Giokniwati (tengah) bersama James Gwee (kanan) |
Giokniwati,
bersama sang suami, Tjantana Jusman adalah “sepasang Ayam Jantan dan Ayam
Betina di dunia training”. Mungkin
sangat langka sepasang suami istri yang sama-sama menjadi trainer dengan materi yang sama, alumni yang sama, dan sama-sama
pernah menulis buku bersama dengan James Gwee. Perjalanan karirnya yang luar
biasa, sampai berani “membakar kapalnya” telah menjadikan sosok ibu seorang
anak ini sebagai salah satu Associate Trainer
James Gwee yang handal. Sikapnya yang rendah hati, ceria dan penuh semangat
sangat tepat untuk profesinya. Inilah perjalanan Sang Pemenang, Giokniwati.
Giokniwati lahir pada tanggal
19 September 1973. “Saya tidak dilahirkan
di rumah sakit, tetapi di sebuah rumah sederhana dari rahim seorang wanita
sederhana. Dan sesungguhnya kelahiran saya adalah “bonus” dari Sang Pencipta,
mengingat saya adalah anak ke-enam yang tidak direncanakan kehadirannya”,
ungkap Giokni. “Rumah sederhana di
Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, perbatasan dengan Kabupaten Pekalongan,
adalah nama lokasi yang pasti tidak dituliskan di peta Jawa Tengah. Bahkan,
durasi dengan menyetir mobil antara tulisan di tugu ‘Selamat Datang’ dan tugu
‘Selamat Jalan’ cukup lima menit saja. Jadi, dapat dibayangkan betapa kecilnya
daerah bernama Ulujami yang ada di perlintasan pantura”, ujarnya.
“Namun…. saya bahagia! Ternyata mama saya yang sepertinya sederhana,
adalah wanita hebat, yang saya kagumi dan menjadi inspirasi buat saya”,
tutur Giokni. “Betul… bahwa dia hanya
bersekolah hingga setara SD di sekolah Belanda, namun wawasan dan kesadaran
terhadap pentingnya pendidikan membuat dia selalu bekerja keras untuk
mengupayakan kami bersekolah, pula.. tidak menyurutkan pendapatnya yang kontra
dengan tetangga kanan, kiri, depan rumah yang selalu bilang ‘percuma cah wedok
disekolahke duwur-duwur… nek wes kawen yo mlebu dapur othok’, yang artinya
‘percuma anak perempuan bersekolah tinggi karena setelah menikah hanya akan
berkutat di dapur saja’, jelasnya.
“Papa saya pun punya prinsip yang sama, dia sadar bahwa sekolah
penting, walaupun dia pun hanya bersekolah setara SD di sekolah Mandarin dan
menopang ekonomi keluarga dengan sebuah mobil Colt L300 yang dijadikan angkutan
umum dan sesekali menjadi sopir ketika sopir kami tidak masuk. Setiap
liburan sekolah, papa akan membawa saya ke rumah adiknya di Semarang untuk
berlibur sekaligus memboyong majalah bekas saat kembali ke rumah”, tutur
Giokni.
“Nilai-nilai yang dihidupi oleh keluarga kami adalah KEJUJURAN, KERJA
KERAS dan BELAJAR. Ada nasihat yang sangat spesifik yang saya ingat dari mama
khusus bagi kelima anak perempuannya: ‘Jangan pernah menjadi isteri kedua,
jangan pernah dinikahi orang tanpa surat kawin. Wanita juga harus punya
kemandirian sehingga selalu siap ketika dibutuhkan untuk menopang suami”,
lanjutnya lagi.
Masa sekolah dasar Giokni
dihabiskan di SD Negeri Inpres. Namun, dia bersyukur karena sering diajak ke
toko buku di Pekalongan, sehingga dia bisa membeli buku-buku di luar kurikulum
‘minimalis’ sebuah SD Inpres. Selepas SD, orangtuanya sudah merasa perlu
melepas Giokni lebih jauh dari rumah. Giokni bersekolah di SMP Pius Kodya
Pekalongan, 15 km dari Ulujami. Transportasi sehari-hari menggunakan angkutan
umum baik mobil maupun bis AKAP (Antar Kota Antar Propinsi), dimana penumpang
harus berjubelan berdiri sampai pintu tidak bisa ditutup. Masih sangat membekas
dalam ingatan Giokni, ketika masa Operasi Lantas Zebra tahun 1986 yang membuat
semua angkutan tidak beroperasi, sehingga dia harus menyetop dan menumpang
truk-truk yang lewat yang tidak dia kenal. “Tapi
rasanya saya tidak mengeluh secara berlebihan, saya merasakan serunya sebuah
petualangan, walaupun sempat diopname karena typhus yang diakibatkan terlalu
capai. Dan itulah contoh KERJA KERAS yang kami hidupi”, ungkap Giokni.
Giokni melanjutkan sekolah ke
SMA Negeri 1 Pekalongan. “Masa-masa
menyenangkan yang penuh kenangan di sekolah menengah atas terbaik di Kodya saat
itu”, kenang Giokni. Kemudian dengan susah payah orang tua dan kakak
laki-lakinya mengupayakan Giokni kuliah di jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi (STIE) YKPN di Yogyakarta. “Yogyakarta
menjadi pilihan utama karena biaya hidup di kota ini masih terjangkau oleh
kemampuan kami”, katanya melanjutnya ceritanya.
“Saya aktif di kegiatan-kegiatan sekolah dan gereja, menulis dan
membaca puisi adalah salah satu hobby saya. Sejak kelas dua SMP saya sudah
terlibat dalam pelayanan mengajar anak-anak di Sekolah Minggu, lalu sharing di
sesi-sesi pemuda dan remaja. Kecintaan mengajar ini terbawa hingga
kuliah—sebagai Asisten Dosen—mengajar di Training Center di tempat kerja dan
sekarang sebagai PROFESI!!”, tutur Giokni.
Selepas kuliah dengan predikat
Magna Cum-Laude, Giokni masuk bekerja di Bank Central Asia (BCA). “BCA adalah perusahaan pertama yang mengasah
dan membuat saya kaya ilmu, keterampilan, dan mental”, ujarnya. “Melalui program Management Development
Program (MDP) di tahun 1995, yaitu sebuah program yang komprehensif selama
setahun yang membekali dengan berbagai ilmu dan pelatihan yang terstruktur. BCA
adalah sekolah buat saya dimana ketika radar-radar pembelajaran kita aktifkan,
maka segudang pengalaman kita peroleh. Dan kuncinya hanya satu: Maukah kita
BELAJAR dan maukah kita BEKERJA KERAS?”, ujarnya.
Setelah setahun digembleng
melalui program MDP, Giokni ditempatkan di Divisi Audit Internal dengan posisi
awal sebagai Auditor Operation yang melakukan audit ke cabang-cabang BCA, baik
di Jakarta maupun luar Jakarta. Penggemblengan tahap kedua adalah pekerjaan,
yang cukup membutuhkan ketangguhan baik dalam menghadapi auditee maupun ketua tim (in-charge).
“Wajah dan kalimat berintonasi ketus
ketua tim saat pekerjaan tidak sempurna seakan menyempurnakan perjuangan dan
mental saya”, jelasnya. “Namun banyak
pula coach-coach yang melatih dan mengembangkan saya. Dalam periode itu saya
belajar tentang DETAIL, ANALISIS, sekaligus KONSEPTUAL, dan KEMAMPUAN
BERINTERAKSI DENGAN ORANG”, tutur Giokni.
“Saya suka mengobservasi dan menarik learning points, termasuk pemimpin-pemimpin
di atas saya. Saya amati dan ambil aspek positif untuk dibuat model
kepemimpinin yang paling efektif. Demikian pula dengan observasi atas diri saya
sendiri; saya menemukan kekuatan dalam CONCEPTUAL dan ANALYTICAL THINKING,
CREATIVITY, dan PUBLIC SPEAKING”, tuturnya.
Setelah tujuh tahun di Divisi
Audit Internal, Giokni mengeksplorasi diri di Divisi Consumer Banking. Dia
bertanggung jawab-pada Aspek Peningkatan Layanan Nasabah dan Layanan Nasabah
Prioritas. “Itulah fase saya belajar
banyak tentang LEADERSHIP dan TANGGUNG JAWAB. Saya menyerap banyak ilmu dari
kepemimpinan Ibu Lanny Budiati dan Bapak Santoso Liem. Bagi saya mereka berdua
sangat INSPIRATIF!”, Giokni memuji inspiratornya.
“Sebuah prinsip yang semakin saya yakini dan jalani adalah “EXTRA MILES”.
Saya masih ingat pesan Pak San tentang ‘bikin gajimu tidak pantas’, yang
artinya ‘jangan hitung-hitungan, apa yang bisa kalian lakukan, lakukanlah dan
lakukan lebih’. Jangan hanya dibatasi oleh target di atas kertas”,
kenangnya.
“Petuah itu saya hidupi hingga saya berpindah kerja ke perusahaan lain.
Bahkan hingga saat ini dan selalu nasehat beliau saya bawa di kelas-kelas
training saya”, tutur Giokni. “Hubungan
saya dengan atasan sangat baik, bahkan untuk urusan resign pun, saya minta pertimbangan.
Saya meninggalkan BCA bukan karena BCA buruk atau kinerja saya yang buruk,
seperti saya telah sebutkan bahwa BCA adalah sekolah saya, dan saya merasa
sudah saatnya saya ‘meluluskan diri’ agar bisa BERMANFAAT LEBIH di tempat lain”,
tuturnya menjelaskan alasannya keluar dari BCA.
“Banyak tantangan yang menarik di perusahaan baru-food retailer
Delhaize Group Belgia yang berbendera Super Indo di Indonesia. Perubahan sangat
drastis saya alami, dari aspek industrinya (di banking saya menjual produk investasi
dan di sini saya menjual cabe dan bawang merah, hehehe) hingga lokasi kantor
yang semula di bilangan segitiga emas di jalan Jendral Sudirman kemudian
menyingkir ke kawasan kumuh Ancol di ujung Jakarta Utara”, kenangnya. “Namun, saya sangat bersyukur untuk
mile-stone yang selalu saya jejaki karena selalu membawa kebaikan dan
pembelajaran”, lanjutnya.
“Dengan posisi di strategic
level, maka saya punya wewenang untuk mengambil inisiatif dan
mengeksekusi program baru sesuai best
practices yang ada. Dengan INTERPERSONAL SKILL yang saya miliki, saya
cukup mulus beradaptasi dengan jajaran manajemen lama. Saya berperan di area
Organizational Development (OD) yang meliputi Recruitment-Training-Pengembangan
SDM dan Organisasi”, jelas Giokni mengenai tanggungjawabnya di tempat baru.
“Salah satu program yang signifikan
diakui membawa dampak positif adalah di area People Development seperti Talent
Pool Program, karena orang yang berkinerja bagus semakin merasa dihargai dan
adanya fairness karena minimalisasi subyektivitas. Iklim dalam organisasi
bergairah seperti juga halnya semakin hangat dan cerianya suasana tempat kerja.
Aktivitas-aktivitas yang memperkokoh esprit
de corps saya inisiasikan”, jelas Giokni.
“Melalui Vice President Ibu Melanie Darmosetio dan President Dirk Van
Den Berghe saya mendapat kesempatan yang berharga untuk belajar tentang best
practices OD di sister company di Belgia maupun di Yunani. Dukungan mereka
jugalah yang memantapkan peran saya dalam mengembangkan SDM dan semakin
mengonfirmasi tentang PASSION saya di bidang PEOPLE DEVELOPMENT!”,
tuturnya. “Bukan hanya karir yang baik
yang menjadi kenangan saya di Super Indo, namun proses pembentukan Tim OD
menjadi tim yang solid, yang selalu bahu membahu dan setiap individu punya
semangat tinggi untuk memberi yang terbaik-itulah masa-masa menantang sekaligus
menggairahkan”, kenang Giokni.
Saat ini Giokni tiba pada mile-stone berikutnya, yaitu Full Time mengikuti PASSION sebagai SPEAKER,
TRAINER, COACH. Perkenalan dengan James Gwee terjadi di tahun 2002. Berawal
dari keberaniannya mengungkapkan mimpi “Saya ingin menjadi pembicara seperti
Pak James” di acara on-air radio PAS
FM. “Akhirnya beliau menjadi MENTOR saya”,
tutur Giokni. “Sikap rendah hati
dan low profile serta mau berbagi saya temui pada seorang James
Gwee-Indonesia’s Favourite Trainer”, ujarnya menyampaikan pandangannya
mengenai sosok James Gwee. “Hingga saat
ini saya menjadi James Gwee’s Certified Trainer untuk program “Grab Your
Audience!”-public speaking & presentation skill dan sebagai James Gwee’s
Associate Trainer. Saya mengembangkan dan mengajar materi-materi customer
service excellence, komunikasi, presentasi, supervisory, dan lain-lain”,
tuturnya lagi.
Selama kurun waktu 2,5 tahun
bersama James Gwee, Giokni telah melayani lebih dari lima puluh client dari berbagai industry, seperti banking dan lembaga keuangan, farmasi,
automotif, manufaktur, retailer, dan sebagainya dengan jumlah audiens lebih
dari 4.000 orang. “Dan kebanyakan dari
client melakukan repeat order. Apa yang membuatnya demikian? Saya sangat
mempercayai bahwa PASSION drives EXCELLENCE. Dan saya selalu
mengupayakan DO EXTRA MILE. Mengapa saya lakukan itu? Karena saya tahu bahwa
Tuhan menciptakan saya dengan sebuah tujuan yaitu untuk BERMANFAAT bagi orang
lain melalui TALENTA yang DIA berikan. Dan saya tidak akan menolak bahkan akan
melakukan TERBAIK yang BISA saya LAKUKAN. Saya semakin mantap dan yakin
panggilan hidup dan tempat terbaik bagi saya adalah ketika para coachee menjadi
lebih baik atau mereka memenangkan kompetisi-kompetisi yang diikuti. Air mata
bahagia saya mengalir dan saya ikut bersyukur”, tutur Giokni secara panjang
lebar.
Giokni (kanan) bersama suami dan putrinya |
Gioniwati
adalah Sang Pemenang, yang menjalani kehidupan dan karirnya dengan antusiasme
tinggi. Antusiasme yang menjadi sumber energi untuk terus belajar dan belajar. “Demikianlah sekelumit tentang
saya-GIOKNIWATI-manusia yang masih terus belajar. Hidup bersama suami yang
selalu setia dan mendukung-TJANTANA JUSMAN-yang tanpa seizinnya saya tidak
mungkin melangkah sejauh ini. Bahkan dia pun saat ini terjun bersama saya untuk
memberdayakan orang-orang melalui kelas-kelas training maupun coaching.
Gaya kami berdua saat di kelas adalah ANTUSIAS karena kami menyadari bahwa ada
kebesaran TUHAN dalam hidup kami. Seorang puteri kami-JOANNA SHADDAI
JUSMAN-titipan Tuhan yang kami syukuri, sekaligus ‘sekolah’ yang membuat kami
senantiasa belajar. Bukankah hidup adalah belajar, jangan sampai kita
kehilangan semangat untuk belajar”, ujar Sang Pemenang menutup penuturannya
dengan senyuman manis.
Salam Pemenang!
Catatan
- Kisah di atas adalah 1 dari 30 kisah dalam buku “ANGEL & DEMON: 30 Kisah Inspiratif Sang Pemenang”, yang merupakan hasil kolaborasi saya bersama dua sahabat, Timoteus Talip dan Helena Abidin. Temukan kisah-kisah lainnya dalam buku “ANGEL & DEMON”, yang telah menjadi National Best Seller dan dapat ditemukan di Gramedia dan Gunung Agung atau di amazon.com (search “ANGEL & DEMON Indonesia edition”).
- Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
- Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar