Mantan
atasan saya dulu mengatakan, “Ada banyak
hal yang bisa kita pelajari dari sebuah pertandingan sepak bola”. Menurut
saya, tidak hanya dunia sepakbola. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari
setiap pertandingan olahraga. Dalam kurun waktu dua minggu terakhir ini ada dua
berita yang mencetak sejarah dalam dunia olahraga di Indonesia. Pertama, diukir
oleh pecatur wanita terbaik yang dimiliki Indonesia, yaitu Women Grand Master (WGM) Irene Kharisma Sukandar. Minggu, 13 Mei 2012, di Ho Chi Minh City, Vietnam, Irene, yang berusia 20 tahun, mengukir sejarah sebagai
pecatur wanita pertama Indonesia yang meraih juara di Asian Continental Chess Championship kategori women standard chess, sejak kejuaraan itu menjadi event kualifikasi Kejuaraan Dunia Catur
Wanita (Kompas, Senin, 14 Mei 2012). Kemenangan
Irene merupakan tiket ke Kejuaraan Dunia
Catur Wanita 2015. Artinya, Irene merupakan pecatur putri Indonesia pertama
yang tampil dalam Kejuaraan Dunia Catur. Sejarah kedua, dibuat oleh Tim Thomas Indonesia, yang kalah 2-3
dari Tim Thomas Jepang pada pertandingan hari Rabu, 23 Mei 2012 di Wuhan
Sports Center Gymnasium, China (Kompas, 24 Mei 2012). Kekalahan itu
menghentikan langkah Tim Thomas Indonesia di perempat final. Dalam dunia
olahraga bulu tangkis Indonesia, itu merupakan yang pertama dalam sejarah
Indonesia. Selama ini, Tim Thomas Indonesia selalu bisa mencapai semi final
atau final. Dan hal itu juga merupakan yang pertama kalinya Tim Thomas
Indonesia kalah dari Jepang.
Situasi yang dialami Irene dan
Tim Thomas Indonesia saat pertandingan mirip, hanya berbeda posisi. Sejak awal,
Irene, yang memiliki elo rating 2.288, sama sekali tidak diperhitungkan dalam
kejuaraan tingkat Asia itu. Irene cuma unggulan ke-19 dari 41 pecatur wanita
yang berlaga dalam kejuaraan itu. Unggulan pertama adalah Zhao Xue yang bergelar Grand
Master pria dengan rating 2.549. Irene adalah underdog dalam kejuaraan tersebut. Sementara itu, dalam pertandingan
perebutan Piala Thomas tim Indonesia memiliki kelas pemain di atas tim Jepang.
Dan tim Jepang belum pernah memenangi tim Indonesia. Dalam situasi itu, yang underdog adalah tim Jepang. Dalam suatu pertandingan
dengan situasi seperti itu, kedua pihak sebenarnya sama-sama memiliki keuntungan.
Pihak yang underdog akan berlaga dengan
lebih rileks, karena tidak terbeban harus memenangi pertandingan itu. Pihak underdog akan fokus pada permainan /pertandingan.
Bagi pihak underdog seandainya sampai
kalahpun, semua orang akan maklum karena memang lawan lebih berpengalaman dan
lebih senior. Pemain yang fokus dan berkonsentrasi penuh pada
pertandingan biasanya akan memetik keuntungan pada akhirnya. Sementara, pihak
yang lebih diunggulkan tentunya memiliki keuntungan dalam hal pengalaman.
Tetapi, mendapat beban mental yang tidak ringan untuk menang, terlebih jika
hasil pertandingannya menentukan hasil keseluruhan tim seperti pertandingan
perebutan Piala Thomas dan Uber. Rasa
malu jika kalah membuat pihak yang diunggulkan merasa harus menang, sehingga
dia bukannya fokus pada pertandingan melainkan pikirannya hanya dipenuhi oleh
keharusan untuk menang, menang, dan menang. Dalam kondisi seperti itu biasanya
justru dia menjadi lengah. Kelengahan itulah yang akan menggerus keunggulan teknis
dan pengalaman. Jadi, sebenarnya hitungannya tetap seimbang, sehingga yang menentukan
hasil akhir adalah mental. Itulah pelajaran pertama. Mental menjadi faktor kunci. Sudahkah kita memiliki mental Sang
Pemenang?
Foto: indonesiaproud.wordpress.com |
Irene, memiliki ketangguhan mental yang
luar biasa. Perjalanan 9 babak pertandingan dilakoninya dengan kekuatan mental
juara. Di babak pertama, dia bertemu dengan lawan yang secara kualitas masih di
bawahnya, yaitu pecatur tuan rumah Pham
Ti Thu Hoai yang memiliki rating 1.956. Babak kedua, Irene mengalahkan Wang Jue, pecatur China dengan rating 2.364. Berikutnya, dia bertemu dengan WGM Tan Zhongyi, dari China, dan menang. Sejak itu Irene
memimpin klasemen. Di babak keempat, Irene menang atas WGM Batchimeg Tucshintugs, asal Mongolia yang memiliki rating 2.363. Babak kelima, Irene bertemu
dengan ungggulan pertama, Zhao Xue, dari
China. Irene berhasil menahan remis
Zhao. Berikutnya, Irene mengalahkan International
Master (IM) pria Munguntuul Bathkuyag (2.451) dari Mongolia. Babak ketujuh, Irene bermain remis dengan Ding Yixin dari China, dan masih bertengger di puncak klasemen. Di babak
berikutnya, Irene bertemu dengan runner-up
klasemen, pecatur India Marry Ann Gomes. Irene kalah! Pemimpin
klasemen sementara beralih dari Irene, yang memiliki poin 6, ke Marry Ann
Gomes, yang setelah mengalahkan Irene mengumpulkan poin 6,5. Situasi menjadi sangat
menegangkan, karena untuk memenangkan kejuaraan Irene harus menang atau remis pada
babak terakhir dan Marry Ann Gomes harus kalah. Jika Marry Ann Gomes pada babak
terakhir bermain remis, maka sekalipun Irene memenangkan babak terakhir, predikat
juara tetap menjadi milik Mary Ann Gomes. Di babak penentuan itu, Irene harus
mengalahkan International Master pria
Eesha Karavade, yang memiliki rating 2.353. Dan Irene menang. Tetapi,
pertandingan antara Marry Ann Gomes dengan Tan Zhongyi belum selesai.
Seandainya saja Marry Ann Gomes bermain remis, maka walaupun memiliki poin yang
sama dengan Irene yang lebih dahulu mengumpulkan 7 poin, tetapi gelar juara
menjadi milik Marry Ann Gomes. Namun, Marry Ann Gomes kalah, sehingga Irene keluar
menjadi juara. Perjalanan pertandingan dari satu babak ke babak selanjutnya
membuktikan ketangguhan mental Irene. Banyak pihak meragukan kemampuannya memenangi
kejuaraan tersebut, terutama pada akhir babak kedelapan ketika Irene dikalahkan
Marry Ann Gomes, dan pimpinan klasemen sementara beralih ke Marry Ann Gomes. Banyak
pengamat menyatakan peluang Irene sangat tipis. Tetapi Irene tetap tidak
terpengaruh. Dia tetap bermain dengan rileks, dan mengalahkan International
Master pria Eesha Karavade yang kualifikasinya dan ratingnya di atas dia. Selain
ketangguhan mental, Irene tetap bersemangat sejak awal pertandingan. Semangat
yang sama yang ditunjukkan tim Thomas Jepang, asuhan Park Jo-bong. Antusiasme yang tinggi untuk menjuarai kejuaraan atau
memenangi pertandingan. Ketangguhan mental dan antusiasme yang tinggi merupakan
kekuatan dahsyat dalam setiap pertandingan, baik pertandingan olahraga maupun
pertandingan dalam kehidupan. Pelajaran
kedua adalah, antusiasme yang tinggi
merupakan salah satu faktor kunci dalam suatu pencapaian.
Menjuarai Asian Continental
Chess Championship ke-11 di Ho Chi Minh City, Vietnam, 2012 lalu merupakan exposure pertama bagi Irene di tingkat
Asia. Pencapaian itu bukanlah tujuan akhir bagi dia. Pencapaian itu merupakan
batu loncatan bagi langkahnya berkiprah di kancah dunia. Dan tiket itu sudah
dia dapatkan untuk berlaga di Kejuaraan
Dunia Catur Wanita 2015. Dan Irene sadar bahwa dia harus benar-benar
mempersiapkan diri agar dapat kembali mencetak prestasi di tingkat dunia.
Itulah Sang Pemenang, yang melihat suatu pencapaian bukan sebagai tujuan akhir,
tetapi justru batu loncatan untuk pencapaian yang lebih tinggi, dan tentu saja Sang
Pemenang akan mempersiapkannya untuk itu. Pelajaran
ketiga, Sang pemenang selalu
mempersiapkan masa depannya. Kesuksesan saat ini merupakan batu loncatan
bagi kesuksesan yang lebih besar. Dan jangan lupa, berdoa agar Tuhan mempermudah
jalan yang harus kita lalui dan bersyukur atas segala hal yang DIA ijinkan
terjadi dalam kehidupan kita, apapun itu.
Salam Pemenang!
Catatan
- Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
- Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar