Hari
Selasa, 10 April 2012, Rick Santorum,
salah satu calon kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik mengumumkan
kepada pendukungnya bahwa dia telah memutuskan mundur dari kompetisi pemilihan
kandidat Presiden Amerika Serikat, yang nantinya akan bertarung dengan kandidat
dari Partai Demokrat, yaitu Barack Obama yang saat ini masih menjabat sebagai
Presiden Amerika Serikat ke-44. Alasan pengunduran diri Santorum adalah bahwa
dia dan keluarga akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama dengan putri
bungsunya, Isabella, yang biasa
dipanggil Bella. Bella, adalah putri
bungsu Santorum dan istrinya, Karen
Garver, yang saat ini berusia tiga tahun dan kembali dirawat di rumah sakit
karena menderita penyakit kelainan genetik yang disebut Trisomy-18 (T-18) atau
disebut juga Trisomy E atau Edward Syndrome, sesuai dengan nama orang
yang menemukan penyakit tersebut di tahun 1960. Trisomy-18 adalah kelainan
akibat adanya ekstra copy material genetik pada kromosom ke-18. Harapan hidup
bayi dengan kelainan seperti itu sekitar 10%. Efek kelainan antara lain; gagal
fungsi ginjal, kelainan jantung, pertumbuhan lambat. Pada aspek fisik, kelainan
dapat terlihat antara lain seperti bentuk kepala lebih kecil, bentuk telinga
yang tidak biasa, rahang kecil dan tidak normal. Namun, sebagian kalangan
melihat bahwa selain faktor kondisi anak yang memerlukan perhatian ekstra,
dalam hitung-hitungan politik peluang Santorum keluar sebagai kandidat Presiden
Amerika Serikat dari Partai Republik semakin menipis, dan situasi keuangan yang
juga kurang mendukung.
Photo: wikipedia.org |
Rick
Santorum, terlahir dengan nama Richard
John Santorum pada 10 Mei 1958 di Winchester, Virginia, Amerika Serikat. Santorum,
anak kedua dari tiga bersaudara, putra seorang imigran Italia. Ayahnya adalah
seorang psikolog, sementara ibunya seorang bidan. Pandangannya yang konservatif
membuat Partai Republik menjadi pilihannya. Di tahun 1990, Santorum terjun ke
bidang politik dengan mengikuti pemilihan anggota United States House of
Representatives (DPR AS) mewakili Pennsylvania, wilayah yang mayoritas
adalah pendukung Partai Demokrat. Dia terpilih sebagai anggota DPR AS untuk
periode 1991-1995. Kemudian tahun 1994 dia maju untuk pemilihan United
States Senate, dan terpilih menjadi Senator Pennsylvania untuk periode
1995-2007. Pada tahun 2005, Santorum mempublikasikan pandangan-pandangannya
terhadap pentingnya keluarga melalui sebuah buku dengan judul “It
Takes A Family: Conservatism and the Common Good”.
Rick Santorum bertemu dengan
istrinya, Karen Garner saat ia masih
menjadi mahasiswa dan magang di kantor pengacara Kirkpatrick & Lockheart
(K&L Gates). Mereka menikah pada tahun 1990 dan dikaruniai 7 orang
anak hidup. Pada tahun 1996, seorang anak meninggal saat lahir prematur di usia
kehamilan 20 minggu. Rick dan Karen begitu sedih dan menghabiskan malam itu
tidur bersama jasad bayinya, yang diberi nama Gabriel, di rumah sakit. Keesokan harinya mereka membawa pulang
jasad Gabriel untuk diperkenalkan kepada anak-anak mereka, bahwa inilah saudara
mereka yang sudah meninggal. Tahun 2008, saat berusia 48 tahun, Karen
melahirkan anak kembali, seorang putri yang diberi nama Isabella. Isabella
inilah yang menderita kelainan genetik Trisomy-18.
Terlepas dari pandangan
politiknya, sesungguhnya Rick Santorum adalah Sang Pemenang. Kisah yang ditorehkannya adalah kisah perjalanan
Sang Pemenang yang menaklukkan gunung demi gunung. Terkadang dalam suatu
pendakian sang pendaki menghadapi beberapa hambatan besar, misalkan saja angin
badai yang datang secara mendadak, sehingga sang pendaki harus mundur, mencari
perlindungan, mencari solusi dan menyusun strategi untuk kemudian maju kembali.
Demikian juga Santorum, dengan berbagai pertimbangan dia memutuskan mundur,
tetapi dia tidak berhenti. Dia masih terus akan berjuang seperti yang dia
katakan pada pidato pengunduran dirinya. Itulah mental Sang Pendaki Sejati (The Real Climber), yang menjadi
modal utama Sang Pemenang. Mungkin saat ini Anda sedang mengalami kemunduran,
dalam hal karir ataupun di bidang keuangan atau sedang menghadapi hambatan yang
sangat besar dan situasi yang sangat sulit yang mengharuskan Anda menunda suatu
pencapaian. Itu tidak masalah dan wajar-wajar saja. Yang penting kita tidak jatuh
terjerembab dan tidak bangun lagi. Yang penting kita mundur selangkah untuk
maju dua langkah, sesuai dengan definisi kesuksesan (lihat artikel saya
sebelumnya, dengan judul “Definisi Kesuksesan”).
Dan
terlepas dari pertimbangan kalkulasi politis, saya menekankan perhatian pada
alasan Santorum untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama putrinya, Bella
yang saat ini dirawat di rumah sakit. Itulah situasi ketika cinta harus
memilih. Waktu bersama Bella yang saat ini merupakan hal yang paling penting
karena cintanya kepada keluarga telah membuahkan keputusan Santorum untuk
mundur. Saya jadi teringat pada satu cerita yang ditulis Jawad Masood di artikel yang berjudul “Golf Balls in the Jar” (www.pickchur.com). Anda mungkin sudah pernah
mendengar atau membacanya. Saya kutipkan cerita tersebut sebagai penutup
tulisan ini. Cerita berkisah tentang seorang profesor, yang suatu ketika di
suatu sesi mengajar, mengambil toples kosong dan mengisi toples dengan
bola-bola golf hingga tidak ada ruang lagi untuk bola golf. Kemudian dia bertanya
pada murid-muridnya, “Apakah toples ini
sudah penuh?”. Murid-muridnya serempak berseru, “Ya, sudah penuh!!”. Kemudian sang profesor menuangkan batu-batu
koral yang ukurannya lebih kecil dari bola golf ke dalam toples, dan
mengguncang-guncangnya perlahan. Batu-batu koral itu mengisi tempat kosong di
antara bola-bola golf hingga tidak ada ruang lagi dalam toples yang bisa memuat
batu koral. Dan kembali sang profesor menanyakan kepada murid-muridnya
pertanyaan yang sama. Dan murid-muridnya pun menjawab dengan jawaban yang sama.
Selanjutnya sang profesor menaburi pasir ke dalam toples, dan pasir itu tentu
saja mengisi celah-celah kosong yang tersisa. Kembali sang profesor menanyakan
kepada murid-muridnya apakah toples itu sudah penuh, yang dijawab oleh
murid-muridnya dengan jawaban yang sama. Terakhir sang profesor menuangkan
beberapa gelas kopi ke dalam toples, yang segera mengisi ruang kosong di antara
pasir. Serentak murid-muridnya tertawa.
“Sekarang, saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili
kehidupan kalian. Bola-bola golf ini mewakili hal-hal penting dalam hidup
kalian; Tuhan, Keluarga, Anak, Istri, Kesehatan, sang profesor menjelaskan.
“Jika yang lain hilang dan hanya tinggal
mereka, maka hidup kalian masih tetap penuh (utuh)”, tambahnya. “Batu-batu koral adalah hal-hal lainnya,
seperti; pekerjaan, rumah, mobil. Pasir adalah hal-hal sepele”, sang
profesor berhenti sejenak. “Jika kalian
pertama kali memasukkan pasir ke dalam toples, maka tidak akan ada tersisa
ruang bagi batuan koral ataupun bola-bola golf. Hal yang sama terjadi dalam
hidup kalian”, lanjut sang profesor. “Jika
kalian menghabiskan energi untuk hal-hal sepele, kalian tidak akan mempunyai waktu
untuk hal-hal penting bagi kalian. Jadi, beri perhatian pada hal-hal yang
penting untuk kebahagiaan kalian. Mencintai Tuhan, bermain dengan anak kalian,
luangkan waktu untuk check-up kesehatan, ajak pasangan kalian untuk keluar
makan malam. Berikan terlebih dahulu kepada bola-bola golf, hal yang
benar-benar penting. Atur prioritas kalian. Barulah terakhir mengurus pasirnya”
Salah satu muridnya mengangkat
tangan dan bertanya, “Kopi mewakili apa?”.
Sang profesor tersenyum, “Saya senang
kamu bertanya”, katanya. “Itu untuk
menjelaskan kepada kalian, sekalipun hidupmu tampak sudah sangat penuh, tetap
selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat”.
Salam Pemenang!
Catatan
- Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
- Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar