Minggu, 20 November 2011

Bedanya Tipis Sekali

 "Untuk menjadi pemenang seringkali kita hanya perlu sedikit saja melebihi yang lain, kita hanya perlu sedikit lebih keras berusaha, kita hanya perlu sedikit lebih ulet, kita hanya perlu sedikit lebih banyak latihan, dan kita hanya perlu sedikit saja lebihnya dari yang lain....................."
Dalam suatu perlombaan lari 4x100 meter putra terjadi peristiwa yang dramatis. Pelari ke empat dari suatu kontingen melesat mendahului para pelari dari negara lain. Yang terjadi kemudian pelari tersebut hilang keseimbangan dan terjatuh di lintasan. Namun, pelari itu segera bangkit dan kembali berlari. Akhirnya tim tersebut berhasil melewati garis finish dengan catatan waktu 39,91 sama persis dengan tim negara lain. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Selasa, 15 November 2011 dalam SEA GAMES XXVI di Kompleks Olahraga Jakabaring,  Palembang, Sumatera Selatan. Pelari yang sempat jatuh di lintasan adalah Farel Oktaviandi, salah seorang kuartet “F4”, bersama Fernando Lumain, Franklin Burumi, dan Fadlin yang merupakan pelari-pelari tim Indonesia. Tim yang memiliki catatan waktu sama, yaitu 39,91 detik adalah dari Singapura. Sekalipun memiliki catatan waktu yang sama, tim Indonesia dinyatakan menang dan mendapat medali emas, sedangkan Singapura harus puas dengan medali perak. Indonesia dinyatakan menang hanya karena foto finish menunjukkan bagian tubuh Farel lebih dulu melewati garis finish.
Anda lihat, catatan prestasi waktu antara Indonesia dan Singapura sama persis, tetapi “hanya” karena bagian tubuh pelari Indonesia lebih dulu melalui garis finish maka perbedaan hasil antara Indonesia dan Singapura sangat berbeda, emas dibanding perak!. Bedanya tipis sekali namun ganjarannya sangat berbeda. Hal seperti itu sering terjadi dalam hidup ini. Waktu SMA saya punya kelompok teman bermain yang sekaligus menjadi kelompok belajar (study club) yang terdiri atas enam orang. Sejak semester satu sampai enam saya selalu mencapai ranking pertama. Ranking kedua dan ketiga adalah dua dari lima anggota lain dalam kelompok belajar kami. Kami bermain dan belajar bersama tanpa merasa perlu ada yang harus disembunyikan. Pada acara kelulusan nilai saya, sebagai ranking pertama, dan nilai ranking kedua dan ketiga (lihat foto; dari kiri ke kanan berturut-turut ranking pertama sampai ketiga IPA dan IPS) hanya terpaut beberapa poin saja. Bedanya tipis sekali. Untuk menjadi pemenang seringkali kita hanya perlu sedikit saja melebihi yang lain. Kita hanya perlu sedikit lebih keras berusaha, kita hanya perlu sedikit lebih ulet, kita hanya perlu sedikit lebih banyak latihan, dan kita hanya perlu sedikit saja lebihnya dari yang lain, namun ganjarannya berkali-kali lipat. Keadaan yang berbeda saya alami ketika lulus S2. Nilai IPK saya sama persis (3,94 dari skala 4 atau semua nilai mata kuliah adalah A dan hanya satu nilai B) dengan wisudawan lain. Namun, karena tesis saya lebih lambat 1-2 bulan dalam penyerahannya maka saya harus puas di peringkat dua.
Kalau perbedaan untuk menjadi sang pemenang (the winner) atau sang pecundang (the loser) itu begitu tipisnya bagaimana dengan imbalan (reward) antara the winner dan the loser? Perbedaan reward antara the winner dan the loser ternyata sangat jauh berbeda. Dalam perlombaan seperti SEA GAMES, jelas bonus peraih medali emas sangat berbeda dengan peraih perak ataupun perunggu. Yang pasti, saat acara wisuda saya hanya bisa memandang dari tempat duduk saya sang pemenang secara khusus diundang ke depan dan dikalungi penghargaan di depan ribuan pasang mata yang saat itu hadir di Jakarta Convention Centre. Menjadi seorang pemenang hanya perlu sedikit lebihnya dari hal apapun, namun imbalannya berlipat-lipat ganda. Jadi ketika Anda sudah merasa terlalu lelah dan ingin menyerah......ingatlah sedikit lagi mungkin Anda akan keluar sebagai pemenang dan imbalan yang akan Anda dapatkan berlipat-lipat ganda dibanding jika Anda menyerah..........  

1 komentar: