Sabtu, 30 Juni 2012

Surat Untuk Sahabat Pembaca Blog “Sang Pemenang”


Sahabat............
Artikel pada blog Sang Pemenang muncul pertama kali pada tanggal 19 November 2011. Secara tulus, saya mengucapkan terima kasih kepada Anda, sahabat pembaca artikel blog Sang Pemenang. Tanpa Anda, kehadiran Sang Pemenang tidak ada artinya. Per 30 Juni 2012, artikel-artikel blog Sang Pemenang telah diakses oleh sahabat-sahabat di 38 negara, yang tersebar di 5 benua. Sesuai dengan judul blog, artikel-artikel yang saya bagikan adalah cerita tentang Sang Pemenang, siapa, apa, mengapa dan bagaimana.


Sahabat..............
Sang Pemenang bukanlah melulu bercerita tentang seorang juara lomba, bukan pula hanya bercerita tentang simbol-simbol kesuksesan, yang lebih banyak dimaknai dengan materi. Tetapi, juga bagaimana seseorang dapat disebut Sang Pemenang. Dalam pemahaman saya, Sang Pemenang adalah mereka yang berhasil mencapai apa yang telah direncanakan, pencapaian sekecil apapun, secara berkesinambungan dalam meniti perjalanan kehidupan yang lebih baik, yang dalam prosesnya harus mengatasi serangkaian hambatan atau situasi sulit yang mungkin menghadang dalam perjalanannya. Saya berharap artikel-artikel pada blog Sang Pemenang dapat memberi inspirasi dan menjadi bahan renungan kita dalam perjalanan hidup kita. Proses menjadi Sang Pemenang pada hakekatnya bukanlah keberhasilan mengalahkan orang lain, tetapi keberhasilan mengalahkan diri kita sendiri. Kesimpulan seperti itu didasari pada keyakinan bahwa hambatan dan “musuh” terbesar kita dalam suatu proses pencapaian adalah diri sendiri.



Sahabat..........
Sejak bulan Juni 2012 blog Sang Pemenang saya integrasikan ke dalam website pribadi saya, yaitu www.suhartonochandra.com. Anda masih tetap dapat mengakses blog Sang Pemenang sebagaimana biasanya. Demikian juga bagi Anda yang sudah menjadi anggota blog Sang Pemenang akan tetap secara otomatis mendapat kiriman artikel terbaru melalui email address yang sudah Anda daftarkan. Demikian pula tampilan blog tidak berubah. Sekali lagi, tidak ada yang berubah pada blog Sang Pemenang. Bedanya, Anda sekarang bisa juga mengakses blog Sang Pemenang melalui www.suhartonochandra.com. Dalam website tersebut, selain blog Sang Pemenang, Anda juga bisa membaca artikel-artikel saya lainnya dalam blog The Sparrow dan The Sparks. The Sparks berisi artikel-artikel yang bercerita tentang pandangan, opini, dan analisis saya terhadap hal-hal yang menarik yang ada di sekitar kehidupan kita, terutama yang terkait dengan pemasaran barang dan jasa. Topik dalam The Sparks bermacam-macam dan lebih luas. Saya berharap artikel-artikel dalam The Sparks dapat memicu gagasan-gagasan atau ide-ide kreatif Anda.

Sahabat...........
Mungkin Anda memiliki opini, pandangan, atau cerita dan ingin berbagi melalui website saya? Saya menyediakan ruang untuk berbagi di blog The Sparrow. Anda dapat mengirimkan artikel tersebut ke email suhartono@suhartonochandra.com, yang nantinya akan saya posting-kan ke blog The Sparrow atas nama Anda. Namun, tentunya isi tulisan Anda di luar tanggung saya sebagai pemilik website. Isi tulisan Anda sepenuhnya menjadi tanggung jawab Anda.

Sahabat...........
Saya berharap website www.suhartonochandra.com dapat menjadi sahabat setia Anda. Saran dan kritik Anda dalam rangka meningkatkan kualitas artikel-artikel akan sangat berharga bagi saya. Silahkan kirim masukan Anda ke email suhartono@suhartonochandra.com atau ke dalam kotak komentar yang disediakan di setiap artikel.


Sekali lagi terima kasih atas kesetiaan Anda membaca artikel-artikel saya.

