Pada
artikel yang lalu saya menulis mengenai Lingkaran Kesuksesan yang terdiri atas
empat langkah, yaitu Objective-Plan-Execute-Review. Objective adalah suatu keputusan yang dibuat
sang pemenang untuk berani menetapkan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Plan merupakan perencanaan yang dibuat
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Rencana yang telah dibuat
tentunya harus dilaksanakan (execute),
dan review merupakan evaluasi atas hasil
dari rencana yang telah dilaksanakan yang menghasilkan perbaikan atau
peningkatan yang harus dilakukan pada siklus lingkaran kesuksesan berikutnya. Siklus
lingkaran kesuksesan tersebut merupakan siklus yang terus menerus perlu
dijalani dalam perjalanan Sang Pemenang. Hari ini kita melihat bagaimana penerapan
siklus tersebut melalui sosok Sumarlan:
Lentera Peternak Lele (Kompas, Senin, 12 Desember 2011).
Sumarlan
merupakan sosok sang pemenang yang meraih Juara II Tingkat Nasional Lomba
Inovasi Pengembangan Produk Hasil Perikanan kategori umum/usaha mikro kecil menengah
dari Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2011, sekaligus pengusaha industri
rumahan “Telogo Sarangan”, warga Desa Candirejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Kesuksesan Sumarlan tidak hanya dinikmati oleh dia dan keluarganya, tetapi juga
memberi dampak positif bagi masyarakat, antara lain; memperbesar peluang
masyarakat menikmati ikan lele tidak terbatas hanya digoreng, dibakar atau
dimasak kuah, membantu meyukseskan kampanye gemar makan ikan dalam rangka
peningkatan gizi masyarakat, memperluas pasar produk ikan lele.
Semua itu
dimulai dari suat keputusan. Umumnya, ada suatu kegalauan saat seorang karyawan
akan memasuki masa pensiun. Galau, bagaimana dengan ekonomi keluarga saat sudah
pensiun karena faktanya uang pensiun tidak lebih besar daripada penghasilan
bulanan ketika masih produktif. Galau apa yang akan dikerjakan saat sudah
pensiun, apakah sisa hidup hanya dinikmati dengna duduk-duduk saja mengenang
saat-saat masih produkif. Dan kita sudah banyak melihat banyak pensiunan yang
tidak punya kegiatan apa-apa kemampuan berpikirnya dan kondisi kesehatannya
cenderung menurun lebih cepat dibanding orang seusianya yang masih aktif dengan
kegiatan-kegiatan produktif. Kegalauan Sumarlan adalah kuatir tidak bisa
menjalani hari-hari di masa senjanya tanpa aktifitas karena dia sudah terbiasa
bekerja rutin. Ada banyak pensiunan yang walaupun merasakan kegalauan tetapi
tidak mengambil keputusan apapun, mereka hanya diam pasrah dengan berbagai
kendala yang ada. Tidak demikian halnya dengan Sumarlan, dia mengambil
keputusan untuk mulai beternak ikan lele. Sasaran dia adalah agar dia tetap
memiliki aktifitas yang produktif sekaligus menambah penghasilan selain uang
pensiun. Sumarlan telah menjalani seperempat perjalanan menyusuri siklus lingkaran
kesuksesan.
Mengapa
Sumarlan memilih budidaya ikan air tawar? Alasannya sederhana, lokasi rumahnya
dekat dengan Kali Jejeruk yang mengalirkan air dari Dam Jejeruk. Air itu dengan
mudah dan berbiaya murah bisa dipompa ke dalam kolam dan memungkinkan
pengganian air secara teratur sehingga menghasilkan ikan-ikan yang sehat, besih
dan aman dikonsumsi. Sumarlan juga menerapkan teknik budidaya yang terbilang
modern. Apa yang dilakukan Sumarlan pada bagian ini adalah bagian dari
perencanaan (plan). Dalam hal ini
Sumarlan telah menyusuri separuh dari siklus lingkaran kesuksesan. Dan sudah
pasti rencana tersebut dia laksanakan (execute),
dengan kata lain tiga perempat siklus lingkaran kesuksesan telah dia jalani.
Dalam
perjalanannya apakah Sumarlan langsung berhasil. Ternyata tidak. Sudah sejak
lama para peternak ikan lele mengalami kesulitan memasarkan hasil budidayanya.
Konsumsi ikan lele hidup serapannya relatif terbatas, hanya sekitar 80% dari
kapasitas produksi peternak. Bahkan pada musim musim panen melimpah serapan
ikan lele bisa turun hingga hanya mencapai 50%. Sumarlan tidak berhenti, tetapi
dia mencari solusi bagi kondisi tersebut. Dia berkonsultasi dengan dinas
peternakan, termasuk mencari informasi di dunia maya. Dia juga sadar bahwa
selama ini pedagang hanya mau mengambil ikan berukuran sedang dengan alasan
lebih disukai pasar dan kunsumen, dan pada kenyataannya memang selama ini ikan
lele dikonsumsi dengan cara dibakar, digoreng dan dimasak kuah. Bagian ini
melengkapi sisa seperempat perjalanan menyusuri siklus lingkaran kesuksesan.
Pada awal
siklus lingkaran kesuksesannya, dia mengambil suatu keputusan yang kreatif. Apakah
pola konsumsi konsumen terhadap ikan lele yang hanya sebatas dibakar, digoreng
dan dimasak kuah tidak bisa diubah? Inilah keputusan kreatif yang mengubah
keadaan secara total (objective). Dia
mulai merencanakan (plan) untuk
mengoptimalkan seluruh bagian ikan lele dengan memberi nilai tambah. Sumarlan
kemudian mengolah (execute) ikan lele
menjadi beragam produk makanan siap saji. Saat ini ikan lele di tangan Sumarlan
dapat diolah seluruhnya, termasuk tulang dan kulit ikan lele. Daging ikan lele
diolah menjadi bothok presto, garam asem presto, pepes, abon. Kulit ikan lele
yang hitam diolah menjadi keripik yang renyah dan gurih. Apakah kesuksesan
Sumarlan dicapai dengan mudah dan instan? Tidak juga, karena sesuai dengan
pengakuannya, kemahiran dia saat ini didapat melalui proses panjang melakukan
uji coba bersama dengan istrinya. Yang pasti, setiap tahapan siklus lingkaran
kesuksesan dia jalani. Selesai satu siklus dia terus bergerak menjalani siklus
berikutnya, dan seterusnya tanpa pernah berhenti.
Saya
yakin, pencapaian saat ini pun bagi Sumarlan bukanlah akhir dari perjalanannya
menyusuri rute sang pemenang. Sumarlan harus tetap bergerak dengan pedoman lingkaran
kesuksesan. Dan itu selalu dimulai dari suatu keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar