Deborah adalah seorang ibu yang sangat luar biasa. Luar
biasa bagaimana dia berdamai dengan dirinya menerima kenyataan yang tidak bisa
ditolaknya dan mendidik anaknya yang kekurangan menjadi anak yang hebat. Kami
bersyukur, Deb berkenan membagi kisahnya ini.
Ketika usia kandungan Deb, begitu biasa dia dipanggil, memasuki bulan
kesembilan dan masa persalinan sudah semakin dekat, dokter mengharuskan
pemeriksaan rutin dan melakukan USG. Saat dokter mengamati layar monitor, Deb melihat wajah kaget
dokter yang memeriksa USG. Dokter melakukan pemeriksaan berulang kali, dan terkesan tidak percaya
dengan apa yang dilihat. Pada saat itu rasa kecurigaan Deb semakin menjadi karena
dokter melakukan USG dengan lebih detail lagi dengan mengukur panjang seluruh
tubuh bayi yang ada dalam
kandungannya.
Setelah pemeriksaan USG selesai
dokter menjelaskan bahwa bayi dalam kandungannya tidak normal struktur tulangnya. Otaknya normal namun tinggi badan akan berbeda dengan anak lainnya. Bagai disambar petir Deb kaget luar biasa. Deb tidak
siap mendengar penjelasan dokter atas
kondisi bayinya. Deb sempat marah kepada dokter karena
tidak yakin dengan analisis dokter atas hasil pemeriksaan USG.
Deb dan Dennis |
Hari persalinan pun tiba. Saat
itu, secara psikologis Deb sudah lebih siap menerima kelahiran bayinya, apa pun
kondisinya. Akhirnya sang bayi lahir pada tanggal 4 Mei 1995, dengan berat badan 3,8 kg dan panjang 49 cm. Bayi itu diberi nama Dennis
Yobel Fredrick Parlindungan. Nama Dennis dipilih karena pada saat mengandung, Deb suka sekali menonton film Dennis the Manage, yang menceritakan anak kecil yang aktif, kreatif, banyak ide, dan menyenangkan banyak
orang.
Dennis terlahir dengan kondisi berbeda. Ukuran panjang tangan
dan kakinya lebih pendek dari ukuran anak normal. Dan yang lebih menyedihkan
ternyata di kepala Dennis ada penyumbatan (hydrocephalus). Menurut dokter, harus dilakukan tindakan operasi tiga kali sampai Dennis dewasa. Jika tidak di operasi akan
beresiko, dan
menyebabkan kepala Dennis membesar. Pada waktu itu Deb hanya pasrah kepada Tuhan, karena tidak mungkin
Dennis yang
masih bayi harus di operasi. Deb memutuskan
untuk tidak mengikuti saran dokter. Dia hanya percaya bahwa kuasa Tuhan dan mukjizat Tuhan masih ada.
Setiap ibadah
hari Minggu, Deb minta didoakan oleh
Pendeta Yesaya Pariadji. Puji syukur kepada Tuhan
kondisi kepala
Dennis berangsur-angsur pulih, tidak membesar dan normal. Bahkan dokter anak yang menanganinya kelahiran Dennis, dr. Nana Karnaen di R.S. Bunda, Menteng, sempat terkejut dengan
perkembangan kepala Dennis yang ternyata normal.
Deb menyadari bahwa dengan kondisi pertumbuhan
Dennis yang tidak normal maka Deb harus mempersiapkan mentalnya menghadapi tantangan demi tantangan untuk
membesarkan anaknya, dimana akan ada banyak mata yang akan memandang sinis maupun
reaksi dari lingkungan sekitar yang tentunya akan membuat down. Deb bertekad memperlakukan Dennis seperti anak normal, tidak memberikan ekstra proteksi tapi malah sebaliknya memberikan support supaya Dennis kuat, tidak mudah menangis, tidak mudah menyerah bahkan percaya
diri dan humble. Deb berusaha tegar menghadapi kenyataan, dan selalu berfikir
positif.
Deb selalu mengatakan bahwa Dennis adalah anak yang normal, selalu mengajak dia kemana pun pergi
tanpa ada perasaan malu. Dia tahu bahwa banyak orang menganggap Dennis anak yang aneh. Tapi Deb tidak peduli, karena Dennis luar biasa
dan sangat spesial untuknya. Di balik kekurangan yang dia dimiliki, Tuhan memberi kelebihan yang luar biasa yang tidak di miliki anak lain.
Masa kecil
Dennis bersama orangtua dilaluinya dengan keceriaan. Dennis anak yang sangat
aktif, dan
memiliki rasa ingin tahu yang begitu kuat terutama dalam hal elektronik. Dennis anak yang pantang menyerah. Dia selalu berusaha keras untuk mendapatkan apa
yang dia inginkan. Di usia yang masih belia,
yaitu dua tahun, Dennis
sudah pandai men-setting home theatre dan
memasang laser disc sendiri. Waktu itu belum ada
VCD/DVD.
Dennis juga sangat suka musik terutama yang beatnya
keras.
Berbeda saat-saat bersama
orangtuanya yang dilalui dengan keceriaan, ternyata
tantangan demi tantangan harus Dennis hadapi di masa awal sekolah. Inilah
proses awal perjalanan hidup Dennis yang sesungguhnya. Dennis harus menghadapi
tantangan itu sendirian, tidak ada yang mendampingi. Dennis bersekolah di T.K. Mutiara
Indonesia, sekolah asuhan Kak Seto. Keceriaan di rumah belum tentu menjadi keceriaan di sekolah. Hampir setiap
pulang sekolah Dennis menangis dan bertanya
kepada Deb, “Mami mengapa saya seperti ini?”.
Mendengar
pertanyaan seperti itu, ingin rasanya Deb menggantikan penderitaan Dennis. Tapi Deb sadar, dia harus kuat
dan tidak boleh menunjukkan kesedihan di depan Dennis. Deb selalu menjelaskan
bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan beragam bentuk tubuh. Ada yang tinggi, pendek,
kurus, gemuk. Bahkan ada yang tidak
sempurna.
Tantangan Dennis tidak hanya itu saja. Dennis juga sering harus menerima
hinaan dan disingkirkan teman-temannya. Bahkan, tidak sedikit dari orang
tua murid yang memandang sinis terhadap Dennis setiap melihatnya di setiap kegiatan sekolah. Sepertinya mereka malu
untuk melibatkan Dennis.
Namun, Dennis sama sekali tidak membalas perlakuan teman-temannya. Bahkan, Dennis
sangat sosial. Dia sangat sayang pada teman-temannya dan selalu ingin
berbagi. Dia
tidak tega melihat temannya menangis. Dengan sikap Dennis seperti itu, perlahan-lahan sebagian temannya mulai dapat menerima kehadiran Dennis
yang “berbeda” dengan mereka. Dennis memiliki banyak
teman. Akhirnya, teman-temannya juga menyayangi Dennis dan tidak memandang lagi kekurangan Dennis.
Sejak kecil talenta Dennis
adalah di bidang musik, maka sejak kelas 1 SD Dennis belajar musik di Nuansa Musik untuk alat musik keyboard. Dennis selalu
rajin berlatih dan mengikuti konser demi konser yang diadakan. Gurunya berkata bahwa bakat
Dennis untuk memainkan alat musik
keyboard sangat besar, dan dia memiliki talenta yang luar biasa.
Suatu ketika pihak Yamaha Music akan mengadakan
konser di Nuansa Musik Kelapa Gading, Jakarta. Melihat talenta Dennis yang luar biasa, gurunya memberikan materi lagu untuk ukuran anak SMA (pada waktu itu Dennis masih kelas 5 SD).
Dennis berusaha keras berlatih bahkan memainkan lagu tersebut dengan kecepatan
oktaf yang lebih tinggi/maksimal. Saat
konser,
Dennis maju untuk memainkan keyboard. Awalnya tidak terlihat
antusias penonton dan tidak ada yang memberikan tepuk tangan. Tetapi, pada waktu Dennis sudah memainkan alat musik tersebut, hadirin tidak
berhenti-hentinya memberikan tepuk tangan hingga lagu tersebut selesai dimainkan dan
Dennis turun dari panggung. Pemilik Nuasa Musik Kelapa Gading
merasa perlu memberikan ucapan selamat kepada Dennis karena tidak menyangka
dengan usia Dennis yang begitu muda dan tubuh yang kecil dia bisa memainkan keyboard dengan sangat baik. Konser demi
konser dilalui Dennis dengan sangat baik dan selalu mendapatkan pujian dari penonton maupun penyelenggara.
Dennis lulus
SD dengan nilai yang memuaskan, dan kemudian
melanjutkan pendidikan ke SMP. Di SMP tersebut, Dennis aktif mengikuti
berbagai kegiatan-kegiatan positif seperti pramuka, bakti sosial, dan band sekolah. Dennis juga
terpilih menjadi pemain musik di sekolah.
Dengan
berjalannya waktu cara berpikir Dennis sudah semakin matang dan dewasa. Dia tidak merasa sedih lagi dengan kondisi tubuhnya, bahkan Dennis menjadi lebih bijak. Suatu
hari Deb
sengaja memancing dia dengan pertanyaan, “Bagaimana perasaan kamu ketika menerima
hinaan dari teman-teman di sekolah karena
melihat kondisi tubuh kamu?”. Dengan santai Dennis menjawab, “Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda Mi,
aku tidak mau perhatikan mereka, abaikan saja, karena Tuhan
sudah memberi aku kelebihan melebihi mereka”. Dengan perkembangan pola berpikir Dennis seperti itu artinya dia sudah siap secara mental, dia
sudah kuat dan siap menghadapi tantangan demi tantangan di tahap berikut dalam
kehidupannya.
Dennis anak
yang selalu berpegang teguh pada ajaran Tuhan, maupun nasehat orang tua.
Dia selalu aktif dengan kegiatan-kegiatan di sekolah
maupun gereja. Rasa percaya dirinya semakin tinggi, dan dia bergaul dengan siapa saja. Dennis pun tidak pernah
memandang status sosial dalam bergaul.
Dennis melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Katholik Budhaya PSKI di Buaran,
Jakarta Timur. Masa-masa SMA dia lalui dengan baik. Dennis
terpilih menjadi pemain musik (keyboard) di sekolah
tersebut. Suatu hari diadakan pertandingan band antar sekolah yang di adakan oleh SMA Belarminus Menteng, Jakarta Pusat. Dennis
giat berlatih, hasilnya tim Dennis meraih peringkat tiga. Dengan
pencapaian tersebut semangat berlatih Dennis untuk menjadi pemain musik yang handal semakin
tinggi.
Selain aktif di
sekolah, Dennis juga aktif di Sekolah Minggu sejak kecil. Suatu hari pada acara Natal, Dennis
menyumbangkan beberapa lagu Natal dengan permainan keyboardnya. Hal itu membuat semua jemaat terkejut, karena mereka sendiri
tidak menyangka Dennis memiliki talenta di bidang musik. Bahkan koordinator Tiberias Center Kelapa Gading, Jakarta juga terkejut dan memberikan tepukan meriah untuk
Dennis.
Suatu hari
gereja mengadakan audisi untuk mencari pemain musiik. Dennis tertarik dan mendaftar. Puji syukur kepada Tuhan dia
diterima dan diarahkan menjadi pemain musik untuk sekolah minggu. Awalnya Dennis sempat ragu, karena sebenarnya Dennis ingin
menjadi pemain musik di ibadah umum. “Tapi, saya memberikan
pengertian bahwa untuk melayani Tuhan harus dari dasar dulu yaitu menjadi guru
sekolah minggu, selanjutnya meningkat di
ibadah umum”,
ujar Deb. “Dennis mau mengerti dan mau menerima pendapat saya. Dennis
terus maju dan menjadi salah
satu tim guru sekolah minggu di Tiberias Center Kelapa Gading,
Jakarta”, lanjut Deb.
Sejalannya
dengan waktu tanpa terasa sudah dua tahun Dennis menjadi guru sekolah minggu. “Saya tahu bahwa Dennis memiliki keinginan yang kuat
untuk menjadi pemain musik di ibadah umum. Saya terus memberi support dan memotivasi dia untuk terus setia dan
tulus dalam melayani Tuhan”,
tutur Deb lebih lanjut. “Puji Tuhan! Keinginan Dennis terkabul. Tiba-tiba
Dennis dihubungi koordinator musik Tiberias yang memintanya menjadi
pemain musik di tim Boaneges (ibadah kaum muda) setiap hari sabtu di Plaza Metro Sunter”, ujar Deb. “Dennis pun setia dan konsisten serta memiliki semangat yang tinggi
dalam melayani Tuhan. Tanpa terasa
waktu berlalu dan oleh karena anugerah Tuhan, kini Dennis dipercayakan oleh koordinator musik melayani full time di
ibadah umum setiap minggu di Tiberias Cempaka Mas,
Jakarta”, tutur Deb.
Beberapa waktu lalu, Deb mampir ke Plaza Metro Sunter, tempat Dennis melayani. Dia sengaja ingin melihat
permainan keyboard Dennis sambil
menunggu pulang. Pada waktu selesai Firman Tuhan disampaikan dan
dilanjutkan doa penutup, tiba-tiba hamba Tuhan berdoa
khusus untuk Dennis dan berbicara bahwa “Tuhan
akan memakai Dennis dengan luar biasa menjadi hamba-NYA”. Deb sangat terkejut karena tidak menyangka Dennis
didoakan seperti itu.
Selesai
ibadah, Deb menjumpai hamba Tuhan
tersebut dan memperkenalkan diri
sebagai orang tua Dennis. Pendeta David Sumual mengatakan bahwa Dennis
anak yang luar biasa, dan sejak berjumpa dengan Dennis, Tuhan langsung berbicara akan memakai Dennis dengan luar
biasa. “Tuhan itu baik. DIA sangat baik, dan kasih setia-Nya tidak berkesudahan. Apapun
yang terjadi dalam hidup ini Tuhan tetap baik untuk selama-lamanya”, Deb mengucap syukur.
“Tanggal 3
mei 2012, kami dikejutkan oleh
kejadian yang menimpa orang yang kami kasihi, yaitu papinya Dennis tiba-tiba
terserang stroke mendadak hingga pendarahan di otak. Kondisinya langsung koma/kritis karena pendarahan di otak yang sangat
hebat/banyak”,
Deb melanjutkan ceritanya. “Dokter
mengatakan bahwa kondisi seperti ini apabila tidak di operasi akan lewat
meninggal, dan bila di operasipun
akan meninggal juga (tidak menjanjikan akan selamat tapi
mungkin bertahan untuk sementara waktu). Saya
memutuskan dilakukan tindakan operasi, dan berharap mujizat terjadi. Operasi
berjalan dengan lancar, tapi dr. Jana (dokter bedah) mengatakan kondisi sudah
kritis, tingkat kesadarannya 4 (minimal 3)”, tutur Deb. “Mendengar
penjelasan dokter, saya cuma bisa pasrah pada Tuhan. Saya percaya bahwa Tuhan sudah tahu sebelum hal ini terjadi dan Tuhan
juga tahu solusinya”,
lanjut Deb.
“Setiap hari
kami berdoa bersama untuk kesembuhan papinya anak-anak, dan pasrah total kepada Tuhan. Saya juga
menjelaskan kepada anak-anak bahwa Tuhan tahu
yang terbaik untuk kita. Apabila Tuhan menghendaki
papi pulang ke rumah Bapa jangan pernah kita marah kepada Tuhan, karena Tuhan tahu yang
terbaik untuk kita”,
ujar Deb mempersiapkan mental anak-anaknya atas kondisi terburuk yang bisa
terjadi kepada ayah mereka.
“Suatu hari
setelah berdoa, saya bertanya kepada Dennis apakah dia memiliki keyakinan bahwa
papinya akan sembuh. Dengan tenang dia menjawab bahwa papi tidak akan kembali”. Saya kaget, dan lalu bertanya pada
Dennis kenapa bicara seperti itu. Dennis berkata, “Aku seperti diberi tahu di telinga aku seperti itu, bahwa papi
tidak akan kembali lagi ke rumah”. Ucapan yang
polos tapi penuh arti yang besar. “Saya seperti tidak percaya, karena masih memiliki
keyakinan bahwa papinya anak-anak akan sembuh
dan kembali berkumpul kepada kami”,
cerita Deb.
Waktu pun
berlalu dengan cepat, dan tanpa terasa apa yang Dennis ucapkan terbukti. “Tanggal 6 Juni 2012 pukul 09.40, papinya Dennis
menghembuskan nafas yang terakhir. Jujur, hal itu sangat menyakitkan bagi
kami sekeluarga. Tetapi, kami sudah serahkan semua kepada Tuhan, karena Tuhan yang mempunyai
kedaulatan atas hidup kami. Kami percaya
Tuhan tahu yang terbaik untuk kami”, ujar Deb.
Ibadah
penghiburan di Rumah Duka Cikini, tanggal 6 Juni 2012 pukul 19.00, dilayani oleh Pendeta Christian Ibrahim dari Gereja Tiberias. Selesai ibadah Deb memperkenalkan anak-anaknya kepada pendeta. “Tiba-tiba pendeta berkata, ‘Ibu, pada waktu sedang
membacakan Firman Tuhan tiba-tiba Tuhan bicara bahwa Dennis akan dipakai Tuhan
dan akan menjadi hamba Tuhan yang besar dan Ibu harus sekolahkan Dennis ke Sekolah Tingi Teologi/Sekolah Thelology’. Saya cukup kaget karena bukan satu atau dua orang pendeta yang berkata hal yang sama, tapi sudah ada beberapa
yang mengatakan hal yang sama sejak Dennis masih kecil. Dan saya percaya bahwa memang
Tuhan telah bicara melalui hamba-Nya berulang kali kepada kami untuk mengkonfirmasikan rencana-Nya kepada kami. Dan saya percaya Tuhan punya
rencana yang indah untuk Dennis”,
tutur Deb.
Acara di
rumah duka hingga penguburan berjalan lancar. Kembali Deb agak bingung karena sikap Dennis yang sangat tenang tidak
menunjukkan rasa duka sama sekali. Setibanya mereka di rumah, Deb
menanyakan hal itu kepada Dennis, mengapa Dennis tidak menangis bahkan dia mendokumentasikan semua acara dari rumah duka
sampai dengan penguburan dengan kameranya. Dengan tenang Dennis berkata, “Aku memang sedih, tapi aku bisa tahan
karena aku sudah tahu sebelumnya bahwa papi memang tidak akan kembali lagi, jadi aku sudah siap”,
ujar Deb.
Dennis berbagi kisah hidupnya pada acara talkshow di Gramedia Matraman |
Deb melihat penyertaan
Tuhan yang luar biasa dalam hidupnya hingga saat ini, khususnya terkait dengan kehidupan Dennis. Dennis telah melalui masa proses kehidupan yang begitu menyakitkan
sejak dia kecil. Dia dihina, dipandang aneh, dikucilkan, bahkan pernah di sakiti. Tetapi,
Dennis menyikapi situasi itu dengan sikap pemenang. Sifat generosity menjadi kekuatannya, yang kemudian menentukan respon
balik teman-temannya. Dennis adalah Sang Pemenang, yang mampu mengatasi situasi
sulit yang dihadapinya sejak dia masih kecil, dan terus menjalani kehidupannya.
Dengan respon yang tepat terhadap sikap teman-temannya Dennis mampu memenangkan
sikap teman-temannya.
Deb sangat bersyukur kepada Tuhan, dimana Dennis bisa menghadapi itu semua dengan senyum, kesabaran, dan percaya diri. Kini
Dennis bertumbuh menjadi sosok yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, humble,
ceria dan ingin menyenangkan orang lain. Saat ini, Dennis juga adalah salah satu murid dari sekolah musik FARABI milik musisi Dwiki Darmawan. Dennis ingin mendalami
permainan musiknya, dia sangat menyukai musik Jazz.
Dennis adalah Sang Pemenang.
Salam Pemenang!
Catatan
- Kisah di atas adalah 1 dari 30 kisah dalam buku “ANGEL & DEMON: 30 Kisah Inspiratif Sang Pemenang”, yang merupakan hasil kolaborasi saya bersama dua sahabat, Timoteus Talip dan Helena Abidin. Temukan kisah-kisah lainnya dalam buku “ANGEL & DEMON”, yang telah menjadi National Best Seller dan dapat ditemukan di Gramedia dan Gunung Agung.
- Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
- Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.
saya ijin share ya kak
BalasHapusharga excavator indonesia
No deposit bonuses - Casino Sites
BalasHapusNo deposit bonus for new players. Claim the 토토 사이트 중계 No Deposit bonus code for December 2021. Read our guide and learn 양방 배팅 what it takes to get bet365 korea a 온라인포커추천 welcome bonus from our 💻 안전 바카라 사이트 Minimum Deposit: £10🎁 Bonus Code: None Needed