Salam Pemenang!
Suhartono Chandra

Senin, 25 Juni 2012

Ketika Satu Kuda Berlari Tidak Secepat Lainnya


Bayangkan jika Anda sedang duduk di atas kereta yang ditarik dua ekor kuda. Kuda yang satu berlari tidak secepat kuda lainnya, apa yang akan terjadi? Niscaya kereta akan berjalan dengan liar, bahkan kemungkinan besar akan terguling bersama dengan Anda. Itulah juga yang akan terjadi jika pertumbuhan karakter seseorang tidak secepat laju kesuksesannya. Seringkali kita melihat, atau mendengar, atau membaca tentang mereka yang mencapai kesuksesan namun kesuksesannya tidak didukung oleh kematangan karakternya. Kondisi seperti itu yang saya simpulkan atas sosok David Nalbandian, petenis asal Argentina, setelah insiden di lapangan tenis Queen’s Club, Inggris pada laga final AEGON Championship antara Nalbandian dan Marin Cilic, asal Kroasia, pada hari minggu, 17 Juni 2012. Saat itu, Nalbandian memenangkan set pertama dengan skor 7-6. Insiden terjadi pada set kedua, ketika kedudukan 3-3, Nalbandian gagal menambah poin saat melakukan servis, dan kedudukan menjadi 3-4. Meresponi kegagalan servisnya, secara emosional Nalbandian menendang papan reklame di pinggir lapangan. Papan reklame itu melayang dan melukai kaki hakim garis, Andrew McDougall. Akibat tindakannya, Nalbandian didiskualifikasi. Kemenangan diberikan kepada lawannya, Marin Cilic. Tidak hanya itu, hadiah sebagai runner-up sebesar £36.500 (kurang lebih Rp539 juta) juga tidak menjadi hak Nalbandian. Bahkan, dia diharuskan membayar denda sebesar £8.000 (kurang lebih Rp118 juta). Bak sudah jatuh tertimpa tangga pula, demikian nasib Nalbandian, yang saat ini berusia 30 tahun, yang terancam tidak boleh bertanding selama 8 minggu. Polisi dari Scotland Yard juga mengusut insiden itu atas laporan yang sudah dibuat dengan tuduhan penyerangan. Jika ancaman tidak boleh turun bertanding selama 8 minggu dijatuhkan, maka kesempatan Nalbandian untuk bertanding pada turnamen Wimbledon, yang mulai berlangsung sejak 25 Juni 2012, menjadi pupus (Kompas, Rabu, 20 Juni 2012).

David Nalbandian, yang lahir pada 1 Januari 1982, terjun ke dunia profesional pada tahun 2000. Awal karir profesionalnya cukup cerah. Akhir tahun 2001 dia menembus Top 50 ATP. Predikat pemain nomor satu Argentina dan Amerika Selatan diraihnya bersama dua gelar pada kejuaraan ATP pada akhir tahun 2002. Pada tahun itu pula dia berhasil menjadi runner-up pada turnamen Wimbledon. Pada tahun 2003 Nalbandian menempati ranking ke-8 dunia. Awal 2007, dia terlempar dari daftar Top 20, rankingnya merosot ke posisi 26 dunia. Namun, prestasinya sepanjang tahun 2007 membawa ia naik kembali pada posisi 9 dunia. Di tahun itu tercatat dia mengalahkan berturut-turut pemain ranking 1-3 dunia, yaitu Rafael Nadal, Novak Djokovic, dan Roger Federer, dalam satu turnamen dan keluar sebagai juara Madrid Masters. Awal tahun 2008, kemenangan di Copa Telmex, Buenos Aires membawanya naik peringkat ke posisi 8 dunia. Namun, setelah itu prestasinya terus turun. Kejadian pertama kalinya Nalbandian didenda terjadi pada tahun itu pula, yaitu pada perhelatan Davis Cup, dia didenda USD10.000 atas sikapnya. Sejak itu karir profesionalnya tidak banyak meningkat. Awal 2012 di Australia Terbuka, kembali Nalbandian didenda USD8.000 atas sikap yang disebut unsportmanlike conduct ketika kalah bertanding melawan Isner. Dan, Juni 2012 ketika emosi tak terkendali terjadilah insiden melayangnya papan reklame di pinggir lapangan (en.wikipedia.org).            
     
Anda masih ingat dengan Mike Tyson, petinju berleher beton? Dia adalah salah satu petinju besar pada masanya. Mike Tyson lahir di Brooklyn, New York City, Amerika Serikat pada 30 Juni 1966 dalam keluarga yang berantakan. Ayahnya meninggalkan ibunya saat Tyson berusia 2 tahun. Kakak perempuannya meninggal karena serangan jantung pada usia 25 tahun. Tyson besar di jalan dan menjadi trouble maker bagi keluarga dan lingkungannya. Berkelahi dan membuat onar sudah menjadi kegiatan rutinnya. Pada usia 13 tahun Tyson sudah 38 kali ditahan polisi. Kemampuan bertinjunya ditemukan oleh Bobby Steward, yang sempat melatihnya beberapa bulan sebelum Tyson diperkenalkan kepada Cus D’Amato. Ibunya meninggal saat Tyson berusia 16 tahun, dan kemudian dia diasuh oleh Cus D’Amato yang mengarahkan naluri berkelahinya menjadi petinju. Tercatat Kevin Rooney juga pernah melatihnya. Awal karirnya di dunia amatir dimulai pada tahun 1981 dengan mengikuti Junior Olympic Games, dan Tyson meraih medali emas. Kesuksesannya terulang pada event yang sama di tahun berikutnya. Tyson menang dengan mengkanvaskan lawannya hanya dalam waktu 8 detik. Prestasinya jelas menunjukkan bakat yang luar biasa dalam bertinju.

Tyson terjun ke dunia tinju profesional pada usia 18 tahun. Dalam tahun-tahun awal kiprahnya di dunia profesional Tyson sudah bertanding selama 28 kali, 26 di antaranya menang KO/TKO, dan 16  menang di ronde pertama. Sayangnya, Cus D’Amato, yang disebut sebagai satu-satunya orang yang didengar Tyson, keburu meninggal di tahun 1985, saat Tyson baru mulai berkiprah di dunia profesional. November 1986, Tyson meraih gelar juara tinju kelas berat versi WBC pada usia 20 tahun, dengan mengalahkan Trevor Berbick TKO pada ronde kedua. Dia menjadi juara tinju kelas berat termuda sepanjang masa. Maret 1987, Tyson merebut gelar juara tinju kelas berat versi WBA dari James Smith. Agustus tahun yang sama, gelar juara tinju kelas berat versi IBF direbutnya dari Tony Tucker. Dengan ketiga sabuk juara itu Tyson memecahkan rekor dunia tinju profesional sebagai juara termuda yang menyandang gelar juara kelas berat di tiga badan tinju dunia, yaitu WBC, WBA, dan IBF. Tyson merupakan satu-satunya petinju di kelas berat yang mampu menyatukan gelar juara versi WBA, WBC, dan IBF. Dalam setiap pertandingan sepertinya Tyson sangat beringas. Begitu bel berbunyi tanda dimulainya pertandingan, Tyson dengan wajah sangar langsung merangsak maju dan menghujani lawannya dengan pukulan-pukulan kerasnya. Semua lawan-lawannya seakan tidak berkutik ketika berhadapan dengannya. Di awal tahun 1988, Tyson memukul KO Larry Holmes pada ronde keempat. Di bulan Juni, giliran Michael Spinks dipukul KO oleh Tyson hanya dalam waktu 91 detik. Tyson mampu mempertahankan ketiga sabuk juara kelas beratnya sebanyak 9 kali. Tyson menjadi petinju dengan bayaran termahal sepanjang masa kejayaannya. Kekayaan dan ketenarannya membuat Tyson mabuk kesuksesan.

Di tahun 1988, tanda-tanda meredupnya bintang kejayaan Tyson mula terlihat. Tyson bercerai dengan Robin Givens. Di tahun itu pula, dia memilih Don King sebagai manajernya, berpisah dengan Bill Cayton yang sebelumnya menanganinya. Tyson juga memecat pelatihnya, Kevin Rooney yang melatihnya sejak awal karirnya. Pebruari 1990, kesombongan Tyson, yang dijuluki “the baddest man on the planet”, terhenti saat kalah KO di ronde ke-10 oleh James Douglas. Itu merupakan kekalahan pertama Tyson. Juli 1991, Tyson ditahan atas kasus perkosaan terhadap Miss Black Rhode Island yang berusia 18 tahun, Desiree Washington. Maret 1992, Tyson dinyatakan bersalah dan dihukum 6 tahun penjara. Dia dibebaskan pada Maret 1995. Pertarungan pertama antara Mike Tyson dan Evander Holyfield digelar pada November 1996 di Las Vegas, Nevada. Sekali lagi, Tyson gagal. Dia kalah TKO di ronde kesebelas oleh Holyfield. Pertarungan kedua dengan Holyfield diadakan di Las Vegas juga. Tyson didiskualifikasi pada akhir ronde ketiga setelah pada pertandingan itu dia menggigit telinga Holyfield untuk kedua kalinya. Juli 1997, lisensi bertinju Tyson sempat dibatalkan oleh Komisi Atletik Negara Bagian Nevada. Tyson didenda 3 juta dollar AS, dan dilarang bertinju di Amerika Serikat. Setahun kemudian, Oktober 1998, lisensi tersebut dipulihkan kembali.

Januari 1999, Tyson kembali ke ring tinju. Namun, kembali dia berbuat ulah dengan mematahkan lengan lawannya, petinju Afrika Selatan, Francois Botha. Pebruari 1999, kembali Tyson dihukum denda 5.000 dollar AS dengan masa percobaan 2 tahun dan kerja 200 jam di community service, karena menyerang pengendara motor pada kecelakaan lalu lintas di bulan Agustus 1998. Setelah hukuman berakhir, Tyson masih berusaha untuk bangkit dari keterpurukannya. Sempat bertanding dan menang beberapa kali hingga akhirnya pada June 2002 Tyson mendapat kesempatan bertanding dengan Lenox Lewis, mantan sparring partner-nya. Lewis saat itu menyandang sabuk juara versi WBC, IBF, dan IBO. Namun, Tyson harus menyerah ketika hook kanan Lewis mengkanvaskan Tyson di ronde kedelapan. Sejak itu karir Tyson benar-benar tamat. Agustus 2003 dia menyatakan diri bangkrut. Bintang tinju legendaris telah memudar. Kisah meroketnya kesuksesan dia tidak didukung dengan pertumbuhan karakter Sang Pemenang sejati. Sepanjang perjalanan kesuksesannya Tyson tidak mampu membentuk The Flower of Character yang dibutuhkan bagi seorang Sang Pemenang sejati (baca juga artikel “The Flower of Character: Kualitas Sang Pemenang Sejati” di www.suhartono-blogspot.com/2012/02/flower-of-character-kualitas-sang.html).

Salam Pemenang!

Catatan
  • Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
  • Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.   

Minggu, 17 Juni 2012

There Is Always Rainbow After The Rain


Setidaknya sekali dalam hidup kita pernah melihat pelangi atau bianglala. Pelangi yang terlihat di langit merupakan busur cahaya warna warni merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu sejajar yang yang ujungnya berakhir pada kaki langit. Pelangi merupakan peristiwa alam yang terjadi akibat pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air. Selalu ada pelangi setelah hujan berakhir, hanya ketika kita berada pada posisi yang tepat. Keindahan pelangi hanya dapat kita lihat pada posisi ketika kita berada di antara hujan dan matahari. Ketika kita menghadap ke arah terjadinya hujan dan matahari ada di belakang kita.

Itulah situasi yang dialami oleh Rafael “Rafa” Nadal, petenis asal Spanyol yang berusia 26 tahun itu, ketika pada hari Senin, 11 Juni 2012, berhasil menciptakan momen bersejarah. Di final Perancis Terbuka 2012, di lapangan tanah liat, Roland Garros, Perancis, Nadal mengalahkan petenis peringkat satu dunia asal Serbia, Novak Djokovic dengan skor 6-4, 6-3, 2-6, 7-5. Kemenangan itu mengukuhkan Nadal sebagai petenis raja lapangan tanah liat (king of the clay). Dengan kemenangan itu, Nadal menjadi satu-satunya petenis yang tujuh kali menjuarai pertandingan tenis di lapangan Roland Garros sejak 1928, mematahkan rekor Bjorn Borg, petenis legendaris asal Swedia yang “hanya” membukukan enam kali kemenangan. Rekor Nadal terpecahkan setelah 31 tahun sejak Bjorn Borg terakhir memenangi pertandingan pada tahun 1981.

Pelangi” dalam karir Nadal sebagai petenis profesional akhirnya tercipta setelah sepanjang tahun 2011 dia mengalami “hujan” yang menyurutkan bintangnya. Tanggal 18 Agustus 2008, Rafael “Rafa” Nadal menduduki peringkat satu dunia (en.wikipedia.org). Sederet pencapaian telah dia raih, juara grand slam Australia Terbuka (2009), Perancis Terbuka (2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011), Wimbledon (2008, 2010), Amerika Serikat Terbuka (2010), dan meraih medali emas pada Olimpiade Beijing 2010. Namun, setelah Perancis Terbuka 2011, ia gagal pada final tiga grand slam berikutnya, yaitu di Wimbledon 2011, Amerika Serikat Terbuka 2011, dan Australia Terbuka 2012, serta empat final Association Tennis Professional (ATP) Masters, semuanya direbut oleh Novak Djokovic. Setelah ditaklukan Djokovic pada Australia Terbuka awal 2012, Nadal harus beristirahat sepanjang Pebruari 2012 karena gangguan cidera pada kakinya. Pada kompetisi Maret 2012 di Miami, Nadal harus mundur sebelum bertanding dengan Andy Murray di semifinal karena cidera kakinya. Nadal mengalami tekanan mental yang luar biasa. Momentum kebangkitannya tercapai ketika musim kompetisi lapangan tanah liat dimulai. Di final ATP Masters, Nadal bertemu dengan Djokovic dan memenangi pertandingan itu.

Semangat Sang Pemenang, kerja keras, dan dukungan keluarga merupakan motivasi kuat yang mendorong Nadal keluar dari tekanan mental dan keputusasaan dalam situasi sulit karirnya sebagai petenis profesional. Dukungan keluarganya begitu besar. Keluarga besar Nadal tinggal di satu bangunan apartemen di Porto Cristo, resor yang berjarak sekitar delapan kilometer dari Manacor, kota di pulau kecil Mallorca, di Laut Mediterania. Toni Nadal, pamannya yang berperan sebagai pelatih Nadal, tinggal dengan keluarganya di seberang apartemen. Toni merupakan orang yang bertanggung jawab atas masalah teknis di lapangan. Miguel Angel Nadal, pamannya yang lain juga tinggal hanya berjarak sepelemparan batu dengan keluarga Nadal. Miguel Angel berperan dalam menumbuhkan mental kompetitif Nadal. Sedangkan Sebastian Nadal, ayahnya, bertugas mengawasi kontrak putranya dengan para sponsor. Dengan semangat kekeluargaan yang kuat mereka bahu membahu mendukung perjalanan karir Nadal. Sebelumnya, Nadal juga pernah menghadapi situasi kritis ketika pada tahun 2006 dia mengalami cidera kaki dan gagal menemukan penyebab cideranya, sekalipun sudah menemui banyak dokter spesialis kaki. Nadal, yang saat itu baru berusia 20 tahun, sempat berpikir karirnya telah tamat. Saat itu ayahnya mengatakan, “Kita akan menemukan solusi. Kalaupun tidak, dengan segala talenta dan ketekunan yang kamu miliki, aku tidak melihat alasan mengapa kamu tidak berubah menjadi pegolf professional.” Nadal juga hoby bermain golf (Kompas, Rabu, 13 Juni 2012).

Mungkin saat ini Anda sedang menghadapi “hujan” dalam karir atau usaha Anda. Anda mengalami stagnasi, bahkan cenderung turun dengan laju yang mengkuatirkan. Namun, ingatlah bahwa selalu ada pelangi setelah hujan, hanya ketika kita menempatkan diri pada posisi yang tepat. Posisi yang sepenuhnya adalah pilihan kita. Posisi dimana kita tetap bersemangat dan antusias. Ketekunan dan kreatifitas, serta memilih lingkungan yang tepat, yang mendukung secara positif usaha kita, dan terus bergerak. Demikian pula Rafael “Rafa” Nadal, yang per 11 Juni 2012 posisinya masih di peringkat dua. Dia akan terus bergerak. Perjalanan tidak akan pernah selesai, suatu pencapaian hanyalah suatu persinggahan sesaat. Sesungguhnya itulah hakekat perjalanan Sang Pemenang.

Salam Pemenang!

Catatan
  • Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
  • Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.   

Minggu, 10 Juni 2012

Work Hard atau Work Smart?


Foto: en.wikipedia.org
Banyak orang mengatakan bahwa kalau mau sukses harus kerja keras (work hard). Saya teringat suatu cerita lama. Dikisahkan ada seorang kaya raya yang sudah tua memiliki dua orang anak laki-laki. Si ayah merasa sudah cukup bekerja dan merasa lelah sehingga dia ingin beristirahat menikmati hari tuanya. Untuk itu dia memanggil kedua anak lakinya dan membagi mereka sejumlah besar harta yang sama kepada kedua anaknya. Pesan sang ayah sederhana, “Ini adalah bagian harta untuk kalian, yang dapat digunakan sebagai modal berusaha. Pergilah jauh-jauh dari kota ini dan mulailah berusaha. Agar kalian bisa meraih sukses seperti ayah, kalian harus berusaha jangan sampai kena sinar matahari. Nanti sepuluh tahun lagi kembalilah kesini dan temui ayah.” Kedua anaknya kemudian pergi menuju kota yang berbeda, menetap dan berusaha disana. Si sulung punya kebiasaan bangun siang, sehingga untuk melaksanakan pesan ayahnya agar tidak terkena sinar matahari, dia membeli tandu yang sangat bagus dan mempekerjakan beberapa orang yang bertugas menggotong tandunya. Kemana-mana dia selalu menggunakan tandu. Saat dia menutup tokonya menjelang sore dia mampir ke kedai minuman untuk bersenang-senang hingga larut malam baru kembali ke rumahnya. Sementara, cara si bungsu melaksanakan pesan ayahnya adalah dengan bangun pagi-pagi sekali, dan kemudian berjalan kaki ke tokonya di pasar setempat sebelum matahari terbit. Dia menutup tokonya selewat magrib dan masih mengerjakan pembukuan hasil penjualan hari itu, mengecek stok, dan pesanan-pesanan yang harus dikirim keesokan harinya. Si bungsu bekerja hingga larut malam baru kembali ke rumahnya. Demikianlah hal tersebut berjalan hari demi hari hingga sepuluh tahun sudah berlalu, dan tibalah saatnya bagi kedua anak itu untuk menemui ayahnya. Sudah dapat ditebak si sulung pulang ke rumah ayahnya dengan keadaan yang menyedihkan karena usahanya bangkrut dan hartanya ludes, bahkan hutangnya menumpuk. Sedangkan, si bungsu justeru sebaliknya. Hartanya menjadi berlipat ganda dan usahanya terus maju. Intinya, kerja keraslah yang membuat si bungsu berhasil. Dan itulah pesan yang ingin disampaikan oleh ayahnya. Sama seperti apa yang dikatakan oleh Oprah Winfrey, “Aku tidak akan bisa melihat matahari. Aku sampai kantor jam 5.30 pagi ketika langit masih sangat gelap, dan pulang jam 7 atau 8 malam ketika hari sudah gelap. Aku pergi dari satu garasi ke garasi lain.” (Richard St. John, “8 To be Great”).

Foto: www.talkandroid.com
Banyak contoh orang sukses karena bekerja sangat keras. Larry Page, salah satu pendiri Google, mengatakan bahwa dia bekerja sangat keras dalam mengembangkan Google. Dia hanya memerlukan 10% inspirasi, sisanya 90% adalah kerja keras. Bagi orang yang bekerja dengan keras, dan menikmati pekerjaannya, tidak bisa lagi membedakan antara bekerja dan bersenang-senang. Bagi Thomas Alva Edison, dia tidak pernah merasakan hari kerja dalam hidupnya, karena semua hari menyenangkan adanya. Pelopor ritel Amerika, J.C. Penney, ketika ditanya apa kunci suksesnya, jawabannya dua kata saja, yaitu kerja keras. Demikian pula Jeff Bezos, pendiri amazon.zom, yang bekerja sangat keras membangun toko buku on-line terbesar dan terlengkap.              

Tetapi, sebagian mengatakan bahwa untuk sukses harus kerja dengan cerdas (work smart). Kata “cerdas” belakangan ini menjadi populer. Kata “cerdas” banyak digunakan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kata “cerdas” cukup melekat di pikiran saya, khususnya ketika beberapa waktu yang lalu ada wacana merotasi Angelina Sondakh ke Komisi III DPR yang membawahi bidang hukum. Padahal Angelina Sondakh sedang menghadapi masalah hukum. Ia diduga terlibat pada beberapa kasus korupsi. Disebutkan bahwa rencana rotasi itu bukanlah langkah yang cerdas.

Foto: www.pophistorydig.com
Bekerja dengan cerdas terkait dengan strategi. Kata “cerdas” juga terkait dengan cara kerja yang lebih kreatif, tidak hanya sekedar bekerja dengan keras. Kreatif adalah ketika kita melihat obyek/fakta yang sama seperti orang lain lihat tetapi dengan menggunakan perspektif yang berbeda. Coca cola adalah minuman ringan berkarbonasi. Suatu ketika pimpinan Coca cola mengamati bahwa di pasar minuman berkarbonasi penguasaan pasar Coca cola sepertinya mengalami stagnasi. Penguasan Coca cola dan Pepsi di pasar minuman berkarbonasi sepertinya sudah maximum. Pada kondisi seperti itu, perusahaan cenderung menggunakan strategi mempertahankan status-quo, dan mencari peluang langka untuk mencuri pasar yang dikuasai pesaing terdekat. Dengan strategi seperti itu maka pertumbuhan penguasaan Coca cola hanya akan bergerak pada bilangan satu digit saja. Namun, ketika pimpinan Coca cola mengubah perspektif dengan melihat pasar lebih luas, yaitu bukan sekedar pada pasar minuman ringan berkarbonasi namun pasar minuman secara keseluruhan, termasuk minuman teh, kopi, atau air mineral maka tampak bahwa peluang pasar masih memungkinkan bagi pertumbuhan penguasaan pasar Coca cola. Dulu, orang memandang tayangan berita di televisi merupakan program selingan sehingga berita hanya ditayangkan hanya pada jam-jam tertentu. Dan kita tahu persaingan di industri media, khususnya televisi, di Amerika Serikat begitu ketat. Tetapi, Ted Turner memandang dengan cara yang berbeda. Bagaimana jika berita menjadi tayangan utama, yang ditayangkan selama 24 jam, sehingga kapanpun pemirsa ingin mengetahui berita terkini tinggal menekan tombol channel tertentu? Maka lahirlah CNN. Dan kita tahu selanjutnya sejarah bergerak menjadi seperti saat ini. Demikian pula ketika pada tahun 2005, provider komunikasi bergerak (mobile telecommunication) yang pertama berbasis teknologi CDMA, sebut saja merek X, melihat pasarnya maka penguasaan pasarnya di atas 90%, karena saat itu baru ada satu provider pesaing yang berbasis teknologi CDMA dan relatif baru. Tetapi ketika perspektif pandangnya adalah pasar telekomunikasi bergerak, termasuk yang berbasis teknologi GSM yang telah hadir lebih awal, maka penguasaan pasar merek X baru mencapai beberapa persen saja. Dengan mengubah perspektif maka terlihat bahwa peluang untuk bertumbuh menjadi lebih besar. Dan sesungguhnya pelanggan tidak peduli dengan basis teknologi apakah GSM atau CDMA. Bagi pelanggan yang penting provider mampu memberikan solusi tepat bagi kebutuhan komunikasi bergerak mereka. Dengan perspektif seperti itu maka strategi untuk pertumbuhan penguasaan pasarpun menjadi berbeda. Itulah yang membedakan bekerja dengan cerdas dan bekerja dengan keras. Dan tentunya dalam menjalankan strategi yang baru itu dibutuhkan kerja keras.         

Jadi, bagi saya, kerja keras (work hard) saja tidak cukup. Demikian pula kerja cerdas (work smart) saja juga tidak cukup. Mereka yang hanya bekerja keras tanpa strategi yang tepat umumnya menjadi tidak efisien. Sementara, mereka yang hanya bekerja dengan cerdas tanpa kerja keras umumnya menjadi tidak efektif. Kerja keras bicara tentang ketekunan. Kerja cerdas bicara tentang kreatifitas. 
Sekali lagi, kerja keras saja atau kerja dengan cerdas saja sama-sama tidak cukup.

Salam Pemenang!

Catatan
  • Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
  • Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.   

Selasa, 05 Juni 2012

Menembus Batas: Cerita Tentang Penyandang Down Syndrome


Foto: http://www.shnews.co/detile-730-stephanie-handojo-wakili-indonesia.html
Respon kebanyakan orang ketika melihat penyandang sindrom Down (Down syndrome) adalah rasa iba. Anak dengan sindrom Down mengalami keterbelakangan perkembangan fisik dan mental. Sindrom Down, atau dikenal dengan Trisomy-21, merupakan kelainan genetik yang disebabkan oleh adanya ekstra copy material genetik pada kromosom ke-21. Nama sindrom Down diambil dari nama orang yang menjelaskan pertama kali mengenai kelainan tersebut, yaitu John Langdon Down pada tahun 1886. Kondisi itu secara klinis dijelaskan pertama kali oleh Jean Etienne Dominique Esquirol pada tahun 1838 dan oleh Edouard Seguin di tahun 1844. Sindrom Down diketahui sebagai trisomy-21 oleh Jerome Lejeune pada tahun 1959. Sindrom Down berhubungan dengan keterlambatan perkembangan kognitif dan pertumbuhan fisik (sumber: en.wikipedia.org).

Saya dapat memahami apa yang dirasakan oleh orangtua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus karena sindrom Down, terutama pada saat-saat awal mengetahui hal tersebut. Dalam takaran yang sangat kecil untuk dapat dibandingkan dengan kasus sindrome Down, kami pada suatu masa juga mengalami situasi yang membuat galau. Anak kembar kami, Dickson dan Nickson, lahir dengan kondisi yang sempurna dan bertumbuh secara normal. Tahun kedua usia mereka, kami agak heran mereka belum bisa berbicara, bahkan untuk memanggil papa dan mama pun mereka tidak bisa. Mereka memahami instruksi ringan yang kami berikan, tetapi mereka tidak dapat berbicara. Mereka hanya menarik-narik lengan saya dan menunjuk-nunjuk ketika mereka menginginkan sesuatu. Kami berpikir bahwa mereka sekedar terlambat bicara saja. Namun, hingga ulang tahun ketiga mereka tetap masih belum bisa mengucapkan satu katapun. Kecuali kemampuan bicaranya, hal lainnya pada Dickson dan Nickson tidak ada yang aneh. Layaknya anak-anak seusianya, mereka selalu ceria bermain. Akhirnya, kami sepakat untuk memeriksakan Dickson dan Nickson. Kami kuatir mereka menderita autis.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Hasil pemeriksaan di RS Graha Medika (sekarang menjadi RS Siloam) di Kebun Jeruk, dan di Klinik Khusus Tumbuh Kembang (KKTK) di RS Harapan Kita Jakarta melegakan kami. Dickson dan Nickson tidak menderita autis. Walaupun ada spektrum awal dari autis namun belum dapat dikategorikan autis, bahkan yang paling ringanpun tidak. Pemeriksaan Denver Development Screening Test (DDST) pun dilakukan. Saat itu usia mereka sudah 3 tahun 2 bulan (38 bulan). Taraf kematangan perkembangan bahasa untuk Dickson terlambat 19 bulan, artinya kemampuan bahasa Dickson seperti anak usia 1 tahun 7 bulan. Sedangkan untuk Nickson, taraf kematangan perkembangan bahasanya mengalami keterlambatan 23 bulan dari usianya, atau sama dengan kemampuan bahasa anak usia 1 tahun 3 bulan. Sejak saat itu Dickson dan Nickson menjalani therapy edukasi (bicara, membaca, menulis, berhitung) secara intensif 3 kali seminggu selama 2 tahun hingga usia mereka 5 tahun. Mereka sudah mulai bisa berbicara namun masih belum terlalu lancar. Saat ini, Dickson dan Nickson akan naik ke kelas 9. Mereka berdua bertumbuh menjadi remaja yang normal, tidak ada hambatan sedikitpun dalam berbicara, mereka cerdas dan cukup berprestasi di sekolahnya.

Foto: http://radarsukabumi.com/?p=10079
Dalam banyak kasus, dukungan dan perhatian penuh dari orangtua menjadi sesuatu yang sangat membantu bagi perkembangan anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti anak dengan sindrom Down. Pendidikan, pelatihan vokasional, lingkungan keluarga yang kondusif, dan penanganan yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup anak-anak dengan sindrom Down secara signifikan, menembus batas yang ditetapkan oleh kelainan genetik. Itulah yang dilakukan oleh pasangan Santoso Handoyo dan Maria Yustina Tjandrasari ketika mengetahui anaknya, Stephanie Handoyo, menderita kelainan genetik sindrome Down. Mereka berusaha agar Fani, panggilan akrab Stephanie, tetap memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak normal pada umumnya. Yustina, memutuskan berhenti dari pekerjaannya agar dapat memberi perhatian penuh kepada Fani. Dukungan orangtua dan lingkungan serta semangat Fani mengantarkannya menjadi atlit Indonesia pertama yang berhasil meraih medali emas di Special Olympic Games XIII-2011 di Athena pada nomor renang gaya dada 50 meter. Selain bidang olahraga, Fani juga berprestasi di bidang musik. Namanya tercatat pada Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai penyandang sindrom Down pertama yang mampu memainkan 22 lagu tanpa berhenti dengan piano. Prestasi di bidang olahraga mengantarkan Fani menjadi salah satu anak Indonesia yang terpilih menjadi pembawa obor Olimpiade XXX-2012 di London, Inggris (Kompas, 29 Mei 2012).Prestasi itu pastilah membanggakan banyak orang, terlebih jika mengetahui bahwa ada 12 juta anak di 20 negara yang dinominasikan mendapat kesempatan membawa obor olimpiade London nanti. Semangat dan dukungan orang terdekat memang menjadi modal bagi Fani untuk berprestasi. Namun, itu saja tidak cukup. Butuh kerja keras. “Saya latihan piano empat kali dalam semingu, begitu juga renang”, katanya kepada Kompas. Bahkan, untuk persiapannya sebagai pembawa obor olimpiade, Fani menambah jam latihan dari sebelumnya 1 jam menjadi 2-3 jam, dan setiap hari. Fani, penyandang sindrome Down, mampu menembus batas yang ditetapkan oleh kelainan genetik.

Foto: http://persma.com/baca/2010/04/12/anak-anak-down-syndrome-tetap-berprestasi
Selain Fani, masih banyak penyandang sindrome Down di Indonesia yang berhasil menembus batas. Sebut saja Michael Rosihan Yacub, yang dicatat oleh MURI sebagai atlit golf penyandang sindrom Down satu-satunya di Asia









Foto: http://titiana-adinda.blogspot.com/2009/07/reviera-anak-down-syndrome-juara-renang.html
Lainnya, adalah Reviera Novitasari yang mendapat medali perunggu renang 100 meter gaya dada pada kejuaraan renang internasional di Canberra, Australia, 11-13 April 2008.

Foto: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/entertainmen/2011/03/16/3139
Samuel Santoso, mampu menggelar pameran lukisan tunggal. Pameran lukisan yang digelar untuk merayakan hari Down Syndrome Internasional, yang jatuh pada tanggal 21 Maret, juga sekaligus mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai pameran tunggal lukisan pertama yang digelar oleh anak berkebutuhan khusus (Down Syndrome). Dalam pameran itu, Samuel menggelar 50 karya lukisnya dari berbagai aliran. Dari lukisan bertema surealis, hingga realis yang dibuatnya dari bahan cat minyak di atas kanvas. Menurut Djoni Santoso dan Lina Suarny, orang tua Samuel, putranya menghasilkan sejumlah lukisan itu terhitung sejak tahun 2007 hingga 2010 (http://suaramerdeka.com).

Kelainan genetik yang dialami para penyandang sindrom Down merupakan kondisi yang sesungguhnya tidak pernah diharapkan namun tidak dapat ditolak atau diubah. Namun, semangat, dukungan orang-orang sekitar, dan kerja keras mereka mampu menembus batas-batas yang ada. Mereka adalah Sang Pemenang. Prestasi mereka menjadi inspirasi dan pemicu semangat bagi para penyandang sindrome Down lainnya, juga bagi banyak orang yang dikaruniai kondisi yang normal. Bagaimana dengan Anda?

Salam Pemenang!

Catatan
  • Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
  • Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.