Sumber foto: generalspecialist |
Kita
mengenal istilah generalis dan spesialis umumnya dalam konteks karir. Entah itu
karir di bidang penjualan, di bidang pendidikan, di bidang keuangan, di bidang
seni, ataupun di bidang-bidang lainnya. Generalis
merujuk pada kemampuan seseorang yang memahami banyak bidang, tetapi
pengetahuannya terhadap bidang-bidang tersebut tidak begitu mendalam.
Sebaliknya, spesialis adalah mereka
yang memiliki pengetahuan pada bidang tertentu saja, tetapi para spesialis
menguasai bidang tertentu tersebut secara mendalam. Mana yang lebih baik,
menjadi generalis atau spesialis?
Dalam pandangan saya,
spesialis dan generalis bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan. Terutama
jika kita melihatnya dalam konteks perjalanan Sang Pemenang. Perbedaan utama
antara keduanya adalah pada masalah fokus. Spesialis menguasai secara mendalam
karena mereka fokus mempelajari dan menekuni bidang tertentu saja. Sedangkan
para generalis membagi fokusnya ke beberapa bidang sehingga tahu banyak bidang
tetapi tidak sedalam para spesialis. Kita menyadari bahwa perjalanan Sang
Pemenang adalah perjalanan yang tak pernah berujung, dari satu tahapan ke
tahapan berikutnya. Istilah yang digunakan dalam setiap tahapan adalah “moving
to the next level” dan “keep going forward”. Mari kita
renungkan sejenak, masa kita belajar di sekolah dasar hingga tingkatan SMP kita
belajar menjadi generalis. Suka atau tidak kita harus belajar dan melewati
ujian semua mata pelajaran untuk bisa moving
to the next level. Pada tingkatan SMA, kita masih belajar menjadi
generalis, namun sekaligus juga belajar menjadi spesialis dengan kadar yang
belum tinggi. Itulah sebabnya ada pembagian jurusan IPA atau IPS. Ketika
memilih jurusan IPA atau IPS minat kita diuji dengan mata pelajaran yang dikhususkan
untuk tiap-tiap jurusan. Sekali lagi suka atau tidak suka kita harus belajar
semua mata pelajaran sesuai dengan jurusan kita agar bisa moving to the next level. Di jenjang perguruan tinggi strata
pertama, kita belajar menjadi lebih spesialis dengan memilih salah satu jurusan
dari sekian banyak jurusan. Namun, sesungguhnya kita juga masih belajar menjadi
generalis dengan kadar yang lebih sedikit. Dan semua mata kuliah harus kita
pelajari untuk bisa moving to the next
level. Demikian seterusnya pada strata selanjutnya, kadar spesialis terus
meningkat. Itulah sebabnya ada dokter spesialis, ada notaris, ada dokter gigi, ada
ahli ekonomi pembangunan, ada pelukis surealis, pelukis naturalis, post-modern, dan lain-lain. Jadi, agar
Sang Pemenang dapat terus menyusuri setiap tahapan rute perjalanan dia harus
belajar menjadi spesialis-generalis-spesialis-generalis-spesialis, dan
seterusnya.
Bagaimana dengan dunia kerja?
Sama saja, Anda mulai dari level pertama belajar menjadi spesialis. Misalnya
Anda adalah staf akunting, maka Anda harus menguasai sedalam-dalamnya mengenai
akunting. Ketika Anda ingin moving to the
next level ke level koordinator atau supervisor, Anda mulai belajar lagi
menjadi generalis, yaitu mengelola dan memimpin anggota tim dan bidang yang
lebih luas, yaitu bidang perpajakan atau keuangan, kemudian fokus lagi menjadi
spesialis di bidang keuangan. Demikian pula Jika Anda memulai dari seorang
tenaga penjualan, Anda harus menjadi spesialis dalam bidang penjualan. Ketika
Anda ingin moving to the next level,
Anda perlu menjadi generalis dengan mempelajari bidang pemasaran. Demikian
seterusnya dalam tahapan-tahapan selanjutnya. Itulah sebabnya dalam salah satu
level ada istilah general manager, manajer umum. Manajer yang agak generalis tapi
spesialis, karena menguasai banyak bidang tapi sangat menguasai satu bidang. Seorang
pemimpin perusahaan pasti berangkat dari seorang spesialis, sejalan dengan
perkembangan karirnya dia belajar menjadi seorang generalis. Seorang pemimpin
perusahaan yang memulai karir di bidang penjualan memahami bidang keuangan,
perpajakan, sumber daya manusia, operasional. Tetapi coba minta dia untuk
melakukan audit forensik keuangan, pasti dia akan angkat tangan.
Denny Delyandri & Selvi Nurlia |
Bagaimana
dengan seorang pengusaha? Juga tidak berbeda. Ketika seseorang mau memulai
usaha, pastilah dia seorang spesialis. Dia sangat menguasai hal yang menjadi
bidang usahanya. Sebagai contoh adalah teman saya yang berusaha di bidang
oleh-oleh makanan di Batam. Anda mungkin pernah mendengar Kek Pisang Villa (www.kekpisangvilla.com).
Pada awal usahanya, suami istri Denny
dan Selvi fokus pada keahlian mereka
yaitu membuat cake pisang. Sejalan
dengan pertumbuhan usahanya mereka sudah harus belajar menjadi generalis dengan
mempelajari jenis oleh-oleh lainnya, mengembangkan varian rasa lainnya, mereka
belajar bagaimana mengelola bisnis oleh-oleh, mereka belajar tentang keuangan, mereka
belajar menjaga cash-flow, mereka
belajar pemasaran, mereka belajar aspek-aspek pelanggan, dan mereka belajar
banyak hal. Hal-hal tersebut dibutuhkan ketika Anda ingin moving to the next level dalam artian usaha Anda berkembang dan
terus berkembang melalui setiap tahapan perkembangan. Saat ini sudah ada 7
cabang Kek Pisang Villa.
Archimedes |
Jadi,
sekali lagi, dalam menyusuri perjalanan Sang Pemenang Anda harus menjadi
spesialis di salah satu bidang dan generalis untuk bidang-bidang lainnya. Prof. Yohanes Surya adalah seorang
spesialis di bidang fisika. Apakah dia mengerti ilmu ekonomi? Saya yakin
jawabannya adalah “Ya”. Tapi, apakah
pemahamannya terhadap ilmu ekonomi sama baiknya dengan pemahamannya terhadap
ilmu fisika? Kali ini, pasti jawabannya adalah “Tidak”. Prof. Yohanes Surya adalah spesialis dan generalis. Demikian
pula Tony Prasetiantono adalah spesialis
di bidang ekonomi dan generalis di bidang-bidang lainnya. Konsultan adalah
seorang generalis karena harus memahami banyak industri kliennya, tapi juga
spesialis di salah satu bidang. Makanya kita mengenal konsultan pemasaran,
konsultan strategi, konsultan pajak, konsultan ISO, konsultan HRD, dan lain-lain.
Apakah ada spesialis di beberapa bidang, yaitu orang yang sangat menguasai
beberapa bidang sekaligus? Mungkin saja ada, tapi sangat sedikit. Dari yang
sangat sedikit itu di antaranya adalah Archimedes
(287-212 SM) dan Leonardo da Vinci
(1452-1519). Archimedes adalah ahli matematika, fisika, enjinering, dan
astronomi. Leonardo da Vinci adalah arsitek, musisi, penulis, pematung, pelukis
renaisans. Tetapi, baik Archimedes ataupun Leonardo da Vinci sama-sama tidak
menguasai ilmu ekonomi, bukan?
Salam Pemenang!
Catatan
- Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
- Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar