Bersama Kepala Kantor BCA Wilayah VII |
Dalam acara yang berlangsung di Hotel Savana, Malang, salah satu isu yang saya angkat adalah keprihatinan atas banyaknya orang yang mengambil jalan pintas atas persoalan hidupnya atau situasi sulit yang terjadi dengan mengakhiri hidupnya. Bunuh diri saat ini sudah menjadi wabah bisu atau silent epidemics. Diperkirakan pada tahun 2020 depresi unipolar akan menduduki peringkat kedua sebagai beban global setelah penyakit jantung koroner (Kompas, 8 Oktober 2012). Tiap tahun tidak kurang sekitar 50.000 orang meninggal karena bunuh diri di Indonesia. Bunuh diri merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian pada kelompok usia 15-44 tahun. Dan kasus bunuh diri merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian di setiap negara.
Mengapa
ada orang-orang yang menyerah terhadap masalah atau situasi sulit yang
dialaminya, sementara ada orang-orang yang tetap bertahan menghadapinya,
seperti Beck Weathers atau Inggrid Betancourt? Kedua orang itu
saya ceritakan untuk dibandingkan dengan situasi kesulitan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari kebanyakan kita. Beck Weathers adalah salah satu dari 31
pendaki yang berhasil mencapai puncak Everest pada 10 Mei 1996. Namun,
tiba-tiba terjadi badai yang hebat. Peristiwa itu merupakan yang terburuk
sepanjang masa dalam hal jumlah korban meninggal yang mencapai delapan orang.
Dan tahun 1996 itu merupakan tahun terburuk bagi para pendaki gunung yang
berusaha mencapai puncak Everest. Peristiwa itu menjadi cover story majalah Time
dengan judul “Death Storm on Everest”.
Kisah tragedi itu juga dapat ditemui di wikipedia dengan judul “1996 Mount Everest Disaster”.
Beck Weathers |
Inggrid Betancourt saat ditawan |
Apa yang membedakan
orang-orang seperti Weathers, Betancourt dengan mereka yang memilih jalan
pintas keluar dari situasi sulit dengan cara bunuh diri? Paul G. Stoltz menyebutnya sebagai Adversity Quotient (AQ), yaitu ukuran untuk mengetahui respon
seseorang terhadap kesulitan. AQ meramalkan kemampuan seseorang untuk bertahan
menghadapi situasi sulit dan terus bergerak maju menjalani kehidupannya. AQ
terdiri atas 4 dimensi, yaitu CO2RE.
C adalah control, yaitu mempertanyakan “Sebesar apa kendali yang Anda
rasakan terhadap sebuah peristiwa yang
menimbulkan kesulitan?”. O2
merupakan gabungan Or (origin) dan Ow (ownership),
mempertanyakan “Siapa atau apa yang menjadi penyebab kesulitan?” dan
“Sampai sejauh manakah saya mengakui akibat-akibat kesulitan itu?”. R adalah reach atau jangkauan, yaitu mempertanyakan “Sejauh manakah
kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan saya?”. E adalah endurance, yang mempertanyakan “Berapa lamakah kesulitan akan
berlangsung?” dan “Berapa lamakah penyebab kesulitan itu akan
berlangsung?”
Ketika kita menghadapi situasi
sulit, sejauh mana kita merasakan kendali atas situasi sulit itu. Memiliki
kendali atas situasi sulit artinya kita akui ada situasi yang sulit, tapi kita mengambil
sikap untuk menghadapi dan mengatasi situasi sulit itu. Semakin besar kendali
yang dirasakan atas situasi sulit yang terjadi maka AQ akan semakin tinggi.
Semakin besar kendali yang dirasakan maka kita pada posisi mental yang lebih
siap dalam menghadapi situasi sulit itu. Ketika seseorang tidak merasakan
kendali atas situasi sulit, maka orang itu akan merasa tidak berdaya, sehingga
jika berkelanjutan akan menyebabkan depresi.
Ketika menghadapi situasi
sulit, kita perlu tahu siapa / apa yang menjadi penyebab situasi sulit itu dan
sampai sejauh mana kontribusi kita dalam situasi sulit itu. Dengan tahu persis
penyebab situasi sulit dan menempatkan rasa bersalah kita pada proporsi yang
tepat, maka kita sudah “menguasai” situasi sulit itu.
Jangan bakar lumbung Anda
hanya untuk membunuh seekor tikus, demikian kalimat bijak yang pernah kita
dengar. Suatu situasi sulit dari satu area kehidupan harus dilokalisir agar
tidak menjalar ke area lain dalam kehidupan kita. Jika dilokalisir maka kita
akan lebih fokus dalam mengatasi situasi sulit yang terjadi. Sebaliknya jika
kita biarkan hal itu merasuki area-area lain dalam hidup kita maka situasi
sulit yang ada akan dengan cepat membesar dan sulit di atasi.
Dimensi terakhir AQ adalah Endurance. Respon yang tepat dalam suatu
situasi sulit adalah keyakinan bahwa situasi sulit itu sifatnya sementara.
Artinya, segera akan berlalu karena kita akan segera mengatasinya. Mungkin Anda
pernah mendengar seseorang berkata, “Selamanya
saya tidak berani mengendarai mobil. Trauma karena pernah menabrak”. Dengan
kalimat itu maka orang tersebut sudah menganggap traumanya bersifat permanen
yang tidak dapat diatasi, sehingga dia tidak akan pernah berani mengendarai
mobil. Sebaliknya jika ada yang berkata, “Saya
trauma dalam mengendarai mobil. Saya tahu ini bukan permanen. Saya harus bisa
mengalahkan rasa takut. Beri saya waktu untuk mengatasi rasa takut saya”. Anda
dapat merasakan perbedaan kedua kalimat itu, bukan?
AQ dapat ditingkatkan dengan
cara memperbaiki respon kita pada setiap situasi sulit yang kita hadapi. Ingat
saja, ambil kendali pada setiap situasi sulit yang terjadi. Cari tahu siapa/apa
yang menyebabkan situasi sulit itu. Tempatkan rasa bersalah kita (kalau memang
kitalah penyebab terjadinya situasi sulit itu) pada proporsi yang benar. Rasa
sesal yang terlalu berlebihan tidak akan membuat kita lebih baik. Lokalisir
situasi sulit itu agar tidak menjangkau segi-segi lain kehidupan kita. Dan
yakinlah setiap situasi sulit yang terjadi bersifat sementara. Lakukan sesuatu
yang bisa dilakukan untuk mengatasi situasi sulit yang ada. Sang Pemenang tidak
pernah menyerah. Sang Pemenang terus bertahan, bergerak maju ke depan dan ke
atas sekalipun ada banyak rintangan / kesulitan yang menghalanginya.
Salam Pemenang!
Catatan
- Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
- Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar