David Jacobs (paling kanan) |
Sang Pemenang yang nama
lengkapnya Dian David Mikhael Jacobs, lahir di Makassar, 1 Juni 1977 dan
merupakan Sarjana Ekonomi, lulusan Perbanas. Ayahnya, Jan Jacobs, adalah pensiunan
Bank BRI dan ibunya Neelce Samallo Jacobs. Sejak kecil David banyak belajar
hal-hal yang baik dari kedua orang tuanya, terutama selalu mengandalkan Tuhan
dalam segala keadaan, kerja keras, dan disiplin. Prinsip-prinsip itulah
yang membantu David berjuang meraih kesuksesan hingga saat ini.
Prestasi yang diraihnya itu
tentu saja tidak diperoleh dengan instan. Ada harga mahal yang harus dibayar. David
menceritakan awal ketertarikannya bermain tenis meja sejak masih SD di kota
Batang, Jawa Tengah. Setiap sore David berlatih dengan kakak-kakaknya. Ketika
kalah, David menangis. Itu menjadi kenangan yang tak terlupakan, dan mendorong
dirinya untuk menjadi lebih baik lagi.
David harus tinggal di
Semarang sendirian sejak SD, karena ingin serius berlatih tenis meja di klub
PTP. Sejak kecil, David telah belajar untuk mandiri dan menjadi sosok yang
tegar. Prestasi awal David adalah menjadi juara pertama kejuaraan SD se Jawa Tengah.
Prestasi itu membuat David semakin yakin kalau tenis meja adalah dunianya.
Selanjutnya David pindah ke
Jakarta saat SMP, dan masuk Klub UMS 80. Tempat latihannya di gedung KONI Tanah
Abang. David terus mengikuti berbagai pertandingan. Pengalaman pertama kali ke
luar negeri adalah saat dia mengikuti SEATTA Junior di Malaysia, selagi masih
di SMA 46. Saat itu David menyabet gelar sebagai Juara Ketiga tunggal dan Juara
Pertama ganda putra. Pengalaman bertanding di luar negeri menjadi pengalaman
yang sangat berharga bagi David.
Sekalipun David menggeluti
olahraga dan sudah berhasil menyabet berbagai predikat dan medali, namun dia
juga tetap menekuni pendidikannya. Tidak mudah bagi seorang atlit untuk menekuni
bidang lain selain bidang olahraga yang digelutinya. Memang tidak mudah bagi
David, namun no-compromise. David tidak berkompromi dengan kondisi itu. David
adalah Sang Pemenang. “Karena dorongan orang tua, saya tetap menjalani sekolah
hingga lulus perguruan tinggi. Walaupun ada banyak latihan dan pertandingan,
baik di dalam maupun luar kota, dalam dan luar negeri”, ujar David menjelaskan.
David Jacobs dan Presiden SBY |
Sang
Pemenang bukanlah orang yang sempurna. Namun, Sang Pemenang tidak meratapi
ketidaksempurnaannya dan menjadikannya sebagai sebuah alasan. Alih-alih
meratap, Sang Pemenang justru terpacu untuk mengatasi kekurangannya. Demikian
pula halnya David. “Ada masa-masa dimana
saya merasa minder dengan kekurangan saya (tangan kanan yang cacat), tapi saya
justru berlatih lebih giat untuk meraih prestasi”, ungkap David.
Saat ditanya apa saja prestasi
yang sudah diraihnya, David mengatakan sangat banyak. David dengan rendah hati
mengatakan cukup dicatat prestasi dia dua tahun terakhir saja, antara lain:
- 5 medali Emas Peparnas Riau 2012
- 1 medali Perunggu Paralympic London 2012
- Peringkat Tiga dunia atlit difable Slowakia 2012
- Juara di nomor tunggal kelas 10 Turnamen Protour Paratable Tenis Liknano Open di Italia, 2012
- 7 medali Emas Asean Paragames Solo 2011
- 1 medali Perunggu Asian Paragames di Guangzhou, China, 2010
David Jacobs, istri dan anaknya |
“Saya juga meluangkan waktu untuk membina anak-anak remaja di sebuah
Klub PTM Zug”, ujarnya menceritakan aktifitasnya. “Secara pribadi hampir setiap hari selalu berlatih untuk menjaga
kondisi dan stamina”, tambahnya. “Selain
itu, saya juga mencoba berbisnis peralatan tenis meja”.
Sebagai seorang atlet, jiwa
sportifitas haruslah dijunjung tinggi. Menang kalah adalah hal yang biasa dalam
suatu pertandingan. Namun, bagaimana David menyikapi saat ia gagal?
“Menghadapi kegagalan/kekalahan dalam pertandingan bukanlah hal yang
mudah”, demikian ujar David. “Saya
menyadari bahwa tidak semua pertandingan akan berakhir dengan kemenangan di
pihak saya. Tetapi, dari setiap kekalahan saya belajar agar pertandingan
berikutnya bisa lebih baik”, lanjutnya.
Di akhir penuturannya, David
menyampaikan pesan-pesannya kepada para anak muda. “Jangan pernah menyerah walaupun ada keterbatasan tetap tekun dan
semangat. Juga harus disiplin dalam berlatih, jangan menjadi sombong dan
melupakan orang-orang yang sudah berjasa
membantu Anda”. No-comprose!
David juga menyampaikan
pesannya kepada orang tua untuk selalu bersabar mendukung bakat anak-anaknya
sehingga dapat berprestasi dalam bidang yang ditekuninya. Tidak ada proses
instan untuk menjadi seorang juara. David adalah Sang Pemenang.
Salam Pemenang!
Catatan
- Kisah di atas adalah 1 dari 30 kisah dalam buku “ANGEL & DEMON: 30 Kisah Inspiratif Sang Pemenang”, yang merupakan hasil kolaborasi saya bersama dua sahabat, Timoteus Talip dan Helena Abidin. Temukan kisah-kisah lainnya dalam buku “ANGEL & DEMON”, yang telah menjadi National Best Seller dan dapat ditemukan di Gramedia dan Gunung Agung.
- Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
- Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.
Thanks buat Artikelnya.
BalasHapusKisah yang inspiratif. David memenangkan pertarungan atas kekurangan dirinya sendiri untuk menjadi juara
BalasHapus