Sosok wanita
yang satu ini dikenal oleh banyak pemilik bisnis, khususnya kategori usaha
menengah (small medium enterprise)
yang berada di Jakarta Selatan. Cynthia
Wihardja adalah pemilik firma dan Executive
Coach di ActionCOACH Jakarta Selatan, usaha franchise ActionCOACH
yang digelutinya sejak bulan September 2007. ActionCOACH adalah perusahaan yang didirikan oleh Brad Sugars pada tahun 1993 di Brisbane,
Australia. Fokus layanan ActionCOACH
adalah membantu para pemilik bisnis bagaimana caranya memiliki waktu yang lebih
banyak, memiliki tim yang lebih baik di perusahaan mereka, dan tentunya agar
perusahan mereka menjadi lebih menguntungkan. Hingga saat ini ActionCOACH sudah beroperasi di lebih
dari 1.000 kantor di 49 negara. Bulan Oktober 2012, Cynthia berkenan membagi
sepenggal kisah perjalanan hidup dan karirnya.
Kiprah
Cynthia Wihardja menekuni ActionCOACH
tidak lepas dari pengaruh sosok kedua orangtuanya semasa dia masih kecil. Kedua
orangtuanya berasal dari keluarga yang pas-pasan. Ayahnya lahir di keluarga
dengan sepuluh anak, sedangkan ibunya memiliki lima saudara. Kedua orangtuanya
belajar dengan sungguh-sungguh untuk menjadi juara di sekolah masing-masing
agar bisa tetap mendapat kesempatan bersekolah. Mereka bekerja sembari sekolah
agar bisa membantu kehidupan keluarga mereka dan membantu adik-adiknya
bersekolah.
Kedua
orangtuanya membangun kehidupan keluarga dengan teamwork suami-istri yang sangat inspiratif. Mereka aktif di
komunitas gereja dan menjadi inspirasi bagi pasangan suami-istri lainnya.
“Yang sangat menginspirasi saya adalah
kegiatan mereka yang sering memberikan nasehat kepada banyak pasangan
suami-istri”, kenang Cythia. “Setelah
makan malam, saya sering melihat tamu-tamu datang ke rumah dan berbicara dengan
kedua orangtua saya sampai larut malam. Sepertinya kedua orangtua saya sedang
melakukan coaching. Tanpa saya sadari, merekalah yang menginspirasi saya bahwa
hidup harus berarti dengan membantu banyak orang lain. Mereka adalah coach
pertama yang saya temui dalam hidup saya”, jelas Cynthia sambil tertawa
lepas.
Sesungguhnya,
saat itu Cynthia kecil telah melihat bagaimana kedua orangtuanya memilki sifat generosity, yang kelak sangat mempengaruhi
hidupnya.
Secara
khusus, ibunya menjadi role model
untuk hal kasih sayang. Sesungguhnya ibunya, yang lulusan fakultas kedokteran,
adalah sosok yang sangat kompeten, pintar, dan ambisius. Namun, demi anak
ibunya melepaskan peluang karirnya dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya.
“Bahkan ketika kami tinggal di Amerika
Serikat (AS), dia berkorban untuk mengasuh kami. Sementara ayah harus bekerja
di Indonesia karena situasi ekonomi di AS pada saat itu sulit”, kenangnya. “Dan dia menginspirasi saya bahwa kasih
sayang itu tanpa pamrih. Dia juga menginspirasi saya untuk menjadi wanita yang
kuat, mandiri, dan mendukung suami dengan kekuatannya, bukan hanya dengan lemah
lembut”, ujarnya menambahkan.
Dari sosok
ayahnya, Cynthia belajar tentang kebijaksanaan. Dalam menjalankan perannya
sebagai coach, ayahnya dikenal bijak
di komunitasnya. Ayahnya bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang lain dan
memberikan pencerahan pada saat orang lain merasa mentok.
“Selain itu, ayah saya pintar berbisnis dan
investasi. Saya kagum akan kemampuannya membuat keputusan”, ujar Cynthia. “Dia juga bisa melihat talenta saya dan
menyarankan saya masuk ke bidang penjualan”. Cynthia ingat sekali kata-kata
ayahnya, “Kalau kamu bisa berjualan, kamu
bisa sukses”. “Saya tidak pernah akan melupakan itu”, kenang Cynthia. “Dan, karena saya mengikuti sarannya, timbul
kepercayaan diri saya di bisnis dan juga ketrampilan entrepreneurship”,
lanjutnya lagi.
