Muhammad Farhan, lebih dikenal
dengan panggilan Farhan, tentu bukan nama yang asing di telinga. Sejak
tahun 1996, ia telah bergelut di dunia media dan entertainmen. Farhan dikenal
sebagai pemandu berbagai acara, talk show
dan diskusi. Program televisi yang lekat dengannya antara lain “Extravaganza” dan “Lepas Malam” di Trans TV, “PESTA” di Indosiar dan juga programnya sendiri “Oom Farhan” di ANTV.
Berwawasan luas dan modern, Farhan selalu tampil smart
dengan celetuknya yang kadang kritis, tajam tetapi juga diselingi dengan
candanya khas. Kini setiap pagi mulai jam 6 hinggal 10, Farhan menyapa
pendengarnya di Jakarta, Bandung, Surabaya, Menado dan Makasar melalui radio Delta FM.
Farhan yang lahir di Bogor tahun 1970, juga
memiliki perhatian yang luar biasa terhadap dunia persepakbolaan. Di tengah
reputasi dunia sepakbola Indonesia yang memprihatinkan, ia memutuskan untuk
memberikan kontribusinya untuk perbaikan profesionalitas sepakbola melalui
posisinya sebagai Wakil Direktur PT Persib Bandung Bermartabat yang mengelola
Persib Bandung.
Selalu tampil percaya diri dengan senyum di
wajahnya, namun kehidupan bukanlah sebuah perjalanan yang mudah bagi Farhan.
Sebuah hidup penuh tantangan dan menguras enerji dijalaninya dengan kesabaran
tingkat tinggi. Tantangan ini bahkan belum usai dan perjalanan ke depan masih
panjang. Tetapi untuk Farhan, ia tak punya satu alasan pun untuk menyerah. No-compromise! Tidak ada kompromi dengan
situasi sulit. Dan, tidak
diragukan, ia adalah Sang Pemenang dalam hidupnya.
Tidak banyak diketahui publik, Farhan dan
istrinya tercinta, Aya, melewati masa-masa penuh tantangan
membesarkan putra pertama mereka, Ridzky,
yang autistik. Kekuatan Farhan dan Aya mengatasi tantangan baik dari dalam diri
mereka dan lingkungan untuk memberikan kehidupan yang terbaik bagi Ridzky
adalah sebuah perjalanan hidup yang inspiratif. Farhan menuturkan kisahnya yang luar
biasa itu.
“Saat itu hari Minggu, tanggal 20 Juni 1999, saya sedang memandu acara PESTA di Indosiar dari
jam 17.00 hingga 19.00 dengan tema HUT Jakarta”, ujarnya memulai percakapan. “Saya menyimpan kegelisahan, karena pada saat bersamaan, Aya sedang berjuang di Rumah Sakit Bersalin YPK Menteng, Jakarta Pusat, menanti kelahiran
putra pertama kami.”
Begitu selesai menjalani tugasnya, Farhan
langsung menuju Menteng. Aya yang berjuang sejak pukul 14.00 akhirnya
melahirkan putra pertama mereka pada pukul 20:30, yang mereka beri nama
Muhammad Ridzky Khalid.
“Nama Khalid diambil
dari Khlaid bin Walid, panglima perang pasukan Muhammad SAW, yang juga seorang
pejuang yang tangguh. Nama ini memang sengaja kami pilih. Tanpa pernah kami
duga sama sekali, ternyata Ridzky memang harus menjadi pejuang yang tangguh
menjalani kehidupannya”, jelas Farhan.
Dalam usia kurang dari dua bulan Ridzky harus
menghadapi dua operasi, sebuah tantangan yang berat untuk sebuah kehidupan
baru. Bayi mungil ini melakukan perjuangannya, sendiri, di awal kehidupannya. Ridzky
terkapar tak berdaya di ruang ICU Cempaka Rumah Sakit Harapan Kita. Hampir seluruh organ vital tubuhnya ditopang
mesin. Pernafasan, pacu jantung, saluran pencernaan dan aliran darah semua
dibantu oleh mesin. Bakteri straptococus
menyerang paru-paru kecilnya hingga paru-paru bagian kirinya tak berfungsi sama
sekali. Ridzky kecil terus berjuang. Selama tiga minggu di ruang ICU, ada
sekitar enam hingga tujuh pasien neo-natal keluar masuk ICU dengan berbagai
keluhan dan kelainan. Hanya Ridzky yang keluar dari ruangan tersebut dalam
keadaan hidup, setelah menjalani operasi penataan ulang otot membrane rongga
dadanya selama enam jam.
