Kisah ini adalah 1 dari 30 kisah dalam buku National
Best Seller “ANGEL & DEMON 30 Kisah
Inspiratif Sang Pemenang”, yang sudah beredar di seluruh toko buku Gramedia
di Pulau Jawa dengan harga Rp 54 ribu.
Pertama kali mengenal beliau
secara langsung adalah pertengahan bulan Mei 2005. Sejak itu hingga pertengahan
Nopember pada tahun yang sama kami sering bertemu, karena saya merupakan bagian
dari tim konsultan yang merancang strategi pemasaran produk-produk furniture knockdown Olympic Group. Eddy Gunawan, pria kelahiran bulan
Desember 1959, saat itu adalah CEO Olympic Group.
Ekonomi Bidang Kehidupan Keluarga
Pria yang lulus sarjana
ekonomi pada tahun 1984 dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI),
Jakarta, itu sempat mencoba berkarir di beberapa tempat sebelumnya hingga
akhirnya fokus membaktikan dirinya di Olympic
Group sejak 1986 hingga saat ini.
Sepertinya bidang ekonomi
merupakan bidang kehidupan keluarganya. Ayahnya adalah credit controller dari sebuah perusahaan multinasional dan lulusan
Amex Bank. Anak-anaknya, Daud, Daniel, dan Davin semuanya kuliah di FEUI
International double degree. Anak
pertama dan kedua sudah lulus kuliah. Prinsip hidup yang ditanamkan orangtua
Eddy adalah disiplin, mandiri, ulet, dan bertanggung jawab.
“Prinsip tersebut sangat membekas pada diri saya sampai saat ini”,
ujarnya.
Dan memang Eddy sudah belajar
mandiri sejak masih kuliah. Dia sudah memulainya sejak tahun 1979 dengan
menjual buku soal-soal ujian yang dia kumpulkan dari tahun-tahun sebelumnya.
Lalu dia juga bekerja sebagai asisten fotographer, juga membantu membuatkan
pembukuan perusahaan teman-temannya.
“Tahun 1983, saya masuk kerja ke Kantor Akuntan hingga 1984. Menjelang
lulus di tahun 1984 saya pindah ke sebuah perusahaan Cash & Credit,
jelasnya. “Tahun 1985 saya pindah lagi ke
salah satu perusahaan konglomerat Indonesia”, lanjutnya. Di sana Eddy
kembali hanya bertahan selama sekitar setahun saja.
Pelabuhan Terakhir
Tahun 1986, Eddy bergabung ke
Olympic Group, suatu kelompok usaha yang memiliki sekitar 20 pabrik yang
tersebar di seluruh Indonesia. Walaupun pasar ekspor hanya berkontribusi
sekitar 20% terhadap pendapatan perusahan, tetapi produk-produk furnitur
Olympic Group telah diekspor ke sekitar 100 negara yang tersebar di Asia,
Afrika, Timur Tengah, Australia, dan Sudan. Kontribusi terbesar untuk ekspor
berasal dari Asia, Timur Tengah, Sudan dan negara-negara bekas Uni Soviet. Saat
pertama masuk bekerja, Eddy diterima sebagai Staf Consolidated Accounting di perusahaan induk (holding). Rupanya pekerjaan di Olympic
Group mampu membuat Eddy tidak tertarik untuk melirik peluang di perusahaan
lain. Eddy bekerja dengan disiplin, mandiri, ulet, dan bertanggungjawab. Tidak
mengherankan jika hanya dalam enam empat
tahun Eddy diangkat menjadi Finance Director.
“Itu terjadi pada tahun 1992”, jelasnya.
Empat tahun berikutnya, yaitu
tahun 1996 Eddy diangkat menjadi Presiden Direktur unit distribusi.
Saat krisis moneter melanda
Indonesia di tahun 1998, Eddy juga diminta untuk mengkoordinir unit manufaktur.
Tahun 2006, Eddy diangkat menjadi grup CEO.
“Tahun 2011, saya diminta untuk membentuk kembali holding, yang pada
tahun 1998 sempat dibubarkan karena krisis ekonomi”, tuturnya. “Awal 2012, saya ditunjuk sebagai Komisaris
Olympic Group. Dan diminta mengembangkan unit bisnis baru, yaitu Cash &
Credit”, ujarnya.
Sejak bergabung ke Olympic
Group, Eddy mengalami dua kali krisis ekonomi, yaitu pada tahun 1998 dan 2008.
“Tahun 1998 merupakan masa-masa sulit bagi saya dalam memimpin
perusahaan. Waktu itu perusahaan terpuruk luar biasa. Hutang kami bisa sepuluh
kali lipat dari pendapatan penjualan. Saat itu pendapatan penjualan sekitar Rp
100-an miliar. Jadi hutang perusahaan mencapai hampir Rp 1 triliun”, kenangnya.
“Namun, justru pada masa-masa sulit
itulah kepemimpinan saya diuji”, ujarnya. “Ternyata, sepanjang karir saya, itulah saat yang paling membanggakan
buat saya. Saya berhasil menjadi pemimpin yang membawa perusahaan keluar dari
krisis dan membuat merek Olympic diakui, baik pada tataran nasional maupun
regional”, ujar Eddy sambil tersenyum.
Eddy
Gunawan saat menerima penghargaan Primaniyarta yang diberikan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, 21 Oktober 2008
(sumber foto: website perudahaan)
|
Eddy
berhasil membawa perusahaan Olympic Group keluar dari krisis 1998, karena dia
siap dan sigap. Dia tahu apa yang harus dilakukan, dan dia lakukan dengan
sigap. Dia mampu melakukannya karena sikap alertness yang dominan. Dia sensitif atas apa yang
terjadi di sekitar sehingga dapat mengenali peluang yang muncul dan mengambil langkah yang tepat dalam merespon peluang tersebut. Sebagai contoh, ketika krisis 2008
dimana pasar ekspor menyusut sementara pasar domestik tidak terlalu terganggu,
maka yang dilakukannya adalah terus merekrut dan lebih banyak memberikan
training-training kepada karyawannya.
“Krisis itu bagi saya istilahnya diberikan waktu untuk bernafas agar
bisa lari lagi lebih kencang. Pada saat bernafas ini kami manfaatkan untuk
menyiapkan SDM dengan memberikan training-training”, jelasnya.
Hal itu dia lakukan agar
ketika pasar sudah pulih maka kemampuan sumber daya manusianya telah meningkat
sehingga akan meningkatkan peluang keberhasilan.
Eddy Gunawan, adalah sosok
yang memiliki sifat alertness yang
dominan. Siap dan sigap adalah dua kata yang dia implementasikan juga pada
dirinya. Beberapa kali saya bertemu beliau di toko buku. Ternyata, kami
memiliki minat yang sama, yaitu membeli dan membaca buku. Untuk orang dengan
jabatan seperti dia, kebiasaan membaca yang dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan merupakan sesuatu yang mengagumkan. Itulah yang membedakan antara
Sang Pemenang dan lainnya. Dan Eddy Gunawan adalah Sang Pemenang.
Salam
Pemenang!
Catatan
- Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
- Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.
bagus banget kak makasih
BalasHapusharga excavator indonesia