Cynthia
Wihardja, yang lahir pada bulan Juli 1974 memang menikmati hidup yang nyaman hasil
kesuksesan kedua orangtuanya. Namun, tidak berarti dia bersikap manja sebagai
anak orang kaya. Ketika kuliah, Cynthia belajar dengan sungguh-sungguh. Dia
selalu mendapat bea siswa atas prestasi akademiknya. Dengan kata lain Cynthia
kuliah dengan gratis.
“Pada saat saya hidup di luar negri, saya
belajar mandiri. Belajar bersih-bersih rumah, belajar cuci piring, belajar
setrika baju. Jadi orang harus bisa mandiri. Jangan justru menyusahkan orang
lain”, katanya.
Setelah lulus
dengan gelar bachelor di bidang
Psychology dari University of California, Los Angeles (UCLA), Cynthia memulai
karirnya sebagai HRD Officer. Hanya
berlangsung enam bulan, Cynthia mengikuti saran ayahnya untuk bekerja di bidang
penjualan. Dia bekerja sebagai tenaga penjualan kartu kredit. Setelah itu dia
pindah ke perusahaan Ecolab, yang menjual sabun untuk pasar industri menjadi Service & Sales Technician. Cynthia
menjadi seorang teknisi. Latar belakang sebagai anak orang kaya lulusan sebuah
universitas terkenal di AS tidak membuatnya risih untuk bersusah payah bekerja
mulai dari bawah dan di bidang yang “agak
kotor”.
“Ya, saya menjadi seorang teknisi. Instalasi
mesin, service dapur-dapur hotel, dan ikut bersih-bersih. Setelah itu, saya
minta di promosikan ke bagian corporate sales agar bisa belajar cara membuat
“deal” dan bernegosiasi penjualan yang lebih besar”, tuturnya. “Saya belajar gaul dengan manajemen asing,
corporate office, dan mengasah professional skills saya. Setelah memenangkan
Best Corporate Account Manager of the Year dari 138 negara, saya minta di
promosikan ke Marketing supaya saya bisa belajar cara mengemas produk (offering)
untuk dijual”, lanjutnya lagi. “Intinya
saya ingin belajar tentang bisnis. Saya yakin tidak selamanya ingin jadi
karyawan. Jadi, lebih baik saya gunakan peluang di perusahaan itu untuk
belajar. Dan saya bekerja sepenuh hati, bukan demi perusahaan semata, tetapi
demi perkembangan diri saya”, jelasnya.
Kerja keras
yang dilakukannya dengan motivasi tinggi membuahkan hasil yang manis. Cynthia
ditunjuk sebagai Regional Marketing
Manager – East Asia, jabatan yang diembannya selama periode Pebruari 2000
hingga Agustus 2003.
“Setelah itu, saya ingin tahu bagaimana mengelola
keseluruhan aspek bisnis. Saya minta diberi peluang untuk memulihkan divisi
yang tidak profitable di perusahaan tersebut. Saya melakukan itu dua kali di dua
negara yang berbeda. Yang pertama, sebagai Division Manager Institutional (September
2003-Pebruari 2005) awalnya kacau, tapi akhirnya berhasil. Yang kedua, sebagai
Division Manager Pest Elimination (Maret 2005-September 2006), saya lakukan
dengan lebih baik”, kenangnya sambil tersenyum.
Tergiur gaji
yang besar, Cynthia menerima tawaran pindah ke perusahaan lain dengan industri
yang berbeda. Cynthia mendapat jabatan sebagai National Sales Manager di Kelly
Services Pte Ltd, yang hanya dijalaninya selama sekitar delapan bulan.
“Ternyata saya sudah tidak bisa bekerja
hanya di posisi dengan wewenang yang terbatas. Saya sudah berpikir seperti seorang
pengusaha, dan akhirnya pada bulan Mei 2007 saya keluar dengan keputusan untuk
memulai bisnis sendiri”, jelasnya.
Saat itu
Cynthia masih berpikir bisnis apa yang akan dia geluti. Kenangan masa kecil
atas peran ayahnya sebagai seorang coach
di dalam komunitas ayahnya terus terbayang.
“Namun, saat itu saya hanya memiliki mimpi
kecil. Saya pikir saya seorang wanita, dan pada saat itu suami saya tidak
mendukung saya bermimpi besar dan memiliki ambisi. Jadi demi menjadi istri yang
baik, saya memutuskan untuk membatasi diri”, tuturnya. “Suatu ketika, kakak saya mengunakan jasa ActionCOACH di perusahaannya.
Kakak saya menyarankan saya untuk mengenal ActionCOACH dan business coaching.
Ternyata saya jatuh cinta”, jelasnya. “ActionCOACH
menyadarkan saya bahwa saya punya potensi dan sayang jika tidak digunakan untuk
membantu banyak orang”, lanjutnya. “Memang
ada perubahan hidup yang cukup besar, tapi saya memilih untuk membangun hidup
yang lebih berarti. Saya bersyukur sekarang berada di lingkungan yang lebih
mendukung arti hidup saya dan panggilan menjadi seorang Coach dan pembicara”,
tuturnya.
Itulah titik
balik bagi hidup Cynthia dengan memutuskan menjadi seorang business coach.
“Setelah setahun menjadi Coach, saya
bermimpi lebih besar lagi. Saya akan bisa berkontribusi lebih besar lagi jika bukan
sekedar menjadi Coach, tetapi memiliki firma Business Coach dengan 10 Coach
yang bisa membantu ratusan orang”, tutur Cynthia.
Untuk
merealisasikan mimpi besarnya, Cynthia membeli franchise ActionCOACH
untuk wilayah Jakarta Selatan. Cynthia membangun bisnisnya bersama ketiga partner-nya.
“Saat ini, sudah ada 5 orang coaches. Dan kami
telah membantu menciptakan lebih dari 1.326 lapangan kerja melalui ekspansi
bisnis klien-klien kami”, ujarnya dengan bangga. “Saya bangga selama ini bisa menjadi karyawan yang sangat dihargai
perusahaan, dan sekarang sudah membangun usaha yang berkembang dan berarti
untuk orang lain. Saya juga senang punya keinginan untuk tetap belajar dari
orang-orang yang lebih sukses atau yang juga hidup susah, karena saya bisa
mendapatkan banyak inspirasi dari sikap mereka”, tuturnya.
Cynthia
memang patut berbangga hati. Sifat generosity
yang dominan telah membawa dia kepada kesuksesan. Sederet penghargaan telah
diraihnya dalam kiprahnya sebagai pemilik bisnis maupun sebagai coach, antara lain; ActionMAN Award for Commitment to Education – Asia Pacific (2008), Forum Poster of the Year for Best
Contribution to the ActionCOACH Learning Forum – Asia Pacific (2008) &
Global (2009), AbundanceCOACH Award –
Global (2010), NetworkingCOACH –
Global (2011), International Women
Entrepreneurial Challenge (2010), Indonesian
Business Improvement Award (ActionCoach South Jakarta as the Best Business
Education Company that contributes to the improvement of Indonesia) – Maret
2012.
Cynthia Wihardja
adalah Sang Pemenang, yang mendaki kesuksesan dengan sifat generosity yang dominan. Cynthia telah menemukan passion-nya, yaitu membantu banyak
orang. Cynthia telah menemukan misi hidupnya. Suksesnya dibangun dengan cara
membantu para pemilik bisnis mencapai kesuksesan.
“Live your best life with a clear purpose”,
ujarnya. “Tujuan hidup kita sudah
ditentukan dan misi hidup kita adalah menggali tujuan dan potensi kita. Dengan
talenta di bisnis dan coaching, saya berada di era dimana entrepreneurship
sedang meningkat dan banyak pemilik bisnis yang galau, ingin lebih maju, dan sebagainya”,
tuturnya. “Kebetulan? Hmmm... kayaknya
tidak deh! Saya percaya tidak ada yang kebetulan. Hidup itu pilihan. Pilihlah
untuk melihat peluang daripada tantangan; positif daripada negatif; kelimpahan
daripada kekurangan. Bila Anda memilih untuk hidup seperti itu, jangan kaget
kalau anda menjadi magnet peluang, magnet sukses, dan magnet kelimpahan”,
ujarnya menutup penuturannya.
Salam
Pemenang!
Catatan
- Kisah di atas adalah satu dari tiga puluh kisah dalam buku “ANGEL & DEMON: 30 Kisah Inspiratif Sang Pemenang”, yang merupakan hasil kolaborasi dengan para sahabat, Timoteus Talip dan Helena Abidin.
- Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
- Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar