Wali Kota Solo Ir. H. Joko Widodo (Foto: www.surakarta.go.id) |
Sejak pemungutan suara putaran pertama
pilkada Gubernur DKI Jakarta, yang dilaksanakan tanggal 11 Juli 2012 yang lalu,
nama pejabat daerah yang paling banyak dibicarakan baik oleh media konvensional
maupun media sosial adalah Wali Kota Solo Ir. H. Joko Widodo, yang lebih
dikenal dengan panggilan Jokowi. Mulai dari hasil pemungutan suara putaran
pertama yang fenomenal, yaitu mengalahkan pasangan incumbent, isu-isu tidak berdasar yang ditujukan kepadanya, hingga
posisinya saat ini yang hanya didukung oleh PDIP dan Gerindra. Sementara
partai-partai besar lain, yang sebelumnya pendukung pasangan lain yang telah
gugur di putaran pertama, semuanya merapat ke partai pendukung pasangan
Foke-Nara sehingga menempatkan Jokowi bak David
vs Goliath dalam putaran kedua 20 September 2012 mendatang.
Namun,
disela-sela hiruk pikuk tersebut, pada hari Kamis, 9 Agustus 2012 tersiar kabar
membanggakan dari Bangkok, Thailand. Jokowi mendapat penghargaan Best City Award dalam Konferensi Partnership for Democratic Local Governance
in Southeast Asia (DELGOSEA) di Bangkok, Thailand. DELGOSEA diluncurkan pada Maret 2010 dan co-funded oleh the European Commission dan the
Konrad-Adenauer-Stiftung
(KAS) of Germany, dimana dana awal berasal dari German Ministry for Development Cooperation. Partnership yang
dikembangkan bersama oleh the Konrad-Adenauer-Stiftung
(KAS) of Germany, the Local
Government Development Foundation (LOGODEF) Filipina, the United
Cities and Local Governments for Asia and Pacific (UCLG-ASPAC) dan the
Association
of Indonesian Regency Governments (APKASI), the Thailand
Environment Institute (TEI), the Association of
Cities in Vietnam (ACVN), dan the National
League of Communes/Sangkats of the Kingdom of Cambodia (NLC/S).
Gagasan utama DELGOSEA adalah menciptakan sebuah jaringan bagi
replika kisah sukses pemerintah daerah kota dan kotamadya di Asia Tenggara.
Kisah-kisah sukses (best practices)
yang diidentifikasikan ke dalam “tempat-tempat sukses” akan direplikasi dalam “pilot cities/replication places” tanpa
harus memulainya dari nol.
Penghargaan Best City Award
diberikan karena Jokowi dinilai berhasil menerapkan kebijakan yang membuat
masyarakat mau mendukung dan melaksanakannya. Peter
Wood, Head of the United Cities and Local Government for Asia
Pacific (UCGL-ASPAC), menyatakan bahwa Jokowi dinilai berhasil dalam melakukan
pendekatan kepada rakyat agar memahami dan menaati kebijakan pemerintah kota. Pendekatan
pembangunan yang pro-rakyat yang diadopsi Jokowi yang dipadu dengan manajemen
yang transparan terbukti mampu mewujudkan kesejahteraan dengan baik dan diakui
dunia. Salah satu nilai yang menonjol adalah keberhasilan penerapan kebijakan
penataan kota terhadap para pedagang kaki lima.
Kirab Boyongan PKL, 2006 (Foto: haxims.blogspot.com) |
Kisah
sukses yang menjadi pembicaraan secara meluas adalah keberhasilan Jokowi
merelokasi para pedagang kakilima (PKL) Monumen Juang 45 Banjarsari ke Pasar
Klithikan pada tahun 2006. Apa yang menonjol dari berita kesuksesan tersebut?
Tidak lain dan tidak bukan adalah keberhasilan Jokowi mengubah sikap keras para
PKL yang awalnya sangat menentang relokasi hingga akhirnya mendukung dengan
sepenuhnya. Pendekatan yang dilakukan Jokowi bukanlah pendekatan kekuasaan
tetapi justru pendekatan musyawarah. Pendekatan yang dilakukan adalah
pendekatan sebagai sesama manusia, bukan semata antara penguasa dan rakyat.
Dengan pendekatan seperti itu maka Jokowi dapat memahami sepenuhnya keberatan
para PKL dan melakukan terobosan sehingga semua persoalan dan kekuatiran para
PKL mendapat solusinya. Solusi itu antara lain, setiap PKL yang sebelumnya
memiliki kios di tempat lama akan mendapatkan kios secara gratis di tempat
barunya. Infrastruktur di lokasi baru, termasuk pembukaan trayek baru yang
melintasi Pasar Klithikan. Pemerintah Kota Solo juga mempermudah pengurusan
izin usaha (SIUP), dan membantu mempromosikan lokasi baru selama beberapa bulan
pertama. Puncaknya adalah prosesi perpindahan hampir seribu PKL dari lokasi
lama ke lokasi baru dengan acara kirab budaya yang disaksikan ribuan warga di
pinggir jalan utama. Itulah keberhasilan pendekatan Jokowi yang menganut
prinsip nguwongke uwong, memanusiakan
manusia atau menghargai martabat manusia.
Sosialisasi langsung ke warga Solo, 2009 (Dokumentasi pribadi) |
Pendekatan pembangunan yang pro rakyat juga
tercermin saat saya mendapat tugas melaksanakan program pemerintah pusat dalam
konversi minyak tanah untuk memasak ke gas elpiji di Kota Solo, khususnya di Kecamatan
Laweyan, Serengan, dan Pasar Kliwon pada awal 2009. Saat menghadap Jokowi, beliau
meminta agar dilakukan sosialisasi kepada seluruh warga Solo dan tanyakan
kesediaannya sebelum program dilaksanakan. Walaupun sosialisasi seperti yang
diminta Jokowi tidak termasuk dalam rincian pekerjaan yang harus saya kerjakan,
namun saya dapat memahami maksud permintaan Jokowi tersebut. Dan kami lakukan
sosialisasi kepada warga di hampir 1.200 RT di tiga kecamatan. Tingkat
kesetujuan warga mencapai 99.9%. Dan akhirnya program konversi minyak tanah untuk
memasak ke gas elpiji di Kota Solo berjalan lancar tanpa ada sedikitpun
gejolak.
Buku biografi Jokowi |
Prinsip
nguwongke uwong ala Jokowi tidak
lepas dari pengalaman kehidupan pahit pada masa kecilnya yang hidup nomaden
dari satu bantaran kali ke bantaran kali lainnya, seperti diceritakan oleh Yon Thayrun
dalam buku biografi “Jokowi Pemimpin Rakyat
Berjiwa Rocker”. Pada usia 5 tahun Jokowi dan keluarga menjadi penghuni
liar di pasar kayu dan bambu Gilingan, yang berada di selatan bantaran Kali
Anyar. Saat Jokowi duduk di kelas IV SD, bersama 3 adik perempuan dan kedua
orangtuanya digusur oleh Pemerintah Kota Solo tanpa pemberitahua terlebih
dahulu. Sikap sederhanya yang terekspos luas saat ini bukanlah sikap yang
dibuat-buat. Yon juga menceritakan suatu saat, dimasa awal Jokowi menjabat
sebagai Wali Kota, Jokowi bertugas ke Jakarta dan menginap di salah satu hotel
bintnag lima di kawasan Senayan. Jokowi memilih memesan satu kamar untuk dia
dan ajudannya. Selain alasan berhemat, dengan satu kamar koordinasi dengan
ajudan akan lebih praktis karena handphone
selalu dipegang oleh ajudannya.
Jokowi (duduk berkaos dan bertopi putih) dalam pembukaan car-free day Juanda 25 September 2011 |
Dengan sikapnya yang
sederhana, prinsip nguwongke uwong
yang diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan warga Solo menghasilkan
kepemimpinan yang efektif dalam membangun kota Solo. Dan pada pemilihan kedua
kalinya (periode 2011-2015) Jokowi mendapat kepercayaan warga secara mutlak
dengan perolehan suara mencapai 91%. Cerita sukses Jokowi adalah cerita Sang
Pemenang. Dari seorang anak kecil yang hidup nomaden dari satu bantaran kali ke
bantaran kali lainnya menjadi seorang pengusaha sukses dan Wali Kota paling
terkenal saat ini. Jokowi from zero to
hero.
Salam Pemenang!
Catatan
- Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
- Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.
JOKOWI: Best City Award dalam Konferensi Partnership for Democratic Local Governance in Southeast Asia
BalasHapusSalah satu putra terbaik milik bangsa...............semoga menjadi RI-1
BalasHapusTerima Kasih saya untuk teman2 yang berbagi cerita mengenai orang2 waras yang bisa eksis di indonesia yang makin edan ini, semoga cerita2 mengenai putra bangsa terbaik yang masih kita miliki ini tambah memasyarakat dan menjadi tuladan bagi kita semua... amin
BalasHapussangat menarik dn actual, I like it.
BalasHapus