Senin, 12 Agustus 2013

Anton Wiryono: "You Have To Love What You Do"

DJ Anton Wiryono
Anton Wirjono lebih dikenal dengan nama panggilan DJ Anton. Saat DJ (disc jockey) lain seangkatannya sudah hampir tak terdengar, DJ Anton masih tetap eksis memutar musik pilihannya untuk para penggemar dan komunitasnya, yang kini juga menjangkau berbagai kalangan elit kelas atas. Bahkan kini DJ Anton juga seorang creative entrepreneur yang sukses.

Semua kesuksesan yang diraih Anton, yang lahir di Kudus pada tanggal 14 April 1970, terlihat berlangsung dengan mulus. Namun, tidak demikian, menurut Anton. Banyak hal-hal yang ia lakukan ternyata tidak atau belum berhasil. Hal ini dikarenakan Anton banyak bereksperimen dan mencoba hal-hal yang berbeda.  Tapi buat dia, pengalaman kegagalan adalah sebuah proses pencarian dan persiapan bagi kesuksesan yang ia raih saat ini.

Di tahun 1994, Anton kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya di Menlo College, California, Amerika Serikat (AS). Ia mencoba melamar pekerjaan ke berbagai perusahaan. Namun, di dalam hatinya, Anton selalu memiliki keinginan menjadi DJ. Saat itu, persepsi terhadap seorang DJ sangat jelek. Sangat berbeda jauh dengan kondisi saat ini dimana DJ diakui sebagai sebuah profesi yang glamor, melekat dengan private jet, champagne, merchandising. Bahkan, majalah Forbes kini memiliki The Richest DJ List.

Tak heran, Anton mendapat demikian banyak tantangan di awal-awal sepak terjangnya di dunia DJ. Bahkan, orangtuanya pun keberatan bila Anton menekuni profesi itu“Tapi saya selalu berpendapat bahwa musik adalah sesuatu yang positif dan bila dilakukan dengan professional dapat menjadi sesuatu yang besar. Beruntung orang tua saya bersikap open minded. Mereka akhirnya memberikan dukungan, setelah melihat ketekunan saya dalam menjalani profesi ini”, ujarnya.

Anton mendapat bantuan ayahnya untuk membuat credit card agar ia dapat membeli piringan hitam dari distributor di Amerika untuk dijual di Jakarta. Ia menggunakan ruangan kecil di bawah kantor ayahnya dan membuka toko piringan hitam. Lama kelamaan tokonya menjadi terkenal di antara kolektor piringan hitam serta para DJ di Jakarta.

Anton juga mencoba memainkan musiknya dari satu klub ke klub yang lain. Ia sempat frustasi karena musik yang dimainkannya ternyata tidak dapat diterima oleh pemilik klub, bahkan hampir di semua tempat ia bermain, dia disuruh turun dari panggung. Anton akhirnya memutuskan untuk mencari tempat dan membuat acaranya sendiri agar ia dapat memainkan musik pilihannya.

Di toko piringan hitamnya, ia banyak bertemu dengan teman baru. Sebuah kesempatan akhirnya datang ketika salah satu teman barunya sedang merenovasi klub yang dimilikinya dan mengalami masalah untuk mendatangkan pengunjung ke klubnya tersebut. “Saya langsung datang untuk melihat klub ini dan merasa sangat cocok. Saya menawarkan untuk bermain pada sebuah malam dengan mengisi musik serta membawa tamu ke klub tersebut dan saya minta 50% dari penghasilan malam itu. Mereka langsung setuju”, tutur Anton.

Anton melakukan semuanya seorang diri mulai dari mendesain flyer di tempat sahabatnya, ke percetakan hingga membagikan flyer ke teman-temannya. Teman-teman senimannya ia ajak juga untuk membuat instalasi dan projection dengan menggunakan slide projector. Anton juga mengajak beberapa teman DJ-nya untuk mengisi acara tersebut. “Kami memainkan musik yang tidak dimainkan di tempat lain dengan suasana yang unik yang tidak sama dengan tempat yang lain, juga berpromosi dengan cara yang berbeda. Di tempat lain para tamu bisa request lagu , namun tidak di acara saya karena menurut saya DJ adalah seorang performance artist. Hasilnya malam itu sungguh sukses dengan 600 orang yang hadir. Jualan tiket, makanan dan minuman laku keras”, kenang Anton. Bahkan, ketika acara belum selesai, Anton sudah diminta pemilik klub itu untuk mengisi acara setiap hari Sabtu dengan presentasi 60/40. “Saya langsung setuju. Selama setahun saya dapat menarik rata-rata 700 pengunjung per hari. Di sana saya mulai membangun komunitas saya”, tutur Anton. Dari kesuksesannya ini, Anton banyak diundang untuk memainkan musiknya dan membuat acara di berbagai lokasi karena mereka tertarik dengan komunitas yang telah dibangunnya.

Bersama adiknya, Hogi Wirjono, Anton mendirikan Future10 dan menjadi pioneer dalam berbagai brand even musik di Indonesia, termasuk di antaranya The Jakarta Movement, Back in The Days, Turn On Plastic, Agrikulture  dan Junction Bali Festival.

Sukses yang ia raih, berawal dari pelajaran marketing yang sangat mengesankannya. Bukan dari kelas studinya, tetapi dari sebuah promotor acara di San Fransisco bernama Wicked. Mereka selalu melawan musik dan acara-acara mainstream. Anton diajak oleh seorang temannya yang sekolah di art school untuk menghadiri acara mereka.

Wicked membuat acaranya setiap full moon di sebuah pantai. Lokasi pantai setiap kali berubah. Wicked tidak menggunakan flyer atau sarana promosi lainnya. Promosi dilakukan oleh beberapa personil mereka dengan menelpon jaringan teman-teman mereka pada jam 12 malam. Jam 3 pagi acara dimulai dan selesai pada jam 9 pagi.

“Bayangkan pengunjung acara mereka bisa sampai 4.000 orang. Ingat di tahun 1990, belum ada social media.Yang datang adalah komunitas yang telah mereka bangun. Ketika telah menghadiri acara mereka beberapa kali, kami seolah sudah saling mengenal dan merasa menjadi bagian dari komunitas mereka. Akhirnya kami juga mengajak teman-teman lain yang mungkin menyukai gaya musik dan komunitas ini. Setiap kali mereka merilis kaset, selalu habis terjual. Demikian juga T-shirt dengan logo mereka laris manis terjual”, kenang Anton yang langsung menyadari pentingnya membangun brand dan komunitas yang kuat bagi bisnis yang sukses.

Wicked menginspirasi Anton untuk menjadi seorang DJ. Ia mengkoleksi musik dan bermain di rumah sebagai hobby. Menjadi DJ mempertajam intuisinya dan membiasakan dirinya untuk melakukan kurasi. Anton harus memilih musik terbaik dari beberapa juta lagu-lagu yang ada di dunia, memutarkan dengan caranya sendiri di berbagai tempat, penonton dan situasi yang selalu berubah.
“Intinya saya memilih untuk memutar musik yang menurut saya bagus dan bukan karena request dari orang lain. Akhirnya orang percaya akan pilihan musik saya dan percaya untuk memilih saya menjadi DJ di acara mereka”, ujarnya.

Mengkurasi musik menjadi inspirasi bagi Anton untuk membuat Brightspot Market dan The Goods Dept. “Saya memilih untuk tidak mencoba menyediakan produk bagi semua orang. Brightspot Market memberikan shopping experience yang berbeda dan mengekpos entrepreneur kreatif yang ada di Jakarta dan Bandung dengan membuat pop-up market selama empat hari, mirip pasar kaget. Ada sebuah urgency dalam hal ini, lokasinya pun berpindah-pindah”, jelas Anton.

Brightspot Market bekerjasama dengan komunitas desainer muda dan brand-brand di Indonesia yang independen dan sangat berpotensi namun under-exposed. Brightspot juga bekerja sama dengan importir dari brand-brand internasional yang susah dicari namun memiliki komunitas di Indonesia. Brightspot Market melakukan promosinya dengan word of mouth dari vendor-vendor yang berpartisipasi, juga tak kalah penting melalui jaringan sosial media.

“Brand yang masuk ke Brightspot Market kami kurasi. Yang artinya, walaupun teman baik, tapi kalau produknya tidak cocok untuk komunitas maka kami akan menolaknya. Ini adalah salah satu kunci keberhasilan Brightspot Market. Kriteria kurasi adalah intuisi dari komite Brightspot”, ungkap Anton. Pasar kaget Brightspot Market saat pertama diluncurkan pada 2009 diikuti oleh 25 label dengan pengunjung 5.000 orang. Brightspot Market ke-delapan yang berlangsung di Gandaria City pada bulan Juni 2012 menempati area seluas 2.600 m2, melibatkan 125 label dan menarik lebih dari 65.000 pengunjung.

DJ Anton Wiryono di outletnya di Pacific Place, Jakarta
Setelah sukses membangun Brightspot Market, Anton dan teman-temannya membuat konsep ritel yang lebih permanen yaitu The Goods Dept. The Goods Dept yang dimulai di Plaza Indonesia extension, kini menempati area seluas 750 m2 di Pacific Place dan 1.000 m2 di Pondok Indah Mall. Bahkan, pada tanggal 12 Desember 2012, Anton  telah membuka online shop untuk The Goods Dept.

Anton telah memberikan dukungan yang luar biasa bagi desainer muda Indonesia “Mereka sangat bagus dan kreatif secara desain dan branding. Namun mereka memiliki keterbatasan dalam hal manufacturing, bahan dan biaya, terutama kalau dibandingkan dengan raksasa ready to wear dunia. Masalah ini lebih karena economic of scale yang belum berada pada level yang tepat. Tapi hal itu akan berubah saat kami melakukan ekspansi dengan menjual produk mereka di lebih banyak outlet dan juga di berbagai negara. Yang penting potensi mereka untuk menjadi besar sudah ada”, ujar Anton dengan penuh keyakinan.

Untuk membuat shopping experience di The Goods Dept menjadi lebih hangat, Anton memutuskan untuk membuat kafe di dalamnya. Ternyata kafe ini sangat sukses dan digemari komunitasnya. Akhirnya, Anton juga membuka Goods Diner yang juga sangat sukses berlokasi di Fairground, SCBD. “Perjalanan di bisnis resto café selama ini cukup lancar. Kami beruntung dapat bekerja sama dengan chef yang memiliki satu visi. Tantangan hanya ada di kompetisi, restoran lain banyak yang meniru konsep kami, juga menunya. Staff kami yang bagus juga sering dibajak, ungkap Anton sambil terbahak.

Karyawan yang dimilikinya saat ini berjumlah lebih dari 250 orang. Proses untuk merekrut lebih banyak mengandalkan karyawan yang saat ini bekerja dengannya. “Team kami yang sekarang sangat peduli dengan brand Goods dan mereka bekerja keras untuk memperkuat brand ini. Karena sekarang strukturnya sudah lebih besar, diluar financial control, fungsi saya lebih seperti brand guardian. Memastikan kesamaan antara arah perusahaan dan visi para staff”, tutur Anton.

Anton, yang seorang seniman, membuktikan bahwa ia juga mampu sukses sebagai seorang entrepreneur. Ini adalah hal yang luar biasa, kita melihat sendiri tidak banyak seniman yang dapat menjadi seorang pebisnis sukses.

“Memang sangat berbeda menjadi seniman dan menjadi pebisnis. Waktu kuliah keinginan saya adalah untuk mengambil bidang art, tapi orang tua saya memaksakan untuk ambil Business Administration. Saya sangat berterimakasih untuk itu. Jadi walaupun saya senang dengan hal-hal yang kreatif dan berseni, minat saya di bisnis terutama marketing cukup tinggi”, ujarnya.

Melihat kembali atas apa yang telah diraihnya,  Anton menganggap nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtuanya sangat mendukung kesuksesan yang diraihnya saat ini. “Bapak saya selalu mengajarkan saya untuk open minded, untuk curious dengan banyak hal. Kita tidak boleh bilang tidak sebelum mencoba atau melihat. Dia cukup keras dalam mendidik anak-anaknya, tapi sekarang saya menyadari sikapnya yang demikian karena ia menginginkan yang terbaik untuk kami. Ibu saya adalah orang yang sangat baik hati. Aktifitasnya di gereja dan yayasan adalah suatu inspirasi besar bagi saya untuk berbuat sesuatu yang berarti dan dapat membantu orang banyak”, jelas Anton.

Selain karakter dasar yang terbentuk karena pendidikan dari orang tua, Anton menilai pengalaman hidup memiliki peranan besar untuk meraih apa yang dicapainya saat ini. “Saya percaya bahwa one thing always leads to another. Kalau saya tak mendapatkan karakter yang kuat dari orang tua serta pendidikan, saya tidak akan membuka diri untuk berkarir di musik. Dan bila saya tak mendalami musik dan bisnis di seputar dunia musik, saya tidak akan bisa masuk ke dalam bisnis lifestyle, dalam hal ini ritel dan food and beverage”, ungkapnya. Dan justru kecintaannya terhadap apa yang dikerjakan menimbulkan antusiasme yang tinggi, yang menjadi salah satu faktor kesuksesannya.

“Saya juga beruntung punya kakak dan adik-adik yang sangat passionate dan berprestasi di bidang mereka masing-masing. Mereka semua memberikan kontribusi yang unik. Sebenarnya pertimbangan untuk bekerja sama dengan mereka karena memang mereka sangat qualified di bidangnya. Saya lalu menyesuaikan posisi dengan keahlian mereka. Setelah itu kuncinya adalah keterbukaan dan struktur yang jelas”, ungkap Anton mengenai kerjasamanya dan dukungan kakak serta adik-adiknya dalam berbagai bisnis kreatifnya ini.

Tidak semua yang dilakukan Anton meraih sukses. Ada beberapa juga bisnisnya yang gagal. “Saya mencoba banyak hal yang berbeda dalam hidup saya. Bersama dengan seorang teman Jerman, kami menjadi distibutor teh organik dan bir dari Jerman ke Jakarta. Berhubung saya memiliki banyak teman pemilik restoran dan klub, saya mencoba bisnis ini. Kami berhasil memasukkan produk ini ke banyak outlet-outlet termasuk hampir semua hotel bintang lima. Tapi, setelah sekitar dua tahun dan berhasil membuat brand-brand tersebut dikenal orang banyak, bisnis itu kami lepaskan ke pihak lain karena kami kurang kuat dalam hal pendanaan. Bir yang dulu kami bekerja keras untuk membangun brand-nya, kini tersebar di semua outlet food & beverage terbaik di Indonesia”, ujar Anton.

Anton juga pernah membuat perusahaan animasi dengan temannya. Ia tidak memiliki background animasi sama sekali, sementara temannya sudah bertahun-tahun menekuni bidang ini. “Setelah beberapa bulan saya menemukan bahwa sebagian besar dari pekerjaan yang dilaksanakan di fasilitas itu, pembayarannya langsung ke rekening pribadi teman saya ini. Keesokan harinya, saya langsung tutup kantornya”, kenang Anton sambil tertawa.

Belajar dari kedua pengalaman ini, Anton menyadari bahwa motivasi untuk mendapatkan uang ternyata membawa kegagalan dalam usahanya. Kunci sebuah kesuksesan buat seorang pemenang menurut Anton adalah you have to love what you do. Mencintai apa yang Anda kerjakan. Dengan mencintai, maka Anda akan menjadi antusias.

“Ini adalah garansi utama untuk sukses. Yang saya kerjakan adalah hidup saya. Saya bekerja tujuh hari seminggu, sering kali hingga jam 3 pagi. Karena saya mencintai apa yang saya kerjakan, saya tak pernah merasakan bahwa apa yang saya lakukan adalah sebuah pekerjaan”, ujarnya. “Kemudian, jangan lupa bahwa semua memerlukan kerja keras. Tidak ada yang mudah. Harus jelas apa yang kita inginkan, fokus serta selalu melakukan yang terbaik.  Network yang baik juga sangat penting untuk mendukung kesuksesan”, tutur Anton mengenai kunci sukses seorang pemenang.

DJ Anton Wiryono bersama ketiga penulis di acara peluncuran buku ANGEL & DEMON,
pada 13 Maret 2013 di The Goods Dept di Pacific Place, Jakarta 
Anton tidak berpuas diri dengan apa yang diraihnya saat ini. “Konsentrasi saya sekarang mengembangkan brand Goods. Mission statement kami adalahwe are a universal provider of cool’, ungkap Anton. "Sekarang kami  memiliki The Goods Dept dan The Goods Café di Pacific Place dan Pondok Indah Mall, The Goods Online Store, The Goods Diner SCBD. Ke depan, kami akan memulai ekspansi cukup besar dengan second round investor utk memperbanyak cabang dan konsep Goods ritel dan F&B di Indonesia dan juga di luar negeri. Beberapa konsep baru dibawah nama Goods juga akan kami luncurkan. Kami juga akan mulai membuat produk Goods sendiri dengan berkolaborasi dengan desainer-desainer yang bergabung dengan Goods”, Anton menjelaskan misinya.

Di tahun 2013, Anton akan mulai aktif memproduksi musiknya namun ia akan mencoba mengurangi performance terutama di luar kota. Ia juga merencanakan untuk menyatukan aktifitas event dan konser Future10 ke dalam Goods Group agar lebih fokus.  “Saya ingin mengarahkan Future10 agar lebih interaktif sambi menunggu peluang yang pas”, ungkap Anton di akhir percakapan.

Anton, dengan antusiasme yang dominan sejauh ini telah mampu melalui kesulitan-kesulitan yang ada sejak mulai memainkan musik hingga saat ini memiliki beberapa jaringan bisnis. Anton, atau DJ Anton adalah Sang Pemenang.

Salam Pemenang!

Catatan
  • Kisah di atas adalah 1 dari 30 kisah dalam buku “ANGEL & DEMON: 30 Kisah Inspiratif Sang Pemenang”, yang merupakan hasil kolaborasi saya bersama dua sahabat, Timoteus Talip dan Helena Abidin. Temukan kisah-kisah lainnya dalam buku “ANGEL & DEMON”, yang telah menjadi National Best Seller dan dapat ditemukan di Gramedia dan Gunung Agung atau di amazon.com (search “ANGEL & DEMON Indonesia edition”).
  • Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
  • Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.    

3 komentar:

  1. Luar biasa mas DJ Anton Wiryono,, saya pernah membaca singkat cerinya yang ada di Buku Angel & Demon yang ditulis oleh bapak (Suhartono Chandra) ibu Helena Abidin & Bapak Timoteus Talip ... sangat menginspirasi pak. sukses buat bapak Suhartono Chandra

    BalasHapus
  2. Terima kasih mbak Anna.
    Sepertinya anda hadir pada seminar kami di Kupang ya?
    Salam untuk sahabat-sahabat di Kupang yaa....
    All the best

    Salam Pemenang

    BalasHapus