Sabtu, 14 April 2012

Ketika Cinta Harus Memilih


Hari Selasa, 10 April 2012, Rick Santorum, salah satu calon kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik mengumumkan kepada pendukungnya bahwa dia telah memutuskan mundur dari kompetisi pemilihan kandidat Presiden Amerika Serikat, yang nantinya akan bertarung dengan kandidat dari Partai Demokrat, yaitu Barack Obama yang saat ini masih menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44. Alasan pengunduran diri Santorum adalah bahwa dia dan keluarga akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama dengan putri bungsunya, Isabella, yang biasa dipanggil Bella. Bella, adalah putri bungsu Santorum dan istrinya, Karen Garver, yang saat ini berusia tiga tahun dan kembali dirawat di rumah sakit karena menderita penyakit kelainan genetik yang disebut Trisomy-18 (T-18) atau disebut juga Trisomy E atau Edward Syndrome, sesuai dengan nama orang yang menemukan penyakit tersebut di tahun 1960. Trisomy-18 adalah kelainan akibat adanya ekstra copy material genetik pada kromosom ke-18. Harapan hidup bayi dengan kelainan seperti itu sekitar 10%. Efek kelainan antara lain; gagal fungsi ginjal, kelainan jantung, pertumbuhan lambat. Pada aspek fisik, kelainan dapat terlihat antara lain seperti bentuk kepala lebih kecil, bentuk telinga yang tidak biasa, rahang kecil dan tidak normal. Namun, sebagian kalangan melihat bahwa selain faktor kondisi anak yang memerlukan perhatian ekstra, dalam hitung-hitungan politik peluang Santorum keluar sebagai kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik semakin menipis, dan situasi keuangan yang juga kurang mendukung.

Photo: wikipedia.org
Rick Santorum, terlahir dengan nama Richard John Santorum pada 10 Mei 1958 di Winchester, Virginia, Amerika Serikat. Santorum, anak kedua dari tiga bersaudara, putra seorang imigran Italia. Ayahnya adalah seorang psikolog, sementara ibunya seorang bidan. Pandangannya yang konservatif membuat Partai Republik menjadi pilihannya. Di tahun 1990, Santorum terjun ke bidang politik dengan mengikuti pemilihan anggota United States House of Representatives (DPR AS) mewakili Pennsylvania, wilayah yang mayoritas adalah pendukung Partai Demokrat. Dia terpilih sebagai anggota DPR AS untuk periode 1991-1995. Kemudian tahun 1994 dia maju untuk pemilihan United States Senate, dan terpilih menjadi Senator Pennsylvania untuk periode 1995-2007. Pada tahun 2005, Santorum mempublikasikan pandangan-pandangannya terhadap pentingnya keluarga melalui sebuah buku dengan judul “It Takes A Family: Conservatism and the Common Good”.

Rick Santorum bertemu dengan istrinya, Karen Garner saat ia masih menjadi mahasiswa dan magang di kantor pengacara Kirkpatrick & Lockheart (K&L Gates). Mereka menikah pada tahun 1990 dan dikaruniai 7 orang anak hidup. Pada tahun 1996, seorang anak meninggal saat lahir prematur di usia kehamilan 20 minggu. Rick dan Karen begitu sedih dan menghabiskan malam itu tidur bersama jasad bayinya, yang diberi nama Gabriel, di rumah sakit. Keesokan harinya mereka membawa pulang jasad Gabriel untuk diperkenalkan kepada anak-anak mereka, bahwa inilah saudara mereka yang sudah meninggal. Tahun 2008, saat berusia 48 tahun, Karen melahirkan anak kembali, seorang putri yang diberi nama Isabella. Isabella inilah yang menderita kelainan genetik Trisomy-18.

Terlepas dari pandangan politiknya, sesungguhnya Rick Santorum adalah Sang Pemenang. Kisah yang ditorehkannya adalah kisah perjalanan Sang Pemenang yang menaklukkan gunung demi gunung. Terkadang dalam suatu pendakian sang pendaki menghadapi beberapa hambatan besar, misalkan saja angin badai yang datang secara mendadak, sehingga sang pendaki harus mundur, mencari perlindungan, mencari solusi dan menyusun strategi untuk kemudian maju kembali. Demikian juga Santorum, dengan berbagai pertimbangan dia memutuskan mundur, tetapi dia tidak berhenti. Dia masih terus akan berjuang seperti yang dia katakan pada pidato pengunduran dirinya. Itulah mental Sang Pendaki Sejati (The Real Climber), yang menjadi modal utama Sang Pemenang. Mungkin saat ini Anda sedang mengalami kemunduran, dalam hal karir ataupun di bidang keuangan atau sedang menghadapi hambatan yang sangat besar dan situasi yang sangat sulit yang mengharuskan Anda menunda suatu pencapaian. Itu tidak masalah dan wajar-wajar saja. Yang penting kita tidak jatuh terjerembab dan tidak bangun lagi. Yang penting kita mundur selangkah untuk maju dua langkah, sesuai dengan definisi kesuksesan (lihat artikel saya sebelumnya, dengan judul “Definisi Kesuksesan”).         

Dan terlepas dari pertimbangan kalkulasi politis, saya menekankan perhatian pada alasan Santorum untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama putrinya, Bella yang saat ini dirawat di rumah sakit. Itulah situasi ketika cinta harus memilih. Waktu bersama Bella yang saat ini merupakan hal yang paling penting karena cintanya kepada keluarga telah membuahkan keputusan Santorum untuk mundur. Saya jadi teringat pada satu cerita yang ditulis Jawad Masood di artikel yang berjudul “Golf Balls in the Jar” (www.pickchur.com). Anda mungkin sudah pernah mendengar atau membacanya. Saya kutipkan cerita tersebut sebagai penutup tulisan ini. Cerita berkisah tentang seorang profesor, yang suatu ketika di suatu sesi mengajar, mengambil toples kosong dan mengisi toples dengan bola-bola golf hingga tidak ada ruang lagi untuk bola golf. Kemudian dia bertanya pada murid-muridnya, “Apakah toples ini sudah penuh?”. Murid-muridnya serempak berseru, “Ya, sudah penuh!!”. Kemudian sang profesor menuangkan batu-batu koral yang ukurannya lebih kecil dari bola golf ke dalam toples, dan mengguncang-guncangnya perlahan. Batu-batu koral itu mengisi tempat kosong di antara bola-bola golf hingga tidak ada ruang lagi dalam toples yang bisa memuat batu koral. Dan kembali sang profesor menanyakan kepada murid-muridnya pertanyaan yang sama. Dan murid-muridnya pun menjawab dengan jawaban yang sama. Selanjutnya sang profesor menaburi pasir ke dalam toples, dan pasir itu tentu saja mengisi celah-celah kosong yang tersisa. Kembali sang profesor menanyakan kepada murid-muridnya apakah toples itu sudah penuh, yang dijawab oleh murid-muridnya dengan jawaban yang sama. Terakhir sang profesor menuangkan beberapa gelas kopi ke dalam toples, yang segera mengisi ruang kosong di antara pasir. Serentak murid-muridnya tertawa.

“Sekarang, saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupan kalian. Bola-bola golf ini mewakili hal-hal penting dalam hidup kalian; Tuhan, Keluarga, Anak, Istri, Kesehatan, sang profesor menjelaskan. “Jika yang lain hilang dan hanya tinggal mereka, maka hidup kalian masih tetap penuh (utuh)”, tambahnya. “Batu-batu koral adalah hal-hal lainnya, seperti; pekerjaan, rumah, mobil. Pasir adalah hal-hal sepele”, sang profesor berhenti sejenak. “Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dalam toples, maka tidak akan ada tersisa ruang bagi batuan koral ataupun bola-bola golf. Hal yang sama terjadi dalam hidup kalian”, lanjut sang profesor. “Jika kalian menghabiskan energi untuk hal-hal sepele, kalian tidak akan mempunyai waktu untuk hal-hal penting bagi kalian. Jadi, beri perhatian pada hal-hal yang penting untuk kebahagiaan kalian. Mencintai Tuhan, bermain dengan anak kalian, luangkan waktu untuk check-up kesehatan, ajak pasangan kalian untuk keluar makan malam. Berikan terlebih dahulu kepada bola-bola golf, hal yang benar-benar penting. Atur prioritas kalian. Barulah terakhir mengurus pasirnya”

Salah satu muridnya mengangkat tangan dan bertanya, “Kopi mewakili apa?”. Sang profesor tersenyum, “Saya senang kamu bertanya”, katanya. “Itu untuk menjelaskan kepada kalian, sekalipun hidupmu tampak sudah sangat penuh, tetap selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat”.

Salam Pemenang!


Catatan
  • Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
  • Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar