Kamis, 05 Januari 2012

Kita Perlu STOPPERS!


Suatu siang, saya menerima pesan dari seorang teman sekompleks melalui jaringan grup BBM (BlackBerry Mesenger), bahwa Ani (bukan nama sebenarnya), tetangga satu kompleks berteriak-teriak sendirian di salah satu bunderan di kompleks kami. Sontak berita itu menjadi sumber kegemparan di antara anggota grup. Lantas berkembang informasi mengenai si Ani itu. Ani adalah seorang wanita, tinggi, langsing, dan gurat-gurat kecantikan masih terlihat di usianya yang sekitar empat puluhan, kecuali raut muka yang tidak bercahaya yang menyiratkan adanya problem yang berat. Dia tinggal sendirian di sebuah town house di dalam kompleks kami. Sebelum tinggal di kompleks kami, Ani tinggal bersama suaminya di sebuah kota di Jawa Timur. Dari informasi teman-teman yang berkembang sebenarnya dia bukannya tidak berdaya secara ekonomi. Sebelumnya dia adalah salah satu pendukung calon kepala daerah. Dia bertugas menghimpun suara pemilih dengan janji imbalan uang. Dia tidak bisa menepati janjinya kepada pemilih yang dihimpunnya, karena ternyata calon yang didukungnya kalah. Suatu situasi sulit yang dia hadapi saat itu. Sayangnya, Ani kalah telak terhadap kesulitan yang menerpanya. Hubungan pernikahannya bubar dan dia dikejar-kejar masyarakat pemilih yang dijanjikannya. Sosok Ani adalah contoh orang yang memiliki AQ rendah. Dan sekarang lebih buruk lagi, Ani masuk pada tahap depresi.   

Menurut para ahli psikologi kognitif, di antara serangkaian luas respon-respon terhadap kesulitan, ada satu respon yang dapat sangat melumpuhkan, yaitu menganggap suatu situasi sulit sebagai bencana. Orang-orang menganggap bencana apabila mereka mengubah ketidaknyamanan-ketidaknyamanan yang ada sebagai akibat situasi sulit tersebut menjadi sebuah malapetaka. Menganggap akibat-akibat dari suatu situasi sulit sebagai suatu bencana seringkali terjadi terjadi ketika merenungi peristiwa-peristiwa yang buruk secara destruktif. Menganggap sesuatu sebagai bencana berkaitan dengan dimensi AQ  (CO2RE) yang ketiga, yaitu Reach (jangkauan) dan terjadi sewaktu Anda membiarkan akibat-akibat dari situasi sulit itu menyebar seperti api liar sambil menghancurkan bagian lain kehidupan Anda. Dalam situasi tertentu, saat badai prahara yang sungguh luar biasa terjadi, orang dengan AQ tinggi pun untuk sesaat dapat mengalami hal seperti itu. Jadi, ketika hal tersebut terjadi Anda harus segera menghentikannya. Anda harus segera mematikan api kecil itu sebelum membesar dan menjalar kemana-mana.
Paul G. Stoltz menyarankan pemanfaatan delapan teknik yang disebut Stoppers! Delapan teknik itu digolongkan menjadi dua kategori, yaitu Perintang dan Pembingkai Ulang. Teknik-teknik tersebut dapat digunakan untuk mempercepat pemulihan diri Anda dari kesulitan dan mengurangi akibat-akibat kesulitannya (lihat gambar). Kedelapan teknik itu merupakan metode-metode yang telah teruji, baik secara ilmiah maupun pengalaman. Anda bisa gunakan salah satu dari kedelapan teknik itu untuk menghentikan upaya destruktif pikiran Anda.
Perintang dirancang untk membantu Anda menginterupsi respon destruktif Anda.
Perintang #1: Menyentak Diri. Ketika Anda sedang memikirkan akibat-akibat dari situasi sulit dan tanpa sadar Anda membiarkan pikiran Anda untuk terus memperbesar akibat-akibat tersebut dan bergerak liar masuk ke wilayah lain kehidupan Anda, bersiaplah untuk segera mengangkat tangan Anda dan pukullah permukaan keras yang ada di dekat Anda dengan telapak tangan Anda sekeras yang Anda mau sambil berteriak “STOP!”. Permukaan keras bisa sebuah meja, kursi, tembok, dashboard mobil, helm yang sedang Anda pakai, atau apapun permukaan keras yang dapat Anda pukul dengan telapak tangan Anda, sehingga Anda merasakan telapak tangan Anda menjadi perih. Dengan menyentak diri melalui rasa perih pada telapak tangan Anda akan memutus pikiran yang mulai destruktif, dan mengambil kendali lagi atas kesulitan Anda. Teknik ini tentunya dapat Anda lakukan saat Anda sedang sendirian, karena jika dalam keramaian apalagi saat rapat dengan atasan tentu Anda akan menimbulkan kesulitan baru. Perintang #2: Mengalihkan Perhatian. Teknik ini dapat Anda lakukan pada situasi apapun. Caranya adalah ketika pikiran Anda mulai destruktif maka Anda bisa mengalihkan perhatian pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan situasi sulit. Misalnya, Anda sedang berada di suatu mal bersama suami / istri, atau bersama kawan maka Anda bisa mengalihkan perhatian dengan memperhatikan sikap dan wajah orang yang sedang lalu lalang. Atau, jika sedang memegang suatu benda Anda bisa mulai memperhatkan detil dari benda tersebut. Dengan mengalihkan perhatian maka Anda telah memutus alur pikiran yang destruktif untuk kemudian mengambil kendali lagi atas kesulitan yang sedang Anda hadapi. Perintang #3: Mengejut Diri. Pakailah gelang karet di pergelangan Anda. Ketika pikiran destruktif mulai masuk tarik gelang karet itu dan jepretlah hingga lengan Anda terasa perih, maka Anda akan memutus dan menghentikan pikiran destruktif tersebut. Stoltz melaporkan bahwa Charles Barkley, bintang bola basket di klub Houston Rockets, pemain All Star, dan tiga kali menjadi anggota U.S. Dream Team menggunakan gelang karet untuk “membantu menjaga agar segala sesuatunya tetap pada tempatnya”. Perintang #4: Menyibukkan Diri. Ketika Anda merasa tidak mampu melakukan apapun dalam suatu situasi sulit, maka Anda bisa memutus pikiran destruktif dengan melakukan kegiatan-kegiatan lain. Anda bisa mendengarkan musik yang keras, menonton film laga, atau film komedi yang lucu, mencuci mobil, menguras akuarium, merawat tanaman. Kegiatan apapun itu yang dapat membuyarkan pikiran destruktif itu. Perintang #5: Berolahraga. Kita sadar saat kita merenungkan suatu situasi sulit maka energi dan vitalitas kita terkuras. Untuk itu kegiatan berolahraga merupakan cara yang efektif untuk memulihkan kesegaran kita. Anda bisa berlari, bersepeda, berenang, aerobik, atau apapun jenis olahraga yang Anda sukai.

Pembingkai Ulang merupakan alat untuk membantu Anda menghentikan kebiasaan menganggap semua kesulitan sebagai bencana dengan menempatkan kesulitan Anda pada tempatnya.
Pembingkai Ulang #1: Kembali Ke Tujuan Awal. Teknik ini digunakan untuk mengingatkan kita alasan atau tujuan kita yang sebenarnya untuk terlibat dalam situasi dimana kesulitan itu terjadi. Misalkan, Anda terlibat dalam tim pengembangan bisnis baru sebagai tugas tambahan di luar pekerjaan rutin Anda di suatu perusahaan. Keterlibatan Anda menuntut waktu dan konsentrasi lebih dari sebelumnya. Situasi sulit muncul ketika, karena kesibukan, terpaksa Anda sering absen dalam kegiatan rutin bersama keluarga. Istri merajuk karena kehilangan perhatian. Anak mengeluh karena Anda tidak bisa hadir pada pertunjukkan drama sekolah dimana anak Anda terlibat sebagai pemeran utama. Anda mulai merasa tertekan dalam pekerjaan Anda. Segala sesuatunya menjadi memburuk. Jika saat seperti itu terjadi, maka cara yang paling tepat adalah kembalilah ke tujuan awal. Apa tujuan Anda berkarir di sana? Apa alasan kuat sehingga Anda berkarir disana? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menyadarkan Anda dan memutus pikiran destruktif yang mulai muncul. Pembingkai Ulang #2: Mengecilkan Diri. Ketika kita menganggap kesulitan sebagai suatu bencana, kita akan kehilangan perspektif. Salah satu cara untuk mendapatkan kembali perspektif dan membingkai ulang kesulitan adalah mengecilkan diri. Mengecilkan diri disini adalah tindakan menempatkan diri pada situasi dimana Anda menjadi sangat kecil dibanding apa yang ada di sekitar Anda. Misalnya, di ketinggian suatu gunung, di pinggir pantai memandang luasnya laut, atau duduk memandang langit yang penuh dengan bintang. Saat itu Anda akan disadarkan bahwa kebesaran Tuhan begitu luar biasa. Anda dan kesulitan Anda menjadi terasa kecil. Pembingkai Ulang #3: Membantu Orang Lain. Pikiran destruktif Anda mungkin akan menganggap Anda adalah orang yang paling mnederita dengan adanya situasi sulit yang Anda alami. Ambillah waktu untuk membantu orang lain, misalnya membantu orangtua-orangtua yang tinggal di panti jompo, mengunjungi dan membantu anak-anak di panti asuhan, membantu para gelandangan yang tinggal di rumah kardus. Kegiatan tersebut akan memutus pikiran destruktif Anda dan mengingatkan bahwa di luar sana masih banyak orang-orang yang memilki kesulitan yang jauh lebih besar dari Anda.

Kedelapan teknik STOPPERS! Tersebut bukanlah teknik yang akan menghilangkan masalah-masalah sebagai akibat dari situasi sulit Anda. Teknik–teknik itu berfungsi memutus pikiran destruktif Anda yang bergerak liar merasuki sisi-sisi lain kehidupan Anda, yang membuat masalah menjadi semakin besar dan tidak terkendali. Dengan menerapkan teknik STOPPERS!  Anda akan mendapatkan kembali perspektif serta kendali atas situasi sulit Anda untuk diatasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar