Suatu siang, saya menerima
pesan dari seorang teman sekompleks melalui jaringan grup BBM (BlackBerry Mesenger), bahwa Ani (bukan nama sebenarnya),
tetangga satu kompleks berteriak-teriak sendirian di salah satu bunderan di
kompleks kami. Sontak berita itu menjadi sumber kegemparan di antara anggota
grup. Lantas berkembang informasi mengenai si Ani itu. Ani adalah seorang
wanita, tinggi, langsing, dan gurat-gurat kecantikan masih terlihat di usianya
yang sekitar empat puluhan, kecuali raut muka yang tidak bercahaya yang
menyiratkan adanya problem yang berat. Dia tinggal sendirian di sebuah town house di dalam kompleks kami.
Sebelum tinggal di kompleks kami, Ani tinggal bersama suaminya di sebuah kota
di Jawa Timur. Dari informasi teman-teman yang berkembang sebenarnya dia
bukannya tidak berdaya secara ekonomi. Sebelumnya dia adalah salah satu
pendukung calon kepala daerah. Dia bertugas menghimpun suara pemilih dengan
janji imbalan uang. Dia tidak bisa menepati janjinya kepada pemilih yang
dihimpunnya, karena ternyata calon yang didukungnya kalah. Suatu situasi sulit
yang dia hadapi saat itu. Sayangnya, Ani kalah telak terhadap kesulitan yang
menerpanya. Hubungan pernikahannya bubar dan dia dikejar-kejar masyarakat pemilih
yang dijanjikannya. Sosok Ani adalah contoh orang yang memiliki AQ rendah. Dan
sekarang lebih buruk lagi, Ani masuk pada tahap depresi.
Menurut para ahli psikologi
kognitif, di antara serangkaian luas respon-respon terhadap kesulitan, ada satu
respon yang dapat sangat melumpuhkan, yaitu menganggap suatu situasi sulit sebagai
bencana. Orang-orang menganggap bencana apabila mereka mengubah
ketidaknyamanan-ketidaknyamanan yang ada sebagai akibat situasi sulit tersebut
menjadi sebuah malapetaka. Menganggap akibat-akibat dari suatu situasi sulit sebagai
suatu bencana seringkali terjadi terjadi ketika merenungi peristiwa-peristiwa
yang buruk secara destruktif. Menganggap sesuatu sebagai bencana berkaitan
dengan dimensi AQ (CO2RE)
yang ketiga, yaitu Reach (jangkauan) dan terjadi sewaktu
Anda membiarkan akibat-akibat dari situasi sulit itu menyebar seperti api liar
sambil menghancurkan bagian lain kehidupan Anda. Dalam situasi tertentu, saat
badai prahara yang sungguh luar biasa terjadi, orang dengan AQ tinggi pun untuk
sesaat dapat mengalami hal seperti itu. Jadi, ketika hal tersebut terjadi Anda
harus segera menghentikannya. Anda harus segera mematikan api kecil itu sebelum
membesar dan menjalar kemana-mana.
Paul G. Stoltz menyarankan pemanfaatan delapan teknik yang disebut Stoppers! Delapan teknik itu
digolongkan menjadi dua kategori, yaitu Perintang
dan Pembingkai Ulang.
Teknik-teknik tersebut dapat digunakan untuk mempercepat pemulihan diri Anda
dari kesulitan dan mengurangi akibat-akibat kesulitannya (lihat gambar).
Kedelapan teknik itu merupakan metode-metode yang telah teruji, baik secara
ilmiah maupun pengalaman. Anda bisa gunakan salah satu dari kedelapan teknik
itu untuk menghentikan upaya destruktif pikiran Anda.
Perintang dirancang untk
membantu Anda menginterupsi respon
destruktif Anda.
Perintang #1: Menyentak Diri.
Ketika Anda sedang memikirkan akibat-akibat dari situasi sulit dan tanpa sadar
Anda membiarkan pikiran Anda untuk terus memperbesar akibat-akibat tersebut dan
bergerak liar masuk ke wilayah lain kehidupan Anda, bersiaplah untuk segera
mengangkat tangan Anda dan pukullah permukaan keras yang ada di dekat Anda
dengan telapak tangan Anda sekeras yang Anda mau sambil berteriak “STOP!”. Permukaan keras bisa sebuah
meja, kursi, tembok, dashboard mobil,
helm yang sedang Anda pakai, atau apapun permukaan keras yang dapat Anda pukul
dengan telapak tangan Anda, sehingga Anda merasakan telapak tangan Anda menjadi
perih. Dengan menyentak diri melalui rasa perih pada telapak tangan Anda akan
memutus pikiran yang mulai destruktif, dan mengambil kendali lagi atas
kesulitan Anda. Teknik ini tentunya dapat Anda lakukan saat Anda sedang
sendirian, karena jika dalam keramaian apalagi saat rapat dengan atasan tentu
Anda akan menimbulkan kesulitan baru. Perintang
#2: Mengalihkan Perhatian. Teknik
ini dapat Anda lakukan pada situasi apapun. Caranya adalah ketika pikiran Anda
mulai destruktif maka Anda bisa mengalihkan perhatian pada hal-hal yang tidak
berhubungan dengan situasi sulit. Misalnya, Anda sedang berada di suatu mal
bersama suami / istri, atau bersama kawan maka Anda bisa mengalihkan perhatian
dengan memperhatikan sikap dan wajah orang yang sedang lalu lalang. Atau, jika
sedang memegang suatu benda Anda bisa mulai memperhatkan detil dari benda
tersebut. Dengan mengalihkan perhatian maka Anda telah memutus alur pikiran
yang destruktif untuk kemudian mengambil kendali lagi atas kesulitan yang
sedang Anda hadapi. Perintang #3: Mengejut Diri. Pakailah gelang karet
di pergelangan Anda. Ketika pikiran destruktif mulai masuk tarik gelang karet
itu dan jepretlah hingga lengan Anda terasa perih, maka Anda akan memutus dan
menghentikan pikiran destruktif tersebut. Stoltz
melaporkan bahwa Charles Barkley,
bintang bola basket di klub Houston
Rockets, pemain All Star, dan
tiga kali menjadi anggota U.S. Dream Team
menggunakan gelang karet untuk “membantu
menjaga agar segala sesuatunya tetap pada tempatnya”. Perintang #4: Menyibukkan Diri.
Ketika Anda merasa tidak mampu melakukan apapun dalam suatu situasi sulit, maka
Anda bisa memutus pikiran destruktif dengan melakukan kegiatan-kegiatan lain.
Anda bisa mendengarkan musik yang keras, menonton film laga, atau film komedi
yang lucu, mencuci mobil, menguras akuarium, merawat tanaman. Kegiatan apapun
itu yang dapat membuyarkan pikiran destruktif itu. Perintang #5: Berolahraga.
Kita sadar saat kita merenungkan suatu situasi sulit maka energi dan vitalitas
kita terkuras. Untuk itu kegiatan berolahraga merupakan cara yang efektif untuk
memulihkan kesegaran kita. Anda bisa berlari, bersepeda, berenang, aerobik,
atau apapun jenis olahraga yang Anda sukai.
Pembingkai Ulang merupakan
alat untuk membantu Anda menghentikan
kebiasaan menganggap semua kesulitan sebagai bencana dengan menempatkan
kesulitan Anda pada tempatnya.
Pembingkai Ulang #1: Kembali Ke
Tujuan Awal. Teknik ini digunakan untuk mengingatkan kita alasan atau
tujuan kita yang sebenarnya untuk terlibat dalam situasi dimana kesulitan itu
terjadi. Misalkan, Anda terlibat dalam tim pengembangan bisnis baru sebagai
tugas tambahan di luar pekerjaan rutin Anda di suatu perusahaan. Keterlibatan
Anda menuntut waktu dan konsentrasi lebih dari sebelumnya. Situasi sulit muncul
ketika, karena kesibukan, terpaksa Anda sering absen dalam kegiatan rutin
bersama keluarga. Istri merajuk karena kehilangan perhatian. Anak mengeluh
karena Anda tidak bisa hadir pada pertunjukkan drama sekolah dimana anak Anda
terlibat sebagai pemeran utama. Anda mulai merasa tertekan dalam pekerjaan
Anda. Segala sesuatunya menjadi memburuk. Jika saat seperti itu terjadi, maka
cara yang paling tepat adalah kembalilah ke tujuan awal. Apa tujuan Anda
berkarir di sana? Apa alasan kuat sehingga Anda berkarir disana? Pertanyaan-pertanyaan
tersebut akan menyadarkan Anda dan memutus pikiran destruktif yang mulai
muncul. Pembingkai Ulang #2: Mengecilkan Diri. Ketika kita
menganggap kesulitan sebagai suatu bencana, kita akan kehilangan perspektif.
Salah satu cara untuk mendapatkan kembali perspektif dan membingkai ulang
kesulitan adalah mengecilkan diri. Mengecilkan diri disini adalah tindakan
menempatkan diri pada situasi dimana Anda menjadi sangat kecil dibanding apa
yang ada di sekitar Anda. Misalnya, di ketinggian suatu gunung, di pinggir
pantai memandang luasnya laut, atau duduk memandang langit yang penuh dengan
bintang. Saat itu Anda akan disadarkan bahwa kebesaran Tuhan begitu luar biasa.
Anda dan kesulitan Anda menjadi terasa kecil. Pembingkai Ulang #3: Membantu
Orang Lain. Pikiran destruktif Anda mungkin akan menganggap Anda adalah
orang yang paling mnederita dengan adanya situasi sulit yang Anda alami.
Ambillah waktu untuk membantu orang lain, misalnya membantu orangtua-orangtua
yang tinggal di panti jompo, mengunjungi dan membantu anak-anak di panti
asuhan, membantu para gelandangan yang tinggal di rumah kardus. Kegiatan
tersebut akan memutus pikiran destruktif Anda dan mengingatkan bahwa di luar
sana masih banyak orang-orang yang memilki kesulitan yang jauh lebih besar dari
Anda.
Kedelapan teknik STOPPERS! Tersebut bukanlah teknik yang
akan menghilangkan masalah-masalah sebagai akibat dari situasi sulit Anda.
Teknik–teknik itu berfungsi memutus pikiran destruktif Anda yang bergerak liar
merasuki sisi-sisi lain kehidupan Anda, yang membuat masalah menjadi semakin
besar dan tidak terkendali. Dengan menerapkan teknik STOPPERS! Anda akan mendapatkan kembali perspektif serta
kendali atas situasi sulit Anda untuk diatasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar