Kamis, 19 Januari 2012

Kesuksesan Bukan Melulu Soal Uang [2]: Cerita Tentang Marandus Sirait


Kesuksesan bukan melulu soal uang. Kesuksesan adalah juga ketika berhasil melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat banyak. Kali ini kita belajar melalui sosok “Marandus Sirait: Lahan Keluarga Untuk Lingkungan” (Kompas, Rabu, 04 Januari 2012). Bagi Marandus Sirait, lelaki berusia 44 tahun itu, kesuksesan adalah ketika dia berhasil membangun hutan yang dapat menghidupi masyarakat sekitar. Hutan seluas 40 hektar, yang terletak sekitar 6 kilometer dari bibir Danau Toba di Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, itu adalah lahan milik keluarga yang sedang dia upayakan menjadi “surga” bagi masyarakat sekitar. Hutan itu dia namakan Taman Eden 100, yang dia bangun sejak 1999. Saat ini ada sekitar 100 jenis pohon produktif, seperti pohon durian, jambu biji, mangga, dan pohon alpukat. Upaya Marandus Sirait, yang jatuh bangun membangun Taman Eden 100, merupakan contoh yang tepat bagi kegigihan seorang “pendaki (climber) sejati” dalam pendakian menaklukan gunung-gunung kesulitan sepanjang perjalanan menyusuri rute Sang Pemenang. Penghargaan Kalpataru (2005), Wahana Lestari (2010), Danau Toba Award (2010), dan Penghargaan Penanaman Pohon dari Dinas Kehutanan (2011), hanyalah terminal pemberhentian sementara bagi perjalanannya menyusuri rute Sang Pemenang.

Selalu dimulai dari suatu keputusan. Keputusan yang didasari keberanian mengambil tanggung jawab, sementara yang lain tidak berani. Sejak masih bekerja sebagai guru musik dan penyanyi gereja (1988-1998) di Medan, Sumatera Utara, Marandus Sirait sudah sering menyuarakan pentingnya melestarikan alam. Dia juga sering mengikuti seminar, diskusi, dan lokakarya yang membahas mengenai lingkungan hidup di Medan. Tahun 1999, dia memutuskan untuk secara nyata bertindak melestarikan alam. Dia pulang ke kampung halaman. Namun, yang dia temui adalah kekecewaan orangtua, saudara-saudaranya maupun tetangga, karena anggapan dalam masyarakat Batak hanyalah mereka yang gagal yang kembali ke kampungnya setelah merantau sekian lama ke kota. Tapi, Marandus Sirait bergeming. Dia rela tinggal di bekas kandang kerbau di tengah lahan hutan keluarga. Dia belajar bercocok tanam dari berbagai bacaan. Dia pun rela menjual peralatan musiknya hanya untuk membeli bibit dan membayar pekerja untuk membersihkan lahan.

Tahun 2002, dia sempat hampir menyerah dan kembali ke Medan untuk mengajar musik. Tapi, itu hanya bertahan selama tiga bulan. Dia kembali lagi ke hutan. Tahun 2004, Marandus Sirait jatuh sakit. Beberapa penyakit silih berganti menghampiri dia. Dokter mengatakan bahwa penyakit yang dia derita adalah akibat stres dengan obsesinya terhadap pengembangan hutan keluarga. Dia diminta untuk menjauhi hutan. Dia kembali ke Medan, dan bermain musik lagi. Suatu perjalanan seorang Marandus Sirait yang tidak mudah.

Pertengahan 2005, ada secercah harapan baru. Hasil kerja kerasnya berbuah penghargaan Kalpataru. Semangatnya bangkit kembali. Namun, perjalanan “pendakian” tetap tidak mudah bagi Marandus Sirait, bahkan hanya untuk menutup biaya operasionalpun dia masih mengandalkan kedermawanan pengunjung. Saat ini dia masih terus berjuang, bekerja keras mewujudkan mimpinya menjadikan Taman Eden 100, lahan hutan keluarga seluas 40 hektar, dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Itulah mental Sang Pemenang, yang terus bertahan dalam menghadapi setiap kesulitan dan terus maju selangkah demi selangkah. Keberanian mengambil tanggung jawab, komitmen yang tinggi, pengorbanan, kegigihan atau persistensi, dan senantiasa bersyukur dalam keadaan apapun merupakan modal kuat bagi Marandus Sirait.

1 komentar:

  1. Sebuah perjalanan adalah sebuah keputusan untuk berjuang melaluinya,sebuah keputusan adalah sebuah keberanian untuk tetap komit terhadap keputusan..luar biasa perjuangan bpk Marandus Sirait.dari cerita diatas betapa benar bahwa Tuhan itu mau semua kita masuk dalam rencanaNya yang indah,walau mungkin saat ini belum ada apa apa namun nanti kelak pasti kita tahu bahwa Tuhan tak pernah tinggalkan kita untuk masuk dalam rencanaNya jika kita tetap setia dan taat..sukses selalu pak...

    BalasHapus