Senin, 13 Agustus 2012

Nguwongke Uwong ala Jokowi: Sepenggal Cerita Dari Solo


Wali Kota Solo Ir. H. Joko Widodo (Foto: www.surakarta.go.id)
Sejak pemungutan suara putaran pertama pilkada Gubernur DKI Jakarta, yang dilaksanakan tanggal 11 Juli 2012 yang lalu, nama pejabat daerah yang paling banyak dibicarakan baik oleh media konvensional maupun media sosial adalah Wali Kota Solo Ir. H. Joko Widodo, yang lebih dikenal dengan panggilan Jokowi. Mulai dari hasil pemungutan suara putaran pertama yang fenomenal, yaitu mengalahkan pasangan incumbent, isu-isu tidak berdasar yang ditujukan kepadanya, hingga posisinya saat ini yang hanya didukung oleh PDIP dan Gerindra. Sementara partai-partai besar lain, yang sebelumnya pendukung pasangan lain yang telah gugur di putaran pertama, semuanya merapat ke partai pendukung pasangan Foke-Nara sehingga menempatkan Jokowi bak David vs Goliath dalam putaran kedua 20 September 2012 mendatang.

Namun, disela-sela hiruk pikuk tersebut, pada hari Kamis, 9 Agustus 2012 tersiar kabar membanggakan dari Bangkok, Thailand. Jokowi mendapat penghargaan Best City Award dalam Konferensi Partnership for Democratic Local Governance in Southeast Asia (DELGOSEA) di Bangkok, Thailand. DELGOSEA diluncurkan pada Maret 2010 dan co-funded oleh the European Commission dan the Konrad-Adenauer-Stiftung (KAS) of Germany, dimana dana awal berasal dari German Ministry for Development Cooperation. Partnership yang dikembangkan bersama oleh the Konrad-Adenauer-Stiftung (KAS) of Germany, the Local Government Development Foundation (LOGODEF) Filipina, the United Cities and Local Governments for Asia and Pacific (UCLG-ASPAC) dan the Association of Indonesian Regency Governments (APKASI), the Thailand Environment Institute (TEI), the Association of Cities in Vietnam (ACVN), dan the National League of Communes/Sangkats of the Kingdom of Cambodia (NLC/S).

Gagasan utama DELGOSEA adalah menciptakan sebuah jaringan bagi replika kisah sukses pemerintah daerah kota dan kotamadya di Asia Tenggara. Kisah-kisah sukses (best practices) yang diidentifikasikan ke dalam “tempat-tempat sukses” akan direplikasi dalam “pilot cities/replication places” tanpa harus memulainya dari nol.

Penghargaan Best City Award diberikan karena Jokowi dinilai berhasil menerapkan kebijakan yang membuat masyarakat mau mendukung dan melaksanakannya. Peter Wood, Head of the United Cities and Local Government for Asia Pacific (UCGL-ASPAC), menyatakan bahwa Jokowi dinilai berhasil dalam melakukan pendekatan kepada rakyat agar memahami dan menaati kebijakan pemerintah kota. Pendekatan pembangunan yang pro-rakyat yang diadopsi Jokowi yang dipadu dengan manajemen yang transparan terbukti mampu mewujudkan kesejahteraan dengan baik dan diakui dunia. Salah satu nilai yang menonjol adalah keberhasilan penerapan kebijakan penataan kota terhadap para pedagang kaki lima.

Kirab Boyongan PKL, 2006 (Foto: haxims.blogspot.com)
Kisah sukses yang menjadi pembicaraan secara meluas adalah keberhasilan Jokowi merelokasi para pedagang kakilima (PKL) Monumen Juang 45 Banjarsari ke Pasar Klithikan pada tahun 2006. Apa yang menonjol dari berita kesuksesan tersebut? Tidak lain dan tidak bukan adalah keberhasilan Jokowi mengubah sikap keras para PKL yang awalnya sangat menentang relokasi hingga akhirnya mendukung dengan sepenuhnya. Pendekatan yang dilakukan Jokowi bukanlah pendekatan kekuasaan tetapi justru pendekatan musyawarah. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan sebagai sesama manusia, bukan semata antara penguasa dan rakyat. Dengan pendekatan seperti itu maka Jokowi dapat memahami sepenuhnya keberatan para PKL dan melakukan terobosan sehingga semua persoalan dan kekuatiran para PKL mendapat solusinya. Solusi itu antara lain, setiap PKL yang sebelumnya memiliki kios di tempat lama akan mendapatkan kios secara gratis di tempat barunya. Infrastruktur di lokasi baru, termasuk pembukaan trayek baru yang melintasi Pasar Klithikan. Pemerintah Kota Solo juga mempermudah pengurusan izin usaha (SIUP), dan membantu mempromosikan lokasi baru selama beberapa bulan pertama. Puncaknya adalah prosesi perpindahan hampir seribu PKL dari lokasi lama ke lokasi baru dengan acara kirab budaya yang disaksikan ribuan warga di pinggir jalan utama. Itulah keberhasilan pendekatan Jokowi yang menganut prinsip nguwongke uwong, memanusiakan manusia atau menghargai martabat manusia.
Sosialisasi langsung ke warga Solo, 2009 (Dokumentasi pribadi)

Pendekatan pembangunan yang pro rakyat juga tercermin saat saya mendapat tugas melaksanakan program pemerintah pusat dalam konversi minyak tanah untuk memasak ke gas elpiji di Kota Solo, khususnya di Kecamatan Laweyan, Serengan, dan Pasar Kliwon pada awal 2009. Saat menghadap Jokowi, beliau meminta agar dilakukan sosialisasi kepada seluruh warga Solo dan tanyakan kesediaannya sebelum program dilaksanakan. Walaupun sosialisasi seperti yang diminta Jokowi tidak termasuk dalam rincian pekerjaan yang harus saya kerjakan, namun saya dapat memahami maksud permintaan Jokowi tersebut. Dan kami lakukan sosialisasi kepada warga di hampir 1.200 RT di tiga kecamatan. Tingkat kesetujuan warga mencapai 99.9%. Dan akhirnya program konversi minyak tanah untuk memasak ke gas elpiji di Kota Solo berjalan lancar tanpa ada sedikitpun gejolak.

Buku biografi Jokowi
Prinsip nguwongke uwong ala Jokowi tidak lepas dari pengalaman kehidupan pahit pada masa kecilnya yang hidup nomaden dari satu bantaran kali ke bantaran kali lainnya, seperti diceritakan oleh Yon Thayrun dalam buku biografi “Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker”. Pada usia 5 tahun Jokowi dan keluarga menjadi penghuni liar di pasar kayu dan bambu Gilingan, yang berada di selatan bantaran Kali Anyar. Saat Jokowi duduk di kelas IV SD, bersama 3 adik perempuan dan kedua orangtuanya digusur oleh Pemerintah Kota Solo tanpa pemberitahua terlebih dahulu. Sikap sederhanya yang terekspos luas saat ini bukanlah sikap yang dibuat-buat. Yon juga menceritakan suatu saat, dimasa awal Jokowi menjabat sebagai Wali Kota, Jokowi bertugas ke Jakarta dan menginap di salah satu hotel bintnag lima di kawasan Senayan. Jokowi memilih memesan satu kamar untuk dia dan ajudannya. Selain alasan berhemat, dengan satu kamar koordinasi dengan ajudan akan lebih praktis karena handphone selalu dipegang oleh ajudannya.

Jokowi (duduk berkaos dan bertopi putih) dalam pembukaan car-free day Juanda 25 September 2011
Dengan sikapnya yang sederhana, prinsip nguwongke uwong yang diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan warga Solo menghasilkan kepemimpinan yang efektif dalam membangun kota Solo. Dan pada pemilihan kedua kalinya (periode 2011-2015) Jokowi mendapat kepercayaan warga secara mutlak dengan perolehan suara mencapai 91%. Cerita sukses Jokowi adalah cerita Sang Pemenang. Dari seorang anak kecil yang hidup nomaden dari satu bantaran kali ke bantaran kali lainnya menjadi seorang pengusaha sukses dan Wali Kota paling terkenal saat ini. Jokowi from zero to hero.

Salam Pemenang!

Catatan
  • Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
  • Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.   

4 komentar:

  1. JOKOWI: Best City Award dalam Konferensi Partnership for Democratic Local Governance in Southeast Asia

    BalasHapus
  2. Salah satu putra terbaik milik bangsa...............semoga menjadi RI-1

    BalasHapus
  3. Terima Kasih saya untuk teman2 yang berbagi cerita mengenai orang2 waras yang bisa eksis di indonesia yang makin edan ini, semoga cerita2 mengenai putra bangsa terbaik yang masih kita miliki ini tambah memasyarakat dan menjadi tuladan bagi kita semua... amin

    BalasHapus
  4. sangat menarik dn actual, I like it.

    BalasHapus