Derita Ridzy tidak berhenti sampai di situ. Tiga minggu
kemudian, ia harus menjalani operasi kedua untuk menghentikan infeksi di
persendian mata kakinya. Pejuang kecil Ridzky berhasil melewati masa-masa
kritisnya. Pengalaman ini menjadikan Farhan dan Aya sangat awas terhadap setiap
detil tumbuh kembang putra mereka tercinta ini.
“Saat usia Ridzky 18
bulan, kami menangkap adanya masalah pada kemampuan reaksi Ridzky terhadap
lingkungan sekitarnya. Ia sangat “anteng” dan asyik dengan dirinya sendiri”, ungkap Farhan. Farhan pun
menghubungi Prof. Sarlito, yang kemudian merekomendasikan Farhan membawa Ridzky ke konsultan
psikologis khusus autistik, yaitu Mandiga. Disana, Farhan berkonsultasi dengan dua psikolog yang kemudian menjadi
sahabatnya, yaitu Dyah Puspita dan Adriana Ginanjar. Kedua psikolog ini mengatakan bahwa
Ridzky memang memiliki beberapa ciri spektrum autistik. Namun, Ridzky harus menunggu hingga usia
36 bulan sebelum diagnosa yang pasti dapat ditegakkan.
Aya sedang mengandung putra kedua mereka saat
mengetahui gejala autistik pada Ridzky. Putra kedua mereka, Bisma Wibisana lahir pada tanggal
20 Juni 2001. Nama Bisma diambil dari tokoh perwayangan, yaitu paman para Pandawa dan Kurawa,
yang dikenal jujur dan setia. Sedangkan
Wibisana adalah nama adik Rahwana yang selalu mendengarkan suara nurani untuk
menegakkan kebenaran. Ada kekuatiran bahwa Bisma akan menghadapi
masalah yang sama. “Namun, saya dan Aya sepakat untuk
menghadapi dengan mind set yang berbeda. Di satu sisi, kami fokus pada terapi intervensi tahap awal Ridzky. Namun secara
terpisah kami juga fokus pada kesehatan tumbuh kembang Bisma. Memang sulit.
Namun, it’s truly a blessing beyond the challenge of
parenting”, ungkap
Farhan.
Farhan, Aya, Ridzky dan Bisma |
Farhan kemudian mengungkapkan pendekatan khusus yang
dilakukannya untuk membina hubungan antara Ridzky dan Bisma. “Tahap pertama, kami mengajak Bisma dan Ridzky untuk saling mengenal keunikan
masing-masing. Saat Bisma mengenali Ridzky dengan kebutuhan khususnya, yang
tentu saja berbeda dengan anak-anak yang lain, ia belajar menerima kekhususan
kakaknya. Sementara itu, Ridzky perlu mengenali karakter
adiknya agar dia bisa belajar berinteraksi”, ungkap Farhan. “Memang sulit sekali, karena sering terjadi
bentrok fisik maupun interest antara mereka. Dengan ego anak-anak yang dominan,
proses pengenalan ini ternyata juga mengajarkan rasa berbagi dan compassionate
di antara mereka berdua”, lanjut Farhan sambil tersenyum. “Sering sekali kami dibuat tersenyum haru ketika
Ridzky menenteng dua mainan yang sama, karena dia ingin memastikan Bisma
mendapatkan mainan juga. Bahkan Bisma sering memastikan Ridzky sudah ada di
mobil terlebih dahulu, setiap kali kami akan bepergian”, tutur
Farhan.
Upaya Farhan dan Aya untuk membantu Ridzky,
dilakukan dengan menebar jaringan perkenalan dengan para orangtua dari
komunitas autistik. Mereka bertemu dengan dr Melly Budiman, SPsi, seorang psikiater anak, yang fokus pada
penelitian dan penanganan autistik sejak usia dini. Sejak itu Farhan dan Aya
melakukan banyak intervensi dini pada perilaku dan kognitif Ridzky.
Sebuah ujian hidup yang tidak mudah harus
dihadapi oleh Farhan dan Aya. Tantangan terbesar dan terberat seperti diakui
oleh Farhan adalah penyangkalan diri.
“Pada awalnya saya
menolak menerima kondisi ini dan berharap Ridzky bisa kembali NORMAL. Hati dan
pikiran saya hanya tertanam satu hal – WE’LL GET OVER THIS! Saya yakin gejala
autistik ini akan hilang seiring dengan tumbuh kembangnya Ridzky. Namun rasa
optimis ini hanya beda tipis dengan penyangkalan diri”, aku Farhan.
Akibat menuruti egonya, Farhan tidak pernah
fokus pada terapi jangka panjang. Begitu terapi tidak menunjukkan hasil dalam waktu
tiga bulan, Farhan memutuskan
untuk mencoba metode terapi lain. Akibatnya, tidak ada kemajuan yang terlihat
pada diri Ridzky. Farhan akhirnya menyadari bahwa terapi ini ditujukan bukan
untuk kepentingan Ridzky, tetapi untuk kepentingan ego dirinya.
“Setelah melalui
pertikaian panjang antara perasaan dan akal, Aya meyakinkan saya bahwa kami
berdua harus menerima kenyataan bahwa Ridzky memang penyandang spektrum
autistik. Setelah dapat menerima kondisi ini, kami lebih berkonsentrasi untuk
melakukan program behavior intervention bagi Ridzky daripada berusaha
meyakinkan diri sendiri dan orang lain bahwa Ridzky anak yang NORMAL”, tutur Farhan mengenai pergulatan
dirinya yang luar biasa berat menghadapi situasi ini.
Demikian beratnya, hingga Farhan dan Aya
memerlukan terapi tersendiri dengan para psikolog agar dapat memperkuat diri
mereka untuk menghadapi tantangan yang tak mudah ini. Ternyata memang kebanyakan orang tua dari
anak-anak dengan spektrum autistik memerlukan dukungan dan terapi psikolog. Ada
hal yang melegakan bagi Farhan. Tidak
ada prasangka dari pihak keluarga besar bahwa autistik pada Ridzky adalah
“kelainan turunan”. Ini adalah dukungan moral yang besar bagi mereka
berdua.
Kekuatan yang luar biasa dari Farhan dan Aya
ini datang dari rasa cinta dan kekompakan mereka untuk menghadapi tantangan ini
bersama-sama. Farhan,
yang pandangannya dipengaruhi nilai Islami tradisional Jawa, menjunjung tinggi nilai
kekeluargaan. “Family always comes first”, ungkap Farhan. Berdua, Farhan dan
Aya, mengambil sikap
yang konsisten dan kompak dengan misi utama untuk sepenuhnya memberikan yang
terbaik bagi Ridzky. Perjuangan ini tak ada akhirnya. Apakah mereka pernah
merasa lelah dan ingin menyerah?
“Lelah ? Pasti pernah!
Saya dan Aya bukan super parent. Ada masanya kami tertunduk lesu, kehabisan
enerji. Seperti rumah tangga lainnya, masalah kami tidak hanya berpusat pada
Ridzky. Inilah yang terkadang sangat menguras tenaga dan pikiran kami”,
tutur Farhan. “Namun ajaibnya, selalu ada hal kecil
yang mengisi ulang enerji kami. Pelukan tanpa pretensi dari Ridzky dan Bisma, dan bisikan tulus mereka - Aku sayang Ayah, Aku sayang Ibu - selalu
berhasil menjadi energizer bagi kami”.
Tapi, Farhan tidak akan
berkompromi dengan situasi sulit. Sikap pemenang Farhan sungguh mengagumkan. “Melihat
perjuangan putra kami yang luar biasa di awal kehidupannya, kami tidak punya alasan
untuk putus asa, apalagi menyerah. Kami akan selalu memberikan yang terbaik
dari kami untuk Ridzky dan Bisma, walaupun mungkin itu bukan yang terbaik di
dunia”.
Tantangan lain adalah memberikan pendidikan
bagi Ridzky. Tak ada sekolah atau theraphy
center yang dapat seratus persen memenuhi kebutuhannya. Setiap individu autistik memiliki kebutuhan yang unik.
Setiap terapi membutuhkan pendekatan yang unik dan juga memberikan dampak yang
spesifik bagi individu tersebut. Farhan dan Aya mencoba berbagai metoda
dan berbagai lembaga terapi. “Upaya ini
tidak mudah dan tidak murah”, ungkap Farhan. “Ada dua hal yang penting, yaitu tujuan yang jelas dan
ekspektasi yang realisitis”, lanjut dia.
Dari pengalamannya melakukan terapi untuk
putranya, Farhan menyesalkan sikap judgmental
dari para penyelenggara pendidikan. Mereka menilai bahwa apa yang
terjadi pada anak-anak yang berkebutuhan khusus tersebut adalah akibat dosa
atau perbuatan menyimpang dari orang tua mereka. Sebuah pemikiran yang sudah
ketinggalan jauh. Sikap seperti ini justru datang dari lembaga yang seharusnya
memberikan bantuan dan dukungan paling utama bagi anak-anak berkebutuhan khusus
dan juga para orangtua mereka. Sungguh amat disayangkan.
Farhan dan Aya juga terlibat dalam perdebatan
mana yang lebih penting bagi Ridzky, pengembangan kemampuan kognitifnya atau
kemampuan vocational. Farhan percaya
bahwa kemampuan kognitif lebih bermanfaat bagi Ridzky, sedang Aya ingin
memberikan vocational skill agar
Ridzky dapat gunakan untuk masa depannya. Akhirnya Farhan dan Aya mencapai
kesepakatan bahwa Ridzky perlu hidup yang mandiri, untuk itu ia memerlukan basic knowledge dan life skill.
Farhan dan Aya memilihkan sekolah dengan
program inklusi dengan pendampingan.
Menurut Farhan, sistem inklusi merupakan pendekatan yang tepat namun
diperlukan persyaratan seperti kualitas pengajar dengan jumlah yang memadai,
fasilitas inklusivitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan khusus. Persyaratan
ini yang sulit untuk dipenuhi. Padahal manfaat sistem ini tidak hanya akan
dirasakan oleh mereka yang berkebutuhan khusus, tetapi juga siswa yang lain
karena mereka bisa belajar untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan mereka
yang berbeda. Hal ini membantu mengikis pola pikir diskriminatif dari siswa
pada umumnya dan pada saat yang bersamaan juga memaksa yang berkebutuhan khusus
untuk beradaptasi.
Farhan dan Aya juga menyiapkan Ridzky dengan
beberapa kecakapan humanis seperti social skill, story telling, traveling,
sexuality, values & norms, dan environment.
Sementara itu, di rumah Farhan
menyiapkan sebuah ruang kreatif bagi Ridzky untuk mengeksplorasi minatnya.
Farhan berharap suatu saat nanti ia dapat mengindentifikasi minat dan kemampuan
Ridzky, sehingga dapat memberikan life
skill yang tepat bagi masa depan putranya ini.
Farhan dan Aya merencanakan untuk memberikan cooking skill bagi Ridzky. Namun saat
ini mereka dalam tahap mengajarkan agar Ridzky dapat mengatasi rasa takutnya
terhadap api atau uap panas. Tantangan lain yang mereka hadapi adalah belum
menemukan tutor masak yang cocok dengan karakter Ridzky yang impulsif.
Di balik dunia media dan entertainmen yang
menuntut perhatian dan fokus yang besar dari dirinya, Farhan mendedikasikan
waktu dan perhatian bagi terapi Ridzky. Tidak ada ketakutan pada dirinya untuk
terbuka bagi publik bahwa ia memiliki seorang putra dengan spektrum autistik.
Ia membuktikan bahwa kelangsungan karirnya adalah karena kompetensi dan
profesionalitasnya.
Farhan kini menjadi Duta Autistik. Tugas ini
datang dari sahabat-sahabat komunitas orang tua dengan anak-anak autistik,
setelah Farhan sering mengajak mereka mengisi acara radio sepanjang tahun
2008-1011 untuk memberi edukasi dan awareness
tentang autism bagi masyarakat
luas.
“Saya dan sahabat
saya, almarhum Jefrey Dompas, memang punya visi untuk mengedukasi dengan
menggunakan pendekatan yang lebih ringan, jauh dari kesan rigid dan akademik.
Contohnya adalah, kami selalu berkata - yang paling menderita dalam keluarga
dengan individu autistik, bukanlah individu autistik itu sendiri, tapi orang
tuanya. Kalimat yang untuk sementara orang cukup mengagetkan ini sebetulnya
mengandung makna - jangan anggap spektrum autistik sebagai penderitaan, tapi
justru persepsi kita yang salah tentang autistik yang membuat kita menderita!”,
jelas Farhan.
Untuk menyampaikan informasi tentang autism secara fun kepada masyarakat luas, Aya juga menciptakan Au-Tees By-Ridzky. Maka hadirlah T-shirt dengan desain yang seru
dan tulisan seperti AUTISTIC KIDS-ROCK! atau LOVE – PEACE – AUTISM. “Saya dan Aya ingin ada keterbukaan tanpa
stigma kepada individu autistik. Tidak mudah. Dan jalan masih
panjang, tapi perjalanan panjang selalu dimulai dari langkah kecil dulu. Kami
tidak kecil hati, karena di Amerika Serikat (AS), yang punya sistem sosial yang lebih terbuka sekalipun, stigmasasi masih
sering terjadi. Keinginan ini bermuara pada harapan, bahwa suatu hari nanti
individu autistik seperti Ridzky dan teman-temannya sesama individu
berkebutuhan khusus, akan punya kesempatan yang sama untuk berkarya dan
berprestasi”,
ungkap Farhan mengenai harapannya.
Dengan segala tantangan yang dihadapi, tak ada
penyesalan sama sekali terhadap hidup yang dijalaninya. “Kalaupun saya terlahir kembali, I WANNA BE ME all over again, with
knowledge & wisdom I have now, plus the eagerness to learn for the NEW ME…”, tutur Farhan dengan antusias.
Perjuangan Farhan dan Aya belum usai. Sejauh
ini sikap no-compromise yang dominan
telah membawa mereka melalui saat-saat sulit di awal-awal kelahiran Ridzky. Sikap optimis terhadap hidup,
antusiasme yang terus mengalir, pantang menyerah dan semangat pemenang adalah
modal yang luar biasa dalam diri mereka berdua untuk tetap memupuk cinta dan
kebersamaan sambil menyiapkan masa depan yang terbaik bagi kedua putra mereka,
Ridzky dan Bisma.
Farhan adalah Sang Pemenang.
Salam Pemenang!
Catatan
- Kisah di atas adalah 1 dari 30 kisah dalam buku “ANGEL & DEMON: 30 Kisah Inspiratif Sang Pemenang”, yang merupakan hasil kolaborasi saya bersama dua sahabat, Timoteus Talip dan Helena Abidin. Temukan kisah-kisah lainnya dalam buku “ANGEL & DEMON”, yang telah menjadi National Best Seller dan dapat ditemukan di Gramedia dan Gunung Agung atau di amazon.com (search “ANGEL & DEMON Indonesia edition”).
- Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
- Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.
NAGAQQ | AGEN BANDARQ | BANDARQ ONLINE | ADUQ ONLINE | DOMINOQQ TERBAIK
BalasHapusYang Merupakan Agen Bandarq, Domino 99, Dan Bandar Poker Online Terpercaya di asia hadir untuk anda semua dengan permainan permainan menarik dan bonus menarik untuk anda semua
Yuk Buruan ikutan bermain di website http://bosnagaqq.com
Sekarang NAGAQQ Memiliki Game terbaru Dan Ternama loh...
=> Bonus Refferal 20%
=> Bonus Turn Over 0,5%
=> Minimal Depo 15.000
=> Minimal WD 20.000
=> 100% Member Asli
=> Pelayanan DP & WD 24 jam
=> Livechat Kami 24 Jam Online
=> Bisa Dimainkan Di Hp Android
=> Di Layani Dengan 6 Bank Terbaik
=> 1 User ID 4 Permainan Menarik
Ayo gabung sekarang juga hanya dengan
mengklick AGEN BANDARQ
WHATSAPP : +855967014811
PIN BB : 2B209F68
If you're trying to lose kilograms then you certainly need to start following this totally brand new personalized keto plan.
BalasHapusTo design this service, certified nutritionists, fitness couches, and professional chefs have united to produce keto meal plans that are powerful, suitable, cost-efficient, and delicious.
Since their first launch in 2019, 100's of people have already remodeled their body and well-being with the benefits a proper keto plan can offer.
Speaking of benefits; in this link, you'll discover eight scientifically-proven ones given by the keto plan.
sangat menginspirasi sekali keren
BalasHapustruk pengangkut alat berat