“The more you give the more you get” – The Power
of Giving
Berita mengenai keberhasilan
siswa-siswa SMK Warga, SMK Negeri 2, dan SMK Negeri 5 Solo, Jawa Tengah dalam
merakit mobil Kiat Esemka masih terasa gemanya. Terlepas dari pro dan kontra
atas kelanjutan produksi secara massal mobil Kiat Esemka, mari kita belajar
sisi lain lahirnya Kiat Esemka. Adalah Sukiyat,
pemilik bengkel Kiat Motor di Klaten, Jawa Tengah yang berada di balik
kesuksesan prestasi para siswa tersebut melahirkan Kiat Esemka. Ada banyak hal
yang dapat kita pelajari dari sosok Sukiyat (Kompas,
Sabtu, 7 Januari 2012). Sukiyat (55 tahun), yang lahir di Klaten adalah
contoh mereka yang berhasil menekuni rute Sang Pemenang sejak dia tidak punya
apa-apa dan bukan siapa-siapa. Pada usia enam tahun Sukiyat menderita polio.
Cacat pada kakinya membuat dia minder, dan saking tidak tahannya menerima
ejekan teman-temannya terpaksa dia keluar dan tidak menamatkan pendidikannya di
sekolah teknik menengah (STM). Tapi, Sukiyat keluar dari sekolah bukan untuk
menyerah, itulah ciri Sang Pemenang. Sang Pemenang bukanlah manusia super yang
harus selalu menang dalam mengatasi suatu situasi sulit. Terkadang Sang
Pemenang bisa juga jatuh, memilih mundur karena tidak tahan dalam menghadapi
cuaca dalam pendakiannya. Tetapi, Sang Pemenang kemudian terus bangkit dan
bergerak lagi. Sukiyat kemudian belajar menjahit di Rehabilitasi Centrum Prof
Dr Soeharso, Solo. Setelah enam bulan belajar menjahit Sukiyat hijrah ke
Jakarta untuk bekerja di perusahaan konfeksi dan percetakan milik Yayasan
Harapan Kita sebagai tukang obras dan setting huruf.
Saat
orangtuanya meminta Sukiyat pulang ke kampungnya, dia memilih tinggal di Solo,
yang jaraknya sekitar 25-30 kilometer dari Klaten. Dia bekerja di sebuah
bengkel. Di bengkel tulah Sukiyat mendapat ketrampilan di bidang otomotif. Dia
mendapat kesempatan mengikuti pelatihan otomotif ke Jepang dan Jerman atas
biaya Departemen Sosial. Tahun 1977, saat dia berusia 20 tahun, atas bantuan
Yayasan Dharmais Sukiyat membuka bengkel di kampung halamannya di Desa
Kradenan, Kecamatan Trucuk, Klaten. Bengkelnya hanya melayani perbaikan sepeda
motor dan sepeda kayuh. Bengkelnya berkembang pesat, sehingga pada tahun 2004
dia membuka bengkel keduanya di Jalan Solo-Yogya, Desa Mlese, Kecamatan Ceper,
Klaten, dengan spesialisasi di bidang cat oven dan body repair. Ceper adalah kecamatan di Klaten yang terkenal dengan
pusat industri logam usaha kecil dan mikro. Sejauh ini kita melihat sepertinya
perjalanan Sukiyat dalam mengembangkan usahanya mulus-mulus saja. Namun, sesuai
pengakuannya pada Kompas, dia
terbiasa bekerja dengan giat. Pikirannya tidak berhenti memikirkan pengembangan
usahanya. Saya percaya Sukiyat memiliki attitude
yang baik dan mampu dengan baik menempatkan dirinya. Sepanjang perjalanan
hidupnya, sejauh yang dia ceritakan kepada Kompas,
keberhasilannya tidak terlepas dari bantuan pihak lain, mulai dari Pusat
Rehabilitasi Prof Dr Soeharso (tempat dia belajar menjahit), Yayasan Harapan
Kita (pertama kali bekerja di Jakarta), Departemen Sosial (yang membiayai
pelatihan dia ke Jepang dan Jerman), dan Yayasan Dharmais (bantuan dana saat
membuka bengkel pertamanya).
Sukiyat juga mengembangkan
sikap bersyukur atas anugerah Tuhan, bahwa kesuksesan dia tidak terlepas dari
bantuan pihak lain, dan setelah mencapai kesuksesannya dia ingin berbagi kepada banyak orang agar juga
bisa menikmati kesuksesan seperti yang sudah dia nikmati. Perannya dalam
membidani kelahiran Kiat Esemka muncul dari keinginannya membantu para siswa
jurusan otomotif di SMK Negeri 1 Truck, Klaten, dimana dia adalah ketua konite
sekolah di sekolah itu. Sukiyat ingin agar siswa di sekolah itu dapat melakukan
praktek membuat body mobil. Dia
menyumbangkan dua unit mobilnya untuk dibongkar. Para siswa diajari cara
membuat body mobil secara manual.
Ternyata sukses para siswa tersebut melampaui harapan Sukiyat, sehingga dia
berpikir lebih jauh lagi mengapa tidak sekalian saja para siswa itu membuat
mobil. Sukiyat mecanangkan visi baru, dari sekedar membantu anak didik
mempraktekkan apa yang dipelajari di sekolah ke pembuatan mobil. Visi Sukiyat
mendapat jalan dengan dipertemukannya dia dengan Direktur Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Joko Sutrisno. Bengkel Kiat Motor di Ceper, Klaten
ditunjuk menjadi mitra dalam program perakitan mobil oleh siswa SMK, yang telah
dimulai Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan beberapa tahun sebelumnya. Sejak
itu SMK-SMK mengirimkan siswanya ke Kiat Motor untuk belajar membuat body mobil, termasuk bagian interior dan
eksterior, serta rangkanya. Selanjutnya, proses kelahiran Kiat Esemka jenis SUV
terus bergulir. Mesin mobilnya adalah rakitan siswa, demikian juga komponennya
sebagian besar juga dibuat oleh siswa bersama mitra industri. Keberhasilan
kelahiran Kiat Esemka membanggakan banyak pihak, para siswa yang terlibat jelas
merasa bangga sekali dapat berkontribusi atas pencapaian itu. Dukungan banyak
pihak terus mengalir. Bahkan, Wali Kota Solo Joko Widodo berujar, “Saya ini kan
salesman Kiat Esemka” (TribunNews.com,
Kamis, 5 Januari 2012). Saat ini Jokowi sedang merancang rencana bisnis
bagi produksi massal Kiat Esemka, yang mengandung 80% komponen lokal.
Sukiyat, sebelum kelahiran
Kiat Esemka, mungkin sudah cukup sukses dalam hidupnya. Namun, sikapnya yang
ingin berbagi ketrampilan dengan
mengajari para siswa SMK, sehingga banyak orang juga bisa menikmati kesuksesan,
ternyata juga meningkatkan kesuksesan dia. Dan Sukiyat tidak berhenti pada
peranannya membantu kesuksesan para siswa SMK pada proses kelahiran Kiat
Esemka, Sukiyat telah memiliki mimpi baru. Mimpi barunya adalah mencetak tenaga
andal di bidang otomotif dan body repair
dari para penyandang cacat. Tahun ini Sukiyat merencanakan pendirian bengkel
baru di kawasan Manahan, Solo yang dipadukan dengan pusat pelatihan bagi
penyandang cacat, yaitu Difabel Training
Center, yang dilengkapi dengan asrama. Sesungguhnya, membantu orang lain
untuk sukses adalah kesuksesan itu sendiri. Itulah kekuatan the power of giving. The more you give the more you get.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar