Ada banyak mitos tentang
kesuksesan. Salah satunya adalah bahwa cacat tubuh membuat kesuksesan menjadi
sebuah ilusi bagi penyandangnya. Kita mungkin sudah banyak membaca atau melihat
banyak kisah nyata para penyandang cacat yang telah mematahkan mitos tersebut, mereka
telah membuktikan mampu berkarya di bidangnya dalam keterbatasannya. Kalau kali
ini saya memilih sosok Sabar Gorky: Satu Kaki Menjejak Puncak Dunia
(Kompas, Jumat, 16 Desember 2011) tentu dengan suatu alasan tertentu.
Bagaimana Sabar menekuni alur lingkaran kesuksesan menarik untuk kita
renungkan.
Sabar Gorky adalah seorang lelaki dengan anggota
tubuh lengkap pada awalnya, hingga suatu kecelakaan terjadi saat dia remaja dan
duduk di bangku SMA. Dia terjatuh dari kereta api dan harus kehilangan satu
kakinya. Saya dapat membayangkan dia begitu tertekan menghadapi kenyataan
tersebut. Masa depan sepertinya menjadi suram. Tidak mudah memang bagi seorang
remaja seperti dia harus menghadapi kenyataan tersebut. Satu hal yang perlu
dicatat, bahwa walaupun saat itu keluarga dan teman-temannya memberikan
dorongan semangat kepada dia untuk bangkit tetapi kalau dia sendiri tidak
mengambil keputusan untuk bangkit mungkin cerita Sabar tidak akan terdengar
hingga saat ini. Pelajaran pertama,
dorongan semangat atau motivasi dari luar memang dibutuhkan terlebih ketika
kita sedang sangat tertekan menghadapi realita yang sangat sulit diterima,
tetapi tanpa adanya motivasi dari dalam diri kita sendiri maka motivasi dari
luar akan sia-sia. Motivasi dari dalam menghasilkan keputusan untuk bangkit dan
Sabar telah melakukan itu.
Selanjutnya Sabar mulai menata kembali hidupnya. Dia
menyusun rencana untuk mampu menekuni hobbynya mendaki gunung. Sabar sadar
bahwa dia harus mulai dari awal. Dia mencoba menaklukan Gunung Lawu, yang
terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, dalam kondisi satu kaki.
Yang pertama dia gagal. Tetapi sabar belajar dari kegagalan dan mempersiapkan
kembali pendakiannya, dan akhirnya dia berhasil. Lihat, Sabar dengan tekun menyusuri
Lingkaran Kesuksesan (objective-plan-execute-review),
dan tidak berhenti. Setelah itu Sabar meningkatkan targetnya, yaitu Gunung
Semeru di Jawa Timur yang lebih tinggi daripada Gunung Lawu. Sukses. Dan target
berikutnya adalah Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat yang lebih tinggi dari
Gunung Semeru. Anda lihat bahwa kepercayaan Sabar terus meningkat sejalan
dengan lingkaran kesuksesan yang berhasil dia lampaui. Pelajaran kedua, mulailah dari target yang relatif lebih rendah/lebih
kecil kemudian naikkan target sesuai dengan pencapaian. Saya ingat ketika masih
menjadi mahasiswa dan mengikuti organisasi
pecinta alam, mahasiswa senior pengurus organisasi memprogram kegiatan mendaki
gunung mulai dari Gunung Salak, Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan Gunung
Ciremai (semuanya di Jawa Barat), baru kemudian gunung-gunung lain yang lebih
tinggi. Jika Anda lakukan itu secara konsisten maka kepercayaan diri Anda akan
terus meningkat, dan itu adalah modal dasar bagi kesuksesan berikutnya.
Setelah pencapaiannya
menaklukkan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat, Sabar mulai mencoba menekuni
olahraga panjat tebing pada usia dua puluh sembilan tahun, usia yang tidak
tergolong muda lagi. Sabar mencoba memperluas kemampuannya, karena olahraga
panjat tebing memerlukan penguasaan teknik yang agak berbeda dengan kegiatan naik
gunung. Saya yakin, dalam menekuni olehraga panjat tebing Sabar memulai dengan
tingkat kesulitan yang ringan dan secara bertahap terus meningkat. Ketekunannya
membuahkan prestasi gemilang. Dia berhasil mendapatkan medali emas pada
Kejuaraan Panjat Tebing Asia di Korea Selatan pada tahun 2009, dua belas tahun
sejak dia mulai menekuni olahraga panjat tebing. Dan kita tahu dua belas tahun
bukanlah masa yang pendek. Pelajaran ketiga,
perlu konsistensi, kesabaran, tidak menyerah dan disiplin untuk bisa mencapai kesuksesan
yang besar.
Sabar membuat target yang lebih besar. Mimpinya
adalah mencapai Seven Summit, tujuh
puncak gunung tertinggi di dunia. Dan lihat, dia mulai dengan menaklukkan
puncak Elbrus yang memiliki ketinggian 5.642 meter di atas permukaan laut
(mdpl), yang merupakan puncak tertinggi di Eropa dan menancapkan Sang Merah
Putih tepat pada tanggal 17 Agustus 2011. Dan perlu dicatat, rute yang dia
lalui adalah jalur utara, yang tiga kali lebih panjang dan lebih sulit
dibanding jalur selatan. Tanggal 13 Nopember 2011, Sabar menaklukkan puncak Kilimanjaro
(5.895 meter mdpl), yang merupakan puncak tertinggi di Afrika. Dan tahun depan,
Sabar sudah menetapkan target dan menyusun rencana untuk menaklukan puncak Mera
Peak, salah satu puncak di Pegunungan Himalaya; Gunung Aconcagua di Argentina;
Puncak Cartenz di Papua; dan mengikuti triatlon di Gurun Sahara, Maroko. Tidak
hanya mendaki gunung dan panjat tebing, Sabar juga hobi naik sepeda dan arung
jeram. Pelajaran keempat, sang
pemenang tidak akan pernah berhenti. Sang pemenang akan terus memasang target
yang baru dan lebih tinggi serta berjuang untuk mengapainya.
Sabar sadar dengan realita, semua kegiatan yang
dilakukan itu lebih karena memang dia hobi dan mencintai olahraga beresiko
tinggi. Kesuksesannya lebih untuk memuaskan hobi dan membuktikan bahwa dengan
keterbatasan dirinya dia mampu menorehkan prestasi yang sama dengan mereka yang
memiliki anggota tubuh yang lengkap. Dan tentunya ada kepuasan batin tersendiri
ketika ada yang terinspirasi dengan perjuangannya. Kepuasan tersebut tidak
menghilangkan realita bahwa dia perlu menjalani hidup. Dengan rendah hati dia
menekuni pekerjaan membersihkan kaca gedung-gedung bertingkat dengan high rope dan reparasi tas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pelajaran kelima, walaupun Sabar Gorky,
pria berusia 43 tahun kelahiran Solo, Jawa Tengah, namanya sudah terkenal namun
dia tetap rendah hati dan realistis.
sedikit saran pak.. kalau tulisan di artikel di bloger yg bapak buat diberi gambar atau ilustrasi pasti jadi lebih menarik pak..
BalasHapus@NayCute:
BalasHapusTerima kasih atas sarannya.
Akan saya usahakan pd artikel-artikel mendatang.
Salam sukses
Suhartono Chandra