Minggu, 22 April 2012

Generalis atau Spesialis?


Sumber foto: generalspecialist
Kita mengenal istilah generalis dan spesialis umumnya dalam konteks karir. Entah itu karir di bidang penjualan, di bidang pendidikan, di bidang keuangan, di bidang seni, ataupun di bidang-bidang lainnya. Generalis merujuk pada kemampuan seseorang yang memahami banyak bidang, tetapi pengetahuannya terhadap bidang-bidang tersebut tidak begitu mendalam. Sebaliknya, spesialis adalah mereka yang memiliki pengetahuan pada bidang tertentu saja, tetapi para spesialis menguasai bidang tertentu tersebut secara mendalam. Mana yang lebih baik, menjadi generalis atau spesialis?

Dalam pandangan saya, spesialis dan generalis bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan. Terutama jika kita melihatnya dalam konteks perjalanan Sang Pemenang. Perbedaan utama antara keduanya adalah pada masalah fokus. Spesialis menguasai secara mendalam karena mereka fokus mempelajari dan menekuni bidang tertentu saja. Sedangkan para generalis membagi fokusnya ke beberapa bidang sehingga tahu banyak bidang tetapi tidak sedalam para spesialis. Kita menyadari bahwa perjalanan Sang Pemenang adalah perjalanan yang tak pernah berujung, dari satu tahapan ke tahapan berikutnya. Istilah yang digunakan dalam setiap tahapan adalah “moving to the next level” dan “keep going forward”. Mari kita renungkan sejenak, masa kita belajar di sekolah dasar hingga tingkatan SMP kita belajar menjadi generalis. Suka atau tidak kita harus belajar dan melewati ujian semua mata pelajaran untuk bisa moving to the next level. Pada tingkatan SMA, kita masih belajar menjadi generalis, namun sekaligus juga belajar menjadi spesialis dengan kadar yang belum tinggi. Itulah sebabnya ada pembagian jurusan IPA atau IPS. Ketika memilih jurusan IPA atau IPS minat kita diuji dengan mata pelajaran yang dikhususkan untuk tiap-tiap jurusan. Sekali lagi suka atau tidak suka kita harus belajar semua mata pelajaran sesuai dengan jurusan kita agar bisa moving to the next level. Di jenjang perguruan tinggi strata pertama, kita belajar menjadi lebih spesialis dengan memilih salah satu jurusan dari sekian banyak jurusan. Namun, sesungguhnya kita juga masih belajar menjadi generalis dengan kadar yang lebih sedikit. Dan semua mata kuliah harus kita pelajari untuk bisa moving to the next level. Demikian seterusnya pada strata selanjutnya, kadar spesialis terus meningkat. Itulah sebabnya ada dokter spesialis, ada notaris, ada dokter gigi, ada ahli ekonomi pembangunan, ada pelukis surealis, pelukis naturalis, post-modern, dan lain-lain. Jadi, agar Sang Pemenang dapat terus menyusuri setiap tahapan rute perjalanan dia harus belajar menjadi spesialis-generalis-spesialis-generalis-spesialis, dan seterusnya.

Bagaimana dengan dunia kerja? Sama saja, Anda mulai dari level pertama belajar menjadi spesialis. Misalnya Anda adalah staf akunting, maka Anda harus menguasai sedalam-dalamnya mengenai akunting. Ketika Anda ingin moving to the next level ke level koordinator atau supervisor, Anda mulai belajar lagi menjadi generalis, yaitu mengelola dan memimpin anggota tim dan bidang yang lebih luas, yaitu bidang perpajakan atau keuangan, kemudian fokus lagi menjadi spesialis di bidang keuangan. Demikian pula Jika Anda memulai dari seorang tenaga penjualan, Anda harus menjadi spesialis dalam bidang penjualan. Ketika Anda ingin moving to the next level, Anda perlu menjadi generalis dengan mempelajari bidang pemasaran. Demikian seterusnya dalam tahapan-tahapan selanjutnya. Itulah sebabnya dalam salah satu level ada istilah general manager, manajer umum. Manajer yang agak generalis tapi spesialis, karena menguasai banyak bidang tapi sangat menguasai satu bidang. Seorang pemimpin perusahaan pasti berangkat dari seorang spesialis, sejalan dengan perkembangan karirnya dia belajar menjadi seorang generalis. Seorang pemimpin perusahaan yang memulai karir di bidang penjualan memahami bidang keuangan, perpajakan, sumber daya manusia, operasional. Tetapi coba minta dia untuk melakukan audit forensik keuangan, pasti dia akan angkat tangan.

Denny Delyandri & Selvi Nurlia
Bagaimana dengan seorang pengusaha? Juga tidak berbeda. Ketika seseorang mau memulai usaha, pastilah dia seorang spesialis. Dia sangat menguasai hal yang menjadi bidang usahanya. Sebagai contoh adalah teman saya yang berusaha di bidang oleh-oleh makanan di Batam. Anda mungkin pernah mendengar Kek Pisang Villa (www.kekpisangvilla.com). Pada awal usahanya, suami istri Denny dan Selvi fokus pada keahlian mereka yaitu membuat cake pisang. Sejalan dengan pertumbuhan usahanya mereka sudah harus belajar menjadi generalis dengan mempelajari jenis oleh-oleh lainnya, mengembangkan varian rasa lainnya, mereka belajar bagaimana mengelola bisnis oleh-oleh, mereka belajar tentang keuangan, mereka belajar menjaga cash-flow, mereka belajar pemasaran, mereka belajar aspek-aspek pelanggan, dan mereka belajar banyak hal. Hal-hal tersebut dibutuhkan ketika Anda ingin moving to the next level dalam artian usaha Anda berkembang dan terus berkembang melalui setiap tahapan perkembangan. Saat ini sudah ada 7 cabang Kek Pisang Villa.

Archimedes
Jadi, sekali lagi, dalam menyusuri perjalanan Sang Pemenang Anda harus menjadi spesialis di salah satu bidang dan generalis untuk bidang-bidang lainnya. Prof. Yohanes Surya adalah seorang spesialis di bidang fisika. Apakah dia mengerti ilmu ekonomi? Saya yakin jawabannya adalah “Ya”. Tapi, apakah pemahamannya terhadap ilmu ekonomi sama baiknya dengan pemahamannya terhadap ilmu fisika? Kali ini, pasti jawabannya adalah “Tidak”. Prof. Yohanes Surya adalah spesialis dan generalis. Demikian pula Tony Prasetiantono adalah spesialis di bidang ekonomi dan generalis di bidang-bidang lainnya. Konsultan adalah seorang generalis karena harus memahami banyak industri kliennya, tapi juga spesialis di salah satu bidang. Makanya kita mengenal konsultan pemasaran, konsultan strategi, konsultan pajak, konsultan ISO, konsultan HRD, dan lain-lain. Apakah ada spesialis di beberapa bidang, yaitu orang yang sangat menguasai beberapa bidang sekaligus? Mungkin saja ada, tapi sangat sedikit. Dari yang sangat sedikit itu di antaranya adalah Archimedes (287-212 SM) dan Leonardo da Vinci (1452-1519). Archimedes adalah ahli matematika, fisika, enjinering, dan astronomi. Leonardo da Vinci adalah arsitek, musisi, penulis, pematung, pelukis renaisans. Tetapi, baik Archimedes ataupun Leonardo da Vinci sama-sama tidak menguasai ilmu ekonomi, bukan?

Salam Pemenang!

Catatan
  • Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
  • Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar