiatan sosial.     

Sumartono (kiri), Wakil Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo (kedua dari kiri) dalam reality show TATV Solo di Yayasan Kesejahteraan Tunanetra, 25 Mei 2012
Menurut Martono, kehidupan yang sulit di masa kecil berperan besar dalam keputusannya mendedikasikan waktunya di bidang sosial. Ayahnya, yang pengusaha batik tulis kecil-kecilan, meninggal saat Martono kecil masih SMP. Kepergian ayahnya membuat rencananya untuk sekolah ke Belanda menjadi gagal total, karena dia merupakan anak lelaki satu-satunya. Martono mengambil tanggung jawab membantu ibunya dalam menopang ekonomi keluarga dengan berjualan batik setelah pulang dari sekolah. Suatu ketika, dia pernah tidak berhasil menjual selama tiga hari berturut-turut. Akhirnya usaha batik ditutup. Setelah lulus SMA, Martono sempat bekerja sebagai asisten toko, dan bekerja di bengkel variasi mobil untuk waktu yang cukup lama.

Latihan SAR di Waduk Delingan, 9 Pebruari 2012
Suatu ketika di tahun 1986, seorang kenalannya, yang memiliki bisnis interior berbahan aluminium, akan pindah keluar negeri. Bisnis itu kemudian dikelola dan dibelinya. Hingga saat ini bisnis tersebut masih eksis. Sejak masa SMA, Martono memang senang bergaul. Dia aktif berorganisasi. Sifat Martono yang ringan bahu membantu siapapun tanpa pamrih menambah luas pergaulannya. Prinsip dia adalah mencari kawan sebanyak-banyaknya dan berkontribusi bagi banyak orang, maka upaya menabur tidak akan pernah sia-sia. Suatu ketika ada seorang pengusaha dari Jakarta sedang berada di Solo untuk urusan pekerjaan interior dengan salah seorang kenalan Martono. Ternyata mobil pengusaha tersebut AC-nya mati dan oleh kenalannya dipanggillah Martono. Masalah AC mobil terpecahkan. Pertemanan dengan pengusaha terjalin. Dan selanjutnya hubungan pertemanan berlanjut menjadi hubungan bisnis. Martono mendapatkan keagenan bahan gypsum dari pengusaha tersebut.  

Walikota Solo Jokowi (duduk paling kiri berkaos dan bertopi putih), Sumartono (duduk tengah), dan Wakil Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo (paling kanan duduk berkaos dan bertopi merah) dalam acara pembukaan Car-free Day Juanda 25 September 2011
Perkenalan saya dengan Martono tak terduga. Saat itu saya menghadapi kendala dalam suatu proyek di Solo. Saya mencari seseorang yang bisa membantu mengurai benang kusut dalam pekerjaan itu. Pencarian bergerak dari satu orang ke orang lain hingga pencarian saya beredar di PMS, dan akhirnya muncullah nama yang direkomendasikan, Sumartono Hadinoto. Selanjutnya seperti yang sudah saya tuliskan di atas bertemulah saya dengan beliau. Dengan bantuan beliau persoalan yang ada dalam pekerjaan dapat terpecahkan. Dan beliau benar-benar membantu tanpa pamrih. Dengan aktifitasnya di banyak organisasi sosial, Martono tentu memiliki akses ke penguasa. Saya tahu persis dia sangat dikenal oleh Walikota Solo Joko Widodo maupun Wakil Walikota FX Hadi Rudyatmo. Demikian pula pengusaha-pengusaha di Solo pasti mengenal Martono. Namun, tidak sekalipun dia memanfaatkan kedekatannya bagi keuntungan pribadi bisnisnya.

Sumartono bersama istri dan cucunya
Sikap yang ramah, terbuka, semangat, tulus dan tanpa pamrih, serta pergaulan yang luas merupakan modal yang luar biasa dalam memberi solusi bagi banyak persoalan. Contohnya adalah bagaimana strategi yang diterapkan oleh Martono berhasil membangkitkan sebuah radio yang sebelumnya sulit berkembang. Adalah Radio Metta FM Solo, yang sebelumnya merupakan radio yang dimiliki oleh sekitar 30 orang umat Katolik. Metta sendiri sebenarnya adalah singkatan dari Marsudi Endah Tata Tentreming Ati. Martono didapuk menjadi Direktur Utama dengan tugas mengembangkan radio tersebut. Pertama-tama, Martono membuka sekat eksklusivisme. Kepemilikan radio dibuka tanpa batasan agama tertentu. Jumlah pemilik dimekarkan menjadi 120 orang yang masing-masing menyetor Rp 10 juta. Visi radio ditetapkan sebagai “Inspiring Family Radio Station”. Hingga 5 tahun berjalan, keuangan radio masih kembang kempis, namun perlahan tapi pasti kemajuan terus meningkat. Saat ini, yang merupakan tahun ke-9, keuangan radio sudah akan mencapai titik impas. Saya dapat membayangkan, tidak mudah mengelola sebuah bisnis dengan jumlah pemilik modal mencapai 120 orang. Namun, sosok Martono, yang hanya lulus SMA namun memiliki prinsip yang kuat mampu melakukannya.

Michael & Jason, cucu Sumartono
Prinsip itu pula yang membuatnya hingga saat ini menikmati aktifitasnya di belasan organisasi sosial tanpa beban. Prinsipnya dalam mengabdikan diri di setiap organisasi sosial adalah, “Bekerja dengan niat baik dan ikhlas. Tanpa pamrih. Dan jangan berambisi soal kedudukan atau mau memiliki organisasi, karena tujuan kita dalam organisasi sosial adalah melayani masyarakat luas”, katanya. Dia merasa kebahagiaan hidupnya sudah lengkap. Keluarga yang mencintainya. Istri yang setia mendampinginya. Anak yang hidup bahagia, yang sudah memberinya dua orang cucu laki-laki yang lucu-lucu, Michael dan Jason. Usaha yang berjalan dengan baik. Terlebih lagi, Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk terus berkontribusi dalam perkara-perkara sosial, membantu banyak orang, mengatasi kelangkaan stok darah, menggalang bantuan makanan atau bea siswa bagi keluarga tidak mampu, dan tentunya teman-teman yang bahu membahu dalam kegiatan kemanusiaan.

Dan seperti yang sudah kita pahami, dalam pengabdian yang murni di setiap organisasi sosial alih-alih mendapatkan uang kita justru harus sering-sering mengeluarkan uang dari kantong sendiri. Namun, Martono tetap menikmati itu, dari dulu hingga saat ini tidak pernah surut semangatnya untuk melayani banyak orang.  Life is not all about money. Hidup bukanlah melulu soal uang. Setidaknya, itulah yang menjadi prinsip Martono.

Salam Pemenang!

Catatan
  • Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
  • Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.   

Jumat, 06 Juli 2012

Helping People Is A Joyful Business: Kisah Seorang Aris Tarkus


Ditemui di perhelatan ulang tahun ketiga Bioaktiva, produk kesehatan yang mengandung 100% nutrisi rempah dan herbal terbaik Indonesia (www.bioaktiva.co.id), Aris Tarkus terlihat tenang namun penuh percaya diri. Wajahnya terlihat begitu bahagia, terlebih lagi karena dia hadir bersama Esther Yudiani, istri tercinta yang telah memberinya dua orang anak, Audrey Artha dan Peter Artha. Saya pertama kali bertemu dengan Aris Tarkus beberapa bulan yang lalu di Jakarta. Jika belum mengenalnya, Aris terlihat sebagai orang yang terlalu serius sehingga senyumnya hampir-hampir tidak pernah menghias wajahnya. Namun, jika kita sudah mengenalnya semuanya menjadi berbeda 180 derajat. Acara haul itu, yang diadakan selama dua hari, tanggal 3-4 Juli 2012 di Ballroom Hotel Peninsula Jakarta, memang merupakan acara pemberian penghargaan kepada mitra-mitra distributor Bioaktiva di seluruh Indonesia. Dan, Aris adalah distributor Bioaktiva yang tertinggi penjualannya secara nasional. Pada satu kesempatan dia pernah mengatakan “Sebelum saya menjalankan bisnis Bioktiva tidak pernah terbayang bahwa saya bisa membeli mobil walaupun dengan mengangsur. Namun, saat ini saya malah bisa membeli mobil dengan bayar cash”, katanya dengan rasa haru dan penuh rasa syukur. Dan tahun ini, atas prestasi pencapaiannya malah bonus yang didapatkan adalah sebuah Toyota Fortuner. Bonus itu di luar margin keuntungan yang dia dapatkan sebagai distributor. Namun, rute perjalanan kesuksesannya bukanlah rute jalan tol. Perlu kerja keras dan kerja cerdas. Komitmen yang tinggi, cucuran keringat, dan pantang menyerah adalah modal utama kesuksesannya. Aris membagi cerita kesuksesannya dalam tiga fase, yaitu fase belajar (Learn), fase melakukan (Do), dan fase mengajar (Teach).   

Momen bersejarah dalam kehidupan Aris adalah di bulan November 2009, saat dia memutuskan menjadi distributor Bioaktiva. Dia tidak pernah punya pengalaman berbisnis, karena dia adalah Station Manager di radio Heartline FM Lampung. Tiga bulan berlalu, hasil bisnisnya biasa-biasa saja. Saat itu, dia sempat berpikir bahwa memang dia tidak berbakat berbisnis. Bulan Juli 2010, Aris diundang ke acara ulang tahun pertama Bioaktiva yang saat itu diadakan di Semarang. Dalam acara itu tentu dia mendapat  kesempatan bertemu dengan distributor-distributor dari daerah lain, yang telah lebih dulu menjadi distributor. Aris melihatnya sebagai suatu kesempatan untuk belajar dari distributor-distributor lain bagaimana bisa sukses menjalankan bisnis Bioaktiva. “Ada sebuah ungkapan berbunyi demikian; tidak belajar sehari adalah sebuah kesalahan, tidak belajar seminggu adalah sebuah kebodohan, tidak belajar setahun adalah sebuah kemiskinan dan kemelaratan, dan tidak belajar seumur hidup adalah sebuah warisan yang berbahaya buat keturunan”, ujarnya. Aris mau dengan rendah hati terus belajar dari mereka yang sudah sukses lebih dulu. Dan dia taat menjalankan kiat-kiat yang diberikan kepadanya.

Pulang dari Semarang, adalah waktunya untuk mengambil tindakan, action (Do). Melakukan strategi-strategi yang dia pelajari selama pertemuan dua hari di Semarang. Dia mulai mengundang teman-temannya, memaparkan dan menawarkan konsep bisnisnya. Dari sejumlah orang yang diundang, ternyata hanya lima orang yang datang menghadiri undangan. “Kami tidak berkecil hati. Kami harus tetap memulai perjuangan ini. Do Your Best, and GOD does the rest”, katanya dengan penuh semangat. Dari lima orang yang menjadi sub-distributor-nya satu persatu mundur. Hanya tersisa satu orang yang masih terus berjuang bersamanya. Dengan kerja keras dan melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan serta berlutut berdoa, akhirnya pelan tapi pasti bisnis Aris mulai bergerak naik. Banyak outlet sudah ikut menjual Bioaktiva. Pemasaran getuk tular atau bahasa kerennya word-of-mouth marketing dari para konsumen yang telah merasakan manfaat Bioaktiva merupakan pemasaran yang sangat efektif, yang memberikan akselerasi yang tinggi atas kinerja penjualan Aris.

Di tahun kedua, Aris telah memiliki 10 sub-distributor. Tidak semua sub-distributor bisnisnya berjalan mulus dalam memasarkan produk Bioaktiva. Saatnya dia untuk berbagi dan membantu sub-distributor-nya agar sukses seperti yang sudah dia alami. “Kalau kita sudah punya pengalaman jangan di simpan. Ajarkan dan tularkan kepada orang lain”, ujar Aris. Dengan tulus, Aris membantu dan menularkan strategi dan taktiknya. Faktor pemahaman terhadap produk, keterampilan menjual, dan didukung oleh kepribadian para penjual yang ramah, pelayanan yang berorientasi pada pelanggan terus ditingkatkan. “Kami tidak mau gagal dalam menjalankan bisnis ini”, tegas Aris. Dengan bahu membahu, saling tolong menolong dan semangat kebersamaan kesulitan demi kesulitan dapat dilalui bersama. Sebagian besar waktunya digunakan untuk membantu kesuksesan sub-distributornya. Hasilnya, pada perayaan ulang tahun Bioaktiva yang kedua di Surabaya tim Aris masuk kelompok 5 Besar nasional.

Momentum pertumbuhan telah didapat Aris. Berita kesuksesan tim Lampung, yang dengan cepat menyebar meningkatkan akselerasi perkembangan bisnisnya, seperti bola salju yang terus membesar. Dan di tahun ketiga ini, Aris dan sub-distributor-nya berhasil memecahkan rekor penjualan tertinggi secara nasional. Rasa optimis dalam menyongsong tahun keempat, yang dimulai dari bulan Juli, terpancar jelas pada wajah-wajah Aris dan timnya. Namun, keberhasilan tidak membuat Aris menjadi sombong, dia tetap rendah hati. Dalam kesempatan yang diberikan kepada dia untuk berbagi pengalaman kesuksesannya kepada distributor yang hadir, Aris tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada timnya yang telah bahu membahu mencapai prestasi tertinggi, dan last but not least Aris juga tidak melupakan dukungan yang luar biasa dari istrinya yang selalu mendampingi Aris sejak masa-masa sulit. Aris pun selalu mengucap syukur. “Mengucap syukur membuat kita tidak mudah kecewa, mudah mengeluh, mudah iri hati, mudah putus asa dan menyerah. Mengucap syukur akan membuat kita selalu berterima kasih, selalu berpengharapan, mudah memberi, merasakan kedamaian dan selalu membagikan cinta. Akhirnya  mengucap syukurlah dalam segala hal. Itulah yang di kehendaki Tuhan”, katanya. “Kalau kita mau menjadi tanah liat yang akan di bentuk menjadi tembikar yang indah, hal itu dapat menjadi kenyataan. Bagian pembentukan merupakan bagian yang menyakitkan, tetapi keindahan yang terpancar dari barang ciptaan-Nya itulah yang tidak dapat di bayar oleh uang”, lanjutnya.

Selain margin keuntungan dan bonus mobil Toyota Fortuner, PT Unimax Power, distributor nasional Bioaktiva, masih memberikan bonus tambahan lagi berupa tiket pergi pulang Jakarta-Singapura dan akomodasi selama 3 hari 2 malam. Saat saya menulis artikel ini Aris bersama keluarganya, istri dan kedua anaknya, sedang menikmati liburan di Singapura. Selamat berlibur Sang Pemenang.

Salam Pemenang!

Catatan
  • Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
  • Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.