Kamis, 09 Februari 2012

Cintailah Apa Yang Anda Kerjakan


“Satu-satunya jalan untuk melakukan pekerjaan besar adalah dengan mencintai apa yang Anda kerjakan” – Steve Jobs, Mantan CEO Apple

Pada artikel sebelumnya, “Pilih Mana: Anda Mengejar Uang atau Uang Mengejar Anda”, saya bercerita bagaimana (alm) Pak Budi, pendiri dan pemilik grup perusahaan yang awalnya bergerak di bisnis alat tulis dan kantor (ATK), alih-alih mengejar uang beliau membuat uang mengejar dia sehingga dari seorang anak muda yang tidak punya apa-apa bertumbuh menjadi pemilik sebuah toko ATK di Medan. Artikel kali ini masih bercerita mengenai beliau, bagaimana dari sebuah toko ATK di Medan menjelma menjadi sebuah pedagang grosir produk ATK yang disegani di Jakarta, yang kelak bermetaformosa menjadi cikal bakal grup perusahaan yang merambah ke berbagai bidang usaha. Cerita mengenai Pak Budi ini bersumber pada hasil wawancara saya di tahun 1999, semasa beliau masih hidup.

Menjelang akhir tahun 1960-an, Pak Budi memutuskan untuk hijrah ke Jakarta. Ruko dua lantai yang menjadi toko ATK di Medan dijualnya dan hanya cukup untuk membeli sepetak kios di Kongsi Besar, Jakarta. Dia memutuskan untuk mengadu peruntungan sebagai pedagang grosir produk ATK, dan berkompetisi langsung dengan pedagang-pedagang grosir ATK yang sudah lama eksis. Suatu keputusan yang sangat berani, mengingat beliau membuka toko grosir tanpa punya satupun pelanggan. Beliau mulai dari nol. Saat itu beliau dibantu oleh seorang adik, istri dan beberapa karyawan. Keputusan mengadu nasib ke Jakarta bagi Pak Budi adalah point of no return, sehingga dia harus mengerahkan segala daya agar bisa menaklukkan Jakarta. Tantangannya adalah jelas, bagaimana dia bisa mendapatkan pembeli. Agar pembeli mau kembali membeli di tokonya, kepuasan pembeli menjadi syarat mutlak, sehingga pembeli menjadi pelanggan, yang selanjutnya menjadi pelanggan yang loyal. Pak Budi adalah seorang yang visioner. Walaupun dia hanya lulusan SMA dan tidak pernah belajar ilmu marketing ataupun service marketing, tetapi dia sudah mempraktekkan konsep kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dan itu terjadi di akhir 1960-an, dimana pada masa itu belum banyak perusahaan besar sekalipun yang menaruh perhatian tinggi pada kepuasan pelanggan. Konsep kepuasan pelanggan diterjemahkan oleh Pak Budi menjadi dua program utama, yaitu jaminan kualitas barang yang baik dengan harga termurah, dan tambahan jasa layanan pengepakan dan pengantaran barang belanjaan pelanggan ke ekspedisi untuk dikirim ke alamat pelanggan di luar kota.       

Pada masa itu, banyak pedagang-pedagang dari luar Jakarta ketika kulakan (membeli barang dagangan) menghabiskan waktu beberapa hari di Jakarta. Dan sering terjadi, membeli barang tertentu di toko A, barang lainnya di toko B, toko C, dan seterusnya. Kemudian barang-barang belanjaan dijadikan satu untuk di-packing dan dikirim ke alamat si pedagang dari luar kota itu. Untuk packing dan pengiriman pedagang dari luar kota akan meminta bantuan salah satu toko grosir, dan toko grosir tersebut membebankan biaya pengepakan. Praktek seperti itu lazim dilakukan toko-toko grosir. Pedagang dari luar Jakarta tidak perlu repot-repot melakukan pengepakan dan pengiriman barang, dan sebagai imbalannya membayar sejumlah uang kepada toko grosir yang telah membantunya. Namun, Pak Budi memberikan jasa layanan tambahan tersebut secara gratis. Dia sendiri yang akan menyiapkan barang-barang pesanan pelanggan, mengepaknya dan mengantarnya ke ekspedisi. Dia lakukan itu selepas tokonya tutup, sehingga terkadang pekerjaannya baru selesai larut malam. Namun, beliau sangat menikmati pekerjaannya sehingga hal tersebut tidak dirasakan sebagai beban. Program tersebut menjadi daya tarik bagi pedagang luar Jakarta yang merasa senang berbelanja di toko Pak Budi.

Demikian pula dengan program jaminan harga termurah yang bukan sekedar iming-iming, tetapi benar-benar diterapkan tanpa kompromi. Sepanjang barang yang dimaksud sama persis maka jika ada toko lain yang bisa menjual dengan harga lebih murah dari harga jugal Pak Budi, beliau akan langsung mengganti selisih harganya. Pernah terjadi, pada suatu hari seorang pelanggan dari suatu kota di Jawa Tengah membeli barang di toko Pak Budi, dan seperti biasanya minta barangnya dikirim ke alamat pelanggan itu. Keesokan harinya, pelanggan itu kembali ke toko Pak Budi dan komplain bahwa harga jual di toko lain lebih murah. Berhubung barang yang dibeli pelanggan sudah dikirim ke alamat pelanggan, maka Pak Budi memberi solusi yang sederhana kepada pelanggannya. Beliau meminta pelanggan itu membeli barang yang sama ke toko yang memberikan harga lebih murah, dengan jumlah yang sama seperti yang kemarin dibeli ditokonya, dan kemudian diberikan kepada Pak Budi dan seluruh uang si pelanggan dikembalikan. Program jaminan harga termurah, selain membangun kepercayaan pelanggan, juga memberikan manfaat ganda kepada Pak Budi. Selain membangun kepercayaan pelanggan, yang berujung pada loyalitas pelanggan, Pak Budi juga dapat memantau harga jual di toko lain melalui pelanggan, yang aktif membandingkan harga jual Pak Budi dengan toko-toko lainnya. Dalam tempo singkat, hanya perlu beberapa tahun saja, Pak Budi telah memiliki basis pelanggan loyal yang banyak. Tokonya tidak hanya menjadi tujuan para pedagang yang berbelanja, tetapi juga para produsen produk-produk ATK yang meminta beliau menjadi agen tunggal di Indonesia. Salah satunya adalah produsen produk ATK terkenal dari Jerman, yang produknya antara lain pensil hitam berwarna biru dan karet penghapus. Bahkan, kemudian mereka membentuk perusahaan patungan (joint-venture) untuk memproduksi pensil itu di Indonesia.

Pak Budi sadar bahwa sebagai toko grosir, yang sifatnya pasif (menunggu pelanggan), dia hanya bisa menjual produk-produk yang termasuk hot-item (produk-produk yang dicari konsumen). Padahal, sebagai agen tunggal pemegang merek tanggung jawab Pak Budi adalah seluruh rangkaian produk yang diproduksi oleh produsen. Dan jumlah merek produk ATK yang dipegang oleh Pak Budi saat itu sudah cukup banyak. Pemikiran itu membuat Pak Budi memutuskan untuk mendirikan perusahaan distribusi, yang bisa secara aktif memasarkan tidak hanya hot items tetapi juga item-item lainnya. Tahun 1974, saat dimana Pak Budi membidani kelahiran sebuah perusahaan distribusi produk-produk ATK dan peralatan kantor, yang mejadi cikal bakal sebuah grup perusahaan. Dari sebuah toko grosir, yang bersifat pasif, bermetaformosa menjadi sebuah perusahaan distribusi yang bersifat aktif.                       

Pak Budi mampu berpikir sejauh itu karena beliau mencintai apa yang dikerjakannya. Dengan mencintai apa yang Anda kerjakan, maka Anda memiliki sumber energi, yang tidak ada habisnya untuk melakukan pekerjaan dengan kesungguhan hati. Kesuksesan adalah buah dari pekerjaan yang dilakukan dengan kesungguhan hati, dan uang dengan sendirinya akan mengejar